31

5.4K 361 11
                                    

BAHAGIANYA ISTRIKU

🍁🍁

Satu jam lalu aku dan Yuki sampai di kota pelajar tepat disaat lagit sudah menggelap. Aku melihat wajah istriku yang terus saja berseri dari awal keberangkatan hingga saat ini, saat mata kami hendak terlelap. 
Aku dan Yuki berada di atas kasur, kami berdua hendak tidur tapi mata istriku tercinta masih saja terbuka sembari mandang gelap dari balik jendela yang gordennya belum tertutup.

Aku menarik Yuki kedalam dekapanku, saat ini posisi tidurnya sedang membelakangiku, kepalanya berada di atas lenganku. Aku membelai rambut halusnya dan sesekali menciumnya. "Tidur sayang, memang kamu nggak cape apa?" Tanyaku, sebetulnya aku sudah sangat lelah dan ingin sekali mengistirahatkan mata. Tetapi istri cantikku belum juga ada tanda-tanda dia mau tidur.

"Belum ngantuk, tidur aja duluan." Katanya enteng. Kalau mau aku sudah tidur dari tadi. 

"Mikirin apa si?" Tanyaku penasaran.

"Nggak mikirin apa-apa, cuma mau menikmati hari aja. Apalagi berdua dengan kamu, Yang."

Aku merasakan Yuki berbalik badan, kini wajah kami saling menatap. Tangan halusny menjelajahi wajahku. Aku hanya bisa memejamkan mata, menikmat perlakuan lembutnya.

"Padahal tiap hari kita juga tidur berdua, ngobrol dulu sebelum tidur, manja-manjaan. Tapi entah kenapa malam ini rasanya tuh beda, bahagia aja gitu dan ngerasa lebih puas karena nggak bakalan ada yang ganggu." Ucapnya.

Aku semakin mengeratkan pelukan pada istriku, dengan mata yang masih terpejam aku tersenyum mendengar curhatannya. "Kamu si, sibuk mulu. Nggak di rumah, di kantor pekerjaan terus yang dibelai-belai. Mau tidur aja aku harus relain kamu berkutat dengan pekerjaan dulu baru beralih ke aku kalau mata kamu udah ngantuk berat."

Aku meringis atas singgungan dari istriku. Semua yang ia ucapkan adalah benar adanya. Tanpa aku sadari ternyata selama ini dia merasa di nomor sekiankan, padahal aku merasa jika sudah memperlakukannya dengan adil. Tapi ternyata tidak jika dilihat dari sudut pandangnya. Ia merasa aku kurang perhatian, selalu terabaikan jika sedang ingin bermanja-manja karena gangguan yang datang tiba-tiba.

"Ingin rasanya kamu aku gigit, Yang. Sampai biru-biru biar kamu peka, tapi aku kasian nanti suamiku kesakitan lagi."

Ku buka mataku, aku menatap wajah sendu istriku. Matanya sudah berkaca-kaca. Sebegitu dalamkah luka yang aku lakukan sehingga ia ingin menangis?.

Jari-jariku ku ulurkan untuk menghapus jejak air mata yang hendak membasahi pipinya. Baru beberapa mingu dengannya saja aku sudah menorehkan luka yang tak aku sadari. Sungguh, aku benar-benar bodoh. Kenapa aku tidak peka, padahal selama dimatanya. 

"Maafkan ketidak pekaanku ini, maaf sudah mebuatmu terluka. Ingatkan aku ketika aku terlalu sibuk dengan duniaku." Aku merasakan Yuki mengangguk.

"Sekarang tidurlah, katanya besok mau berburu belanjaan."

Kali ini Yuki tak membantah, ia menuruti ucapanku. Aku pukpuk punggungnya, seperti apa yang sering aku lakukan pada Ayra dan Yas dulu agar mereka cepat terlelap. Mengingat Yas dan Ayra membuatku merindukannya. Kemarin saat berpamitan ke rumah Mama, mereka berdua menangis minta ikut. Sebenarnya aku dan Yuki akan mbawa serta mereka dengan membeli tiket tambahan tapi Kakakku menolaknya. Katanya takut Yas dan Ayra mengganggu kami, padahal tak masalah jika kedua bocil itu ikut. Anggap saja latihan liburan bersama keluarga kecil.

MOMMY FOR MY CHILDREN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang