-Terselip-
.
Bagai tulisan usang yang tak sempat terbaca.
.
Begitulah Rindu yang terselip dalam Diam.
.
.
-oreo-----------------
Rasa kesal muncul saat melihat manan berduaan dengan jarak yang sangat dekat dengan Dude. Meski pun dellsoon tau Dude lah teman baik nya dan juga Manan wanitanya.
'Ia cemburu dengan posisi Dude sahabatnya, dan kesal mengapa Manan harus menghindari dirinya selama ini? Sedangkan sebenarnya dijakarta Manan juga merindukan nya sama seperti Dellsoon yang selalu merindukan Manan.'
Dellsoon sadar betul bahwa emosi nya tak terkendali pada Dude saat melihat kedekatannya dengan Manan seperti dikantor Dudw tadi.
Saat ini Dellsoon tengah mengendarai mobil milik Dude, yang Dude pinjamkan secara percuma demi hubungan kedua sahabatnya itu.
Wanita yang kini tengah duduk di kursi penumpang masih tak mengeluarkan suaranya, dan masih bertahan dengan kepala yang tertunduk.
"Apa kau sedang sakit?" Tanya Dellsoon, dirinya tau ini pertanyaan bodoh tapi ia tak tau harus memulai pembicaraan dari mana.
Tidak ada jawaban
"Kau lapar? Kita mampir untuk makan malam dulu, kau mau?" Tanya dellsoon lagi.
"Tidak, aku ingin pulang." Ucapnya pelan namun masih bisa ku dengar.
"Kita butuh bicara." Ucapku sambil meraih tangannya yang berada diatas tas yang sedang ia pangku.
Ia diam.
"Bisa kita bicara? Sebentar saja" ucapaku masih setia menggenggam tangannya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Aku lelah." Akhirnya Manan menjawab masih dengan posisi yang sama tak mau melihat ku.
"Kau sedang bicara dengan ku manan, bukan dengan tas mu. Lihat aku!" Ucap Dellsoon sedikit meninggi diakhir kalimat.
Diam.
"Maafkan aku, maksud ku bisa kah kau menatap lawan bicara mu, bukan kah itu biasa saat kau bertemu dengan banyak colega di perusahaan utama?" Ucap Dellsoon kali ini lebih berhati-hati menyadari kesalahannya.
Frustasi karena wanitanya masih tak mendengarkan ucapannya, akhirnya ia percepat laju mobil dengan kecepatan penuh. Kebetulan malam itu jakarta lenggang.
Sepi! kaya hati... ehhh
5 menit, akhirnya mereka sampai dirumah eyang Titi. Rumah yang banyak sekali kenangannnya.
.
Dellsoon memang tak merencanakan akan membawa Manan ke sini tapi melihat responnya hanya diam sepertinya ia butuh suasana yang lebih intim."Turun lah akan ku buatkan kau makan malam, setelah itu kita bicara." Ucap Dellsoon dengan nada yang tak terbantah.
'Ku tau kau keras kepala sayang' batin Dellsoon.
Mereka masuk kedalam rumah, Dellsoon langsung menuju kamarnya untuk mengganti baju yang lebih santai. Sedangkan Manan memilih menunggu diruang tamu tanpa berucap.
.
Setelah mengganti pakaian nya, Dellsoon segera membuatkan sepiring sepaggeti untuk Manan. Mungkin tak terlihat mewah dan berharga karena hanya sepiring sepaggeti tapi kini Dellsoon tulus membuatnya khusus untuk manan.
Tak perlu waktu lama sepaggeti buatan Dellsoon terhidang dimeja makan. Ia bergegas ke ruang tamu mengahampiri Manan.
Namun, pada saat tiba diruang tamu ia melihat Manan bersandar tak berkutik. Perlahan tapi pasti ia hampiri, untuk memastikan kondisinya.
Dellsoon menyibak rambut panjangnya yang menutupi wajah manan, dan ternyata Manan sudah tertidur pulas.
Wajahnya terlihat begitu jelas dan matanya sembab dengan sedikit bercak genangan air mata disana..
Separah itu keadaanya?
Tanpa sadar senyum Dellsoon mengembang. Nyaman sekali melihat wajahnya yang tenang seperti ini.
'Terakhir kali ku melihat wajahnya setenang ini 6 tahun silam. Didalam kelas selasai ujian sejarah, persis seperti ini. Wajahnya terlihat sangat lelah karena semalaman ia pakai untuk belajar..
Kau masih sama sayang' Batinnya.Ia membawa Manan ke dalam kamar miliknya, Dan membaringkannya diatas tempat tidurnya. Ia melepas hils nya dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Aku sungguh merindukanmu." Gumam Dellsoon diakhiri kecupan dikening Manan.
Setelah mendaratkan kecupan dikeningnya Dellsoon memutuskan untuk keluar dari kamar. Membiarkan Manan beristirahat dengan tenang setelah hari yang ia yakin hari ini sangat mengganggu mental dan fisiknya.
Dellsoon memutuskan untuk tidur diruang tamu. Tiba-tiba sebuah ponsel berdering. Ia yakini bunyi ini bukan dari ponselnya melainkan ponsel milik Manan.
Setelah menemukan ponsel milik Manan didalam tas kerjanya. Ia melihat layar "My perfect bossy". Entah mengapa aku jadi kesal. Sedekat itukah ia dengan Dude? Ahrrrg kesal aku dibuatnya.
Aku mengeser tombol hijau.
"Hallo?"
Dellsoon diam.
"Nan lu baik-baik aja kan? Delsoon enggak ngapa ngapain lu kan? Hallo nan, jawab dong jangan bikin gua khawatir.""Dia baik-baik aja bro, masih sehat walafiat." Ucap Dellsoon dengan penuh penekanan.
"Weess, elo toh son. Sorry gua khawatir aja. Gimana, udah baikan?"
"Belum, dia capek keburu tidur."
"Elo enggak ngerusak dia kan?" Tuduh Dude tiba tiba.
"Gila lo. Gua sayang dia bukan manfaatin dia."
"Yaaa sorry. Jangan memaksa dan jangan nyakitin dia bro. Itu busa buat lo bener-bener kehilangan dia"
"Lo sayang dia?"
"Kalo gua enggak sayang dia, enggak mungkin gua mau nemenin dia selama ini."
"Makasih De"
"Btw, buat hadiah lo sama dia. Besok dia gua bebasin libur."
"Lo yakin enggak ganggu kerjaan dia?"
"Selow men, asal lo buat dia ketawa."
"Pasti, thanks boy."
------------
Oreo_meo
(291217)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAN(T)AN
RomantizmAda nama yang tersemat dalam doa. . Ada cinta yang tersemat dalam luka. . Dan Ada rindu yang tersemat dalam kenang. .. Seburuk apapun kamu dimata aku tapi kamu tetep yang terindah. . Dan aku benci itu. . . (Oreo) . . Didalam cerita ini ada 2 pov, ya...