manan

33 4 2
                                    

Jika cinta katakan,
Jangan dipendam.
.
Jika dia berpaling nanti,
Kau sakit mendalam.
.
.

Aku terbangun dari tidur lelap ku. Tidur yang sangat nyaman untuk pekan ini, karena memang sejak 5 hari yang lalu tidur ku tak pernah senyenyak ini karena banyaknya tugas kantor.

Aku sudah bangun namun rasanya males untuk membuka mata, daya tarik kasur ku hari ini sungguh lebih kuat dari biasanya. Entah kenapa udara pagi ini jauh lebih membuatku relax.

Tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi....

Dengan sangat terpaksa aku membuka mata mencari dimana letak ponsel ku berada. Namun, semua niat ku terhenti ketika mataku sudah terbuka dengan jelas dan berhasil melihat sekeliling dengan seksama.

Memperhatikan sudut demi sudut ruangan ini membuatku teringat kejadian semalam.

"Gua masih dirumah omah Titi" ucapku sambil memegang kening.
Mendadak detak jantung ku tak beraturan persis setiap kali aku mendengar kabarnya lewat dude.

Mengingat nama dude, astagaaa aku lupa pagi ini dia ada meeting. Bisa habis aku jika terlambat. Ku ambil ponsel milik ku yang kini sudah senyap tak ada lagi suara dering, ku abai kan si penelpon yang belum sempat ku angkat, ku lihat jam telah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Mampus gue,,,,," pekik ku.
Seketika aku langsung mengenakan blezzer yang entah kapan aku mencopotnya. Dan mengambil semua barang ku lalu berjalan keluar sambil mencari nomor Siska asisten ku.

"Hallo sis, iya pagi. saya minta tolong ya, saya lupa pagi ini pak dude ada meeting tapi saya sedang terjebak macet semua berkasnya ada di ruangan saya, tolong dampingi pak dude ya." Ucap ku sambil menaru tas ku pada posisinya.

"....."

"Terimakasih ya Sis." Ucap ku mengakhiri telfon.

Disela ku masukkan telfon ku mendengar seseorang tertawa lalu berdeham.
Ku cari sumber suara yang ternyata dari balik pintu kaca yang memberi batas antara rumah dengan taman.
Dan yang sedang tertawa adalah Delsoon.
Seketika tubuh ku kaku.

Ia menghampiri ku dengan senyum yang masih sama seperti 6 tahun yang lalu. Meski kini diwajahnya ada bulu halus yang sudah menghalangi senyumnya dan wajahnya juga terlihat lebih kacau dibanding 6 tahun lalu sebelum semuanya seperti ini.

"Duduklah dulu, kau terlihat kacau." Ucapnya menuntunku duduk di meja makan.

"Are you oke?" Tanyanya melihat ku masih terdiam.

"Hah? Eh, emmm oke. Tapi maaf saya harus pergi." Ucapku tergagap karena sesungguhnya aku masih belum siap berhadapan dengannya.

"Can you stay here a minute, I promise I won't take long."

Aku diam.

"Can we talk about this. To start, or maybe bad to end this without the burden." Ucapnya lembut meraih tangan ku.

Aku diam, sesaat kemudian memberanikan diri  membuka suara.
"Membicarakan apa? Semua sudah berakhir, aku nyaman dengan hidupku dan kurasa kau pun sebaliknya."

"Ku mohon manan, jangan membohongi hatimu lagi. Keluarkan apa yang ingin kau katakan." Ucap dia masih dengan tangan yang setia menggenggam ku.

Aku diam.

"Tell me and I'll hear right." Ucapnya dengan tangannya menuntun dagu ku agar lebih tegak menatap lurus matanya.

Hening...

"Untuk apa? Bukan kah kau bilang kau sudah lupa cinta kita, bukan kah ini semua keinginan mu? What the hell!" Dengan wajah smirk diakhir kalimat.

"Kau tau manan, tak ada yang lebih menyakitkan ketika aku rindu kalian. Kau dan omah." Ucapnya

"Jika kau masih marah akan keputusan ku 6 tahun silam kumohon, maafkan aku. Anggaplah itu keputusan ABG labil yang belum memiliki jati diri. Kau tau, pada saat itu aku sangat jengah dan lelah pada situasi. Aku disana sendiri mengurusi aset keluarga ku dengan umur yang semuda itu, sedangkan pikiran ku selalu tertuju pada kalian yang disini. Ku pikir saat itu dengan ku sudahi hubungan kita  semua rasa rinduku akan mu sedikit mengurangi beban, tapi ternyata salah semua malah semakin membuatku kalut." Jelasnya.

Aku masih diam.

"Jika kau berpikir aku pria brengsek. Yah, itu aku. Usia remaja yang belum memiliki jati diri membuat ku salah mengambil tindakan dan melepaskan mu yang tulus begitu saja. Ku lampiaskan rinduku untukmu pada mereka yang mengejar ku. Kau tau? Biarpun aku berganti ganti kekasih tapi rasanya kosong dan hampa, tak sama saat bersama kau. Tapi semua itu tak berlangsung lama.
Kau ingat ketika aku menghubungi mu setelah keputusan konyol ku itu?saat itu aku sungguh sungguh ingin meminta maaf pada mu, tapi sayang sepertinya saat itu aku terlambat kau sangat marah padaku, dan seperti nya saat itu kau sudah memiliki pengganti ku jadi ku putuskan melepaskan mu."
Ia diam memberi jeda, sebenarnya aku ingin mengoreksi ucapannya diakhir kalimat tapi aku kalah telak ketika ia kembali membuka suara.

"Kau tau, semua kata kata manis, rindu dan apa pun itu tentang cinta disosial media ku hanya ilusi ku saja. Itu semua ungkapan rinduku untuk mu, bukan untuk yang lain. Kau tau aku selalu memantau mu meski kau hanya tau aku cuek dan tak perduli. Tapi dibalik itu semua aku sangat sangat merindukan mu. Bahkan dua tahun lalu ketika kau menghilang tak pernah lagi terdengar kabar mu dari media sosial ataupun kerabat yang lain membuat aku kacau. Sungguh jika bukan omah Titi yang meminta aku akan segera pulang saat itu dan mencari mu."

-12/06/18-
-oreomeo-

MAN(T)ANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang