KADO ULANG TAHU
Gue lihat Kakak-kakak gue satu per satu, gue tatap mereka dengan tatapan penuh permintaan, gue minta penjelasan dari mereka karena mereka pasti mengerti tentang semua ini. Sungguh rasanya kaya kena petir di siang bolong gue yang notabene baru bangun tidur, bangun-bangun langsung dihadapin dengan mereka-mereka ini yang mau jodohin gue.
Gue sempet berfikir ini mimpi, tapi ini bukan mimpi sama sekali. Semuanya nyata apalagi setelah gue kena peluk orang asing di sebelah gue sekarang. Semakin membuat gue percaya kalau ini bukan mimpi.
"Kok anak saya lama sekali, maaf ya kalian jadi menunggu lama?. " Kata Tante-tante yang belum aku ketahui namanya dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Ya, saya sebagai Ayahnya juga minya maaf. Padahal dia sudah berjanji untuk datang tepat waktu. "
"Nggak apa-apa kok Bang, biasa anak-anak kalau udah dewasa sibuk sama pekerjaan pasti lupa sama orangtua. " Kata Papi gue sambil lirik-lirik anaknya.
Curhat Papi?
Ingin gue tanya gitu, tapi rasanya nggak sopan amat. Tapi emang apa yang dikatakan Papi ada benarnya, posisi kita sedikit tukeran sekarang. Dulu Papi sibuk amat dengan pekerjaan sampe-sampe kita lihat Papi kalau makan pagi doang, kita sebagai anak protes besar-besaran kini giliran Papi yang merasakan apa yang kami rasakan dulu.
"Nak," Kata tante disebelah gue. "Mau ya sayang jadi menantu tante?."
Gue mejemin mata sejenak, mengambil nafas dalam kemudian berlahan menghembuskannya secara halus. Mana bisa gue mau jadi menantu, anaknya aja gue kagak tahu. Bingung mau jawab apa gue cuma tersenyum sopan menanggapi pertanyaan tante-tante di sebelah gue ini.
Obrolan terus berlanjut dengan berbagai tema bahasan, gue berusaha jadi pendengar yang baik aja sampai akhirnya sosok pria yang kita tunggu datang.
"Malam semua, maaf sata terlambat." Sapa dia kemudian sedikit mundukkan kepala sebagai tanda maaf.
Mami gue langsung berdiri menyambut pria tersebut,gue melihat bagaimana interaksi Mami sama pria tadi. Dia menjabat tangan Mami kemudian Mami menerimanya dengan ekspresi bahagia dan mengapit lengan pria tersebut untuk ikut duduk bareng kita-kita.
"Nggak apa-apa, Nak. Kami paham betul pekerjaan Nak Al ini sangat banyak." Jawab Papi gue. Coba aja kalau gue atau kakak-kakak gue, sudah pasti Papi akan marah-marah.
Pria tersebut menyapa kedua orangtuanya dan juga kakak-kakak gue. Mereka terlihat akrab sekali, pastilah mereka sudah saling kenal. Kemudian pria tadi menyapa gue dengan tatapan yang berbeda. Sedikit mengerikan menurut gue.
Mungkin dia sudah tahu maksud pertemuan ini dan kemungkinan besar dia benci sama gue, dia pikir gue suka apa di jodohin sama dia."
"Oiya, kenalan dulu dong kalian. Masa calon istri nggak kenal calon suaminya, begitu juga sebaliknya." Kata Tante Maya. Iya, namanya tante Maya. Tadi aku sempet denger Mami sebut nama Tante itu.
"Ayo sayang kenalan dulu!." Bujuk Mami.
Gue ulurin tangan gue ke dia dan dia balas uluran tangan gue. "Yuki." Kata gue memperkenalkan diri.
"Al...." Ucapnya singkat.
Dingin amat nih orang, lama-lama bersanding ama dia bisa bikin gue beku kayaknya.
"Ya udah yuk, sekarang kita makan. Pasti cacing-cacing dalam perut kalian udah pada protes." Ajak Mami gue dengan ramahnya.
Kami berdelapan pun mengikuti Mami yang lebih dulu jalan. Sebagi petunjuk jalan menuju ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY FOR MY CHILDREN √
RandomCeritanya sudah nggak lengkap karena ..... Cerita ini sudah diterbitkan dan ada di google play book juga lhoo