23

6.2K 505 26
                                    

Please jangan cuma jadi silent readers okey! Satu vote kalian sangat berharga buat akyuuu apalagi komen kalian yang lucu² bikin ketawa sendiri ampe mamih akyu bilang akyuh itu kenapa ketawa sendiri....

🍁🍁

Marah, kesal itu yang sekarang Yuki rasakan. Gimana tidak, orang yang ia cemaskan setengah mati ternyata sedang asik geleng-geleng kepala karena mendengar alunan dangdut yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.

"Kamu kok di sini" Tanya Al pada Yuki, saking asiknya Al saja tidak menyadari kedatangan Yuki beruntung kakak tertuanya itu tidak ikut masuk, coba saja kalau Keffin ikut masuk sudah pasti Al akan babak belur.

Tanpa tedeng aling-aling Yuki memukul Al dengan membabi buta. Al meringis dan marah karena tidak menyadari kesalahannya. Dengan terisak Yuki masih saja memukul dada Al meski pukulannya kian lama kian melemah.

"Kamu memang kurang ajar! Kamu bikin aku khawatir! Kamu hampir bikin aku sakit kepala karena memikirkan keadaanmu yang entah seperti apa! Aku takut kamu kenapa-kenapa karena mengabaikan pesanmu yang mengatakan kau sakit. Sebesar apapun otak ini aku ajak berfikir positif, tapi sekuat itu pula bayangan negatif akan keadaanmu menghantui aku." Dengan kasar Yuki melepaskannya tangannya dari jeratan tangan kekar Al yang berusaha menghentikan pukulannya.

Dia berkacak pinggang dan menatap Al marah sementara Al masih menetapk Yuki bingung. "Tapi ternyata yang aku takutkan, yang aku khawatirkan sedang asik-asik menonton TV dengan tayangan dangdut! Sial aku tertipu!"

Al memcoba mendekati Yuki, ia tahu sekarang kenapa Yuki marah besar kepadanya. Beberapa jam lalu Al sempat memancing kedatangan Yuki dengan alasan sakit namun sialnya Al tak juga melihat ciri-ciri kalau Yuki mau datang. Al menghempas teleponnya begitu saja yang masih dengan mode diam. Sungguh Al menyesal jikan akan seperti ini kejadianya.

Yuki yang sedang duduk tertunduk lesu sembari menangis terisak. Bukan Yuki tak senang jika Al sehat walafiat tapi Yuki hanya kesal tak lebih. Al memeluk Yuki, memenagkan calon istrinya. "Maaf... Aku nggak ada maksud membuatmu khawatir. Jujur saja aku kesepian karena tidak ada kalian jadi aku cari-cari alasan agar kalian mau menemuiku, siapa sangka malah jadi seperti ini." dengan halus Al menjelaskan kepada Yuki, kekanakan memang tapi hanya alasan tersebut yang terlintas diotak Al.

Lama untuk Al bisa menenagkan Yuki, membuat Yuki kembali tersenyum hangat padanya. Meski sudah berlalu Yuki masih saja belum memaafkan Al. Mukanya masih ditekuk, dia hanya diam tak menanggapi setiap perkataan yang keluar dari mulut manis Al.

Al menoel noel pipi Yuki yang mulai cabi. "Kamu gendutan deh, Yang. Besok harus ke butik lagi nih, siapa tahu bajunya udah nggak muat." Niat hati bikin Yuki membuka mulut malah meleset, Al justru kena pelototan tajam.

"Takut yang, jangan pelototin gitu. Mending kita bikin makan aja yuk! Aku bener-bener laper nih. Dari pulang makan di tempat Mama, aku belum makan lagi." Dengan suara manja Al mengkode Yuki agar Yuki mau memasakkan makanan untuknya.

Yuki tak menjawab permintaan Al namun Yuki tetap melangkah ke dapur membuatkan anak manja seperti Al makanan. Meski dalam keadaan marah Yuki tak tega untuk membiarkan Al kelaparan. Yuki memang sudah cukup cekatan jika berurusan dengan masak memasak dan dapur, kemampuan Yuki tak bisa di ragukan lagi. Al hanya mampu mengamati Yuki dengan bersandar di dinding dalam hati ia bersyukur memiliki calon istri seperti Yuki. Setidaknya ia tak takut kelaparan, tidak diurus oleh istri ketika mereka bertengkar. Nyatanya sekarang saja Yuki mau mengurus dirinya.

Tak tahan jika hanya melihat Yuki dari jauh, maka Al mendekat memotong jarak diantara mereka. Dengan santainya Al memeluk Yuki dari belakang, membuat ruang gerak Yuki sempit.

MOMMY FOR MY CHILDREN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang