SATU

54 26 13
                                    

Hujan lebat yang mengguyur desa semalaman, meninggalkan genangan kecoklatan seperti kolam lumpur diberbagai tempat. Seakan mendapat mainan baru yang mengasyikkan, Ayla berlari, meloncat, dan tertawa sesuka hatinya. Tak ayal, hanya dalam lima menit cairan kecoklatan itu sudah menghiasi baju tidur satu-satunya.

Melihat itu, sang ayah yang sedari tadi sibuk menyiapkan makanan dan segala peralatan sekolah Ayla, berseru menegur.

"Ayla... Ayo masuk ! Jangan main lumpur ya Nak. Kotor. Sayang"

Ayla menoleh, senyum manis bertengger di bibirnya yang mungil. Namun, sedetik kemudian ia memalingkan muka dan sibuk dengan mainan barunya kembali. Laki-laki itu hanya bisa tersenyum dan menghela napas kecil, menggeleng-gelengkan kepala akan perbuatan anaknya .

"Nak... sudah, jangan main lagi. Ayah sudah siapkan nasi goreng kesukaanmu lengkap dengan telur dan timunnya loh"

Ayla terdiam sebentar, Ia tak rela kehilangan nasi goreng buatan ayahnya. Segera ia berlari masuk rumah, dan menuju meja makan. Pak Ridho tersenyum melihat tingkah puteri tunggalnya itu. Hanya Ayla yang ia punya sekarang.

"Ayla.. Kamu mandi dulu ya! Nanti ayah suapin kamu. Tuh lihat, udah jam setengah tujuh, nanti kamu telat kesekolah lo sayang," bujuk pak Ridho

Dengan wajah sedikit kecewa, Ayla menuruti segala perintah ayahnya. Ia bergegas mandi dan berpakaian sekenanya. Pak Ridho menyuapi anaknya itu dengan penuh kasih sayang, layaknya kasih sayang seorang Ibu. Setelah meyiapkan peralatan sekolah Ayla, dan merapikan pakaiannya, Pak Ridho pun mengantar Ayla ke sekolah bersama sepeda tuanya.

THE JOURNEY OF AYLA"Palu Pilu Ibuku"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang