SEPULUH

30 15 13
                                    

Ayla tersenyum manis, dan melangkah mantap masuk kekelas.

"Assalamu'alaikum, Bu.. Maaf, saya terlambat" ucap Ayla sambil menundukkan kepala.

"Wa'alaikumsalam, Masuk Ayla, besok jangan terlambat lagi ya nak!"

Ayla duduk dikursinya, tepat disebelah Dinda gadis bawel nan cerewet. Baru saja Ayla duduk, sudah dihujani beribu-ribu pertanyaan oleh Dinda. Yang anehnya, Dinda tak memberi kesempatan kepada Ayla untuk menjawabnya. Walau Ayla sering kesal dibuatnya, tapi Ayla sayang pada sahabatnya itu.

"Ayla...kumpulkan tugasmu kesini nak! " suruh bu guru yang dari tadi sibuk memerikssa pekerjaan rumah muridnya. Tanpa berkata Ayla pun maju kedepan dan mengumpulkan tugasnya.

Setengah jam sudah bu Santi duduk dikursinya, dan kemudian membagikan kembali kertas masing-masing muridnya.

" Nah... anak-anak, ibu bangga kalian bisa menggambarkan sifat ibu kalian lewat sebuah gambar. Sekarang, ibu ingin kalian menceritakan gambar kalian masing-masing didepan kelas. Kita mulai dari kamu Dinda" ucap bu Santi sambil tersenyum kepada Dinda

Dinda maju kedepan kelas dan mulai bercerita. Dinda menggabarkan sifat ibunya ibaratkan bunga. Baginya bunga adalah lambang kelembutan dan kasih sayang, dan semua itu terdapat pada ibunya. Usai dinda bercerita, kelas membahana oleh tepuk tangan dari murid lainnya.

Disusul oleh beberapa murid yang silih berganti maju kedepan. Kini tibalah waktu yang ditunggu dan dinanti Ayla. Gilirannya pun tiba. Dengan wajah polos, ia mengangkat tinggi kedepan semua temannya gambar palu yang ia gambar didepan kelas tadi.

Seketika Semua tertawa heran melihat gambar Ayla. Tertawaan temannya tak sedikitpun meruntuh keberanian Ayla. Dengan percaya diri yang tinggi, ia berkata dengan lantang " Tak ada satupun yang bisa mewakili sifat ibuku, selain gambar palu ini. Betapa ia bersusah payah membesarkan diriku seorang diri walau banyak tekanan yang ia terima. Ia gunakan palu ini untuk mengidupiku hingga aku sekarang bisa berdiri didepan teman- teman semua. Merasakan nikmatnya mengenyam pendidikan di sekolah ini. Palu inilah mejadi saksi setiap kisah pilu yang dilalui ibuku. Ketika ia harus bertahan disaat dunia tak lagi berpihak padanya. Saat tak ada lagi cahaya untuknya, dan semua yang ia punya perlahan menjauhinya, SELAMAT HARI IBU, AYAH,,, bagiku kau lah segalanya, kau lah Ayahku, Ibuku, dan Sahabatku". Tak terasa Air mata menghiasi wajah Ayla, dan suasana kelaspun berubah menjadi haru. Bu Santi menyeka air mata dengan ujung baju kebanggaannya itu. Dibalik jendela kelas, Pak Ridho diam-diam menangis tanpa suara, ia bangga mempunyai anak sekuat dan setangguh Ayla. Tangisannya itu beiringan dengan genggaman yang semakin kuat pada palu kehidupan ditangannya.

THE JOURNEY OF AYLA"Palu Pilu Ibuku"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang