28

6.1K 442 16
                                    

Sedari tadi pekerjaan Yuki hanya memandangi jam sambil memainkan ponsel. Yuki sedang menanti kedatangan sang suami yang sudah seminggu ini bekerja di luar kota. Yuki sempat merengek untuk ikut, namun dengan keras Al menolak. Bukan tidak mau jika Yuki ikut, hanya saja Al takut Yuki ankan bosan karena di sana Al benar-benar sibuk.

Semalam Al menelpon Yuki dan bilang sore ini akan pulang kemungkinan besar jam lima sore sudah ada di rumah, tapi ini sudah jam lima lewat Al belum juga menampakkan wajah. Yuki semakin gelisah karena telepon Al tidak ada tanda-tanda aktif.

Sudah seminggu ini juga Yuki di rumah sendiri hingga akhirnya ia memutuskan untuk mempekerjakan asisten rumah tangga, untung saja sang mertua baik hati mengirimkan asisten rumah tangga di rumahnya untuk bekerja di rumah Yuki dan Al, jadi Yuki tak susah-susah mencari. Apalagi sekarang si kembar tinggal bersama Papahnya membuat Yuki semakin kesepian. Ingin Yuki mengajak si kembar ke rumah untuk menemaninya tapi nggak enak hati untuk bilang sama Abi.

Bosan dengan acara televisi, Yuki memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Ia memutuskan untuk tiduran sembari menunggu adzan magrib tiba daripada menunggu Al yang tidak jelas.

🍁🍁

Al mengumpat kesal, sedari tadi ia bersama penumpang lainnya meluncurkan kalimat-kalimat protes karena terjadi delay penerbangan selama satu jam, tapi tidak ada memberitahu sama sekali dari pihak maskapai, sungguh mengesalkan bukan. Al sengaja langsung ambil penerbangan setelah urusannya selesai agar bisa sampai rumah hari ini juga dan bisa bertemu istrinya yang beberapa hari sudah sangat sensitif karena ia tinggalkan, tapi harapannya pupus karena insiden ini.

Al mengaktifkan kembali telepon genggam yang ia non aktifkan selama rapat, ia kembali merutuki dirinya setelah mendapat notif dari sang istri yang terus saja menayakan keberadaannya. Al mencoba membalas pesan Yuki dan menelpon Yuki, tapi Al harus menelan kekecewaan karena pesan dan teleponnya diabaikan oleh Yuki.

Al berusaha mencari jalan keluar agar sesampainya dirinya di Jakarta nanti bisa langsung memperbaiki hubungan dengan sang istri. Al baru merasakan sekarang seberapa beratnya ketika ia bertugas di luar kota meninggal istri di rumah sendirian berbeda sekali dengan keadaan dirinya yang dulu masih singgel.

Akhirnya setelah satu jam menunggu dan selama empat puluh lima menit berada di atas ketinggian, ia bisa mendarat dengan selamat di Jakarta.

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan bandara, Al terlebih dahulu berpamitan dengan asisten dan juga beberapa orang kepercayaan yang ikut dalan perjalanan bisnis kali ini.

Jika mereka, rombongan Al di jemput oleh istri, anak dan ada juga yang di jemput oleh orang-orang terkasih mereka berbeda dengan Al. Al hanya bisa gigit jari karena tidak ada yang menjemputnya. Al harus berpuas diri meski hanya sopir kantor saja yang menjemput dirinya. 

"Pak, nanti mampir dulu ke rumah flowers ya?" Pinta Al pada sang sopir. Ia berniat memberikan bunga sebagai tanda maafnya pada Yuki, berharap saja istrinya mau memaafkan.

Sang sopir pun mengiyakan keinginan tuannya. Sepanjang jalan mereka terlibat percakapan entah mengenai pekerjaan ataupun masalah pribadi. Al bahkan tak canggung untuk bertanya soal istri sang sopir yang mungkin saja kadang marah saat ditinggal seperti Al saat ini dan Al pun mendapatkan pelajaran berharga dari sopirnya.

"Non Yuki pasti marah ya Tuan? Wanita memang seperti itu. Kadang susah di mengerti tapi sesungguhnya dalam marah mereka tersimpan sejuta rindu dan beribu kecemasan saat suami mereka jauh dari jangkauan. Kalau nanti sesampainya tuan di rumah non Yuki cemberut maka pepet saja terus ajak bicara, buat mereka mengerti. Jangan diam saja karena sesungguhnya mereka ingin kita sebagai laki-laki mengejar para perempuan."

MOMMY FOR MY CHILDREN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang