Rintik hujan yang turun pagi itu tidak menyurutkan niat Ayla sedikitpun untuk menuntut ilmu. Memang hidupnya terasa berubah setelah ia mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Tapi ia tahu pasti hidup harus berjalan, dan semua akan bermuara indah pada suatu hari nantinya. Ia yakin muara kebahagiaannya sudah menanti walau ia tahu jalannya tak kan mudah. Sigadis kecil Ayla berpikiran jauh terpaut dari usianya.
Dengan penuh harapan, pak Ridho mengantar Ayla kesekolah dengan sepeda bututnya. Sesekali badan Ayla tergoncang karena sepeda yang tak mampu menahan tumpukan batu-batu kecil, atau karena akar kayu yang sudah menjalar mendekati badan jalan yang belum diaspal itu. Ia hanya tersenyum, ia tahu jalan ini tak sesulit jalan yang akan dilaluinya nanti.
Ayla meloncat girang turun dari sepeda. Mulutnya yang mungil tak berhenti berkicau karena ia terlambat sampai disekolah.
"Yah.. Ayla masuk kelas dulu, Doa kan Ayla semoga lancar sekolahnya ya yah. Ayla sayaaaang banget sama ayah," Ayla pamit dan mencium tangan kanan ayahnya. Sekilas Ayla melihat isi tas ayahnya yang terbuka. Ia melihat sebuah palu yang biasa digunakan pak Ridho untuk bekerja. Ia menatap nanar palu itu, dan beberapa detik kemudian ia tersenyum penuh arti melihat palu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JOURNEY OF AYLA"Palu Pilu Ibuku"
Kısa HikayeSatu-satunya cinta yang sungguh aku percaya adalah cinta seorang ibu kepada anak-anaknya. The only love that I really believe in is a mother's love for her children. -Ayla Azzahra