Chapter 10 - Pilihan

4.5K 132 51
                                    

Pagi ini masih saja Kelabu. Baik Nico maupun Dara belum juga saling bertegur sapa. Keadaan semakin memburuk rupanya. Seusai pertengkaran itu, Nico tak lagi mau tidur disamping Istrinya. Dan Dara pun, Sepertinya enggan lagi membujuk suaminya. Fikirnya, Mungkin lebih baik jika ia memberi waktu sejenak untuk Nico memikirkan masalah ini, Tapi siapalah yang dapat menduga isi hati Seseorang. Nico justru berfikir jika istrinya memanglah sangat keras kepala, Selalu menuntutnya dan tak mau mendengarkan alasannya. Nico fikir kediaman Dara adalah bentuk keegoisannya.

seperti pagi tadi, Keduanya masih saling diam di ruang makan. hanya garpu dan sendok saja yang saling beradu. Sangat Senyap, tak ada percakapan apapun yang keluar dari mulut mereka. Hanya lirikan bergantian yang sesekali terlihat diantara kedua bola mata yang saling memancarkan kerinduannya.

Walau tak mengatakannya, tapi pancaran mata mereka tak dapat berbohong jika mereka saling merindukan dan saling membutuhkan.

Andai saja Bisa. Baik Nico maupun Dara sangat ingin menyudahi perselisihan ini.

"Nick. Loe masih belum baikan yah sama Dara." Tanya Andre ketika mereka Sedang Lunch di Kantin Kantor. Nico tak menjawab, Hanya gelengan lesuh dan raut wajah muram yang ia tampakkan.

"Memangnya masalah kalian apa sih?"

Lagi-lagi Nico tak menjawab.

"Ayolah Nick. Loe kan udah lama kenal ama gue. Yah, kali aja gue bisa bantu masalah loe. Seperti yang udah-udah kan?"

Nico menggeleng pelan. "Kali ini gue yakin loe nggak bakal bisa bantuin masalah gue."

"Loh kenapa? emangnya masalah loe sebesar apa sih?"

"Loe tetep nggak bakalan ngerti, Ndre. Gue aja pusing mau nyelesaiinnya gimana. Gue terjebak dalam masalah ini. Mengambil keputusan apapun, gue akan tetap menyakiti hati Dara. Dan hati gue juga pasti akan terluka."

Alis Andre bertaut. semakin bingung dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. "Memangnya ada apa? Keputusan apa yang harus loe ambil?"

Nico menghela Nafasnya. Tak berniat ingin memberitahu Andre, Tapi jujur saja masalahnya kali ini tak mampu diatasinya sendiri. Dia bahkan membutuhkan seseorang yang mampu membuatnya bijak dalam mengambil keputusan. Tapi dengan Andre, sepertinya tidak!. bukannya meragukan kebijakan Sahabatnya itu. Namun ia rasa ini bukanlah kapasitas Andre.

"Nick?"

"Maaf Ndre. Kali ini gue benar-benar nggak bisa cerita."

Dan setelahnya, Keterdiaman mendominasi mereka. Nico terlampau kalut akan masalahnya. Sedang Andre, semakin merasa penasaran dengan masalah yang menimpa sahabatnya ini. Ingin sekali ia mengetahuinya, tapi tak mungkin juga ia memaksakan Nico. Mungkin saja masalah Nico kali ini memang bukanlah kapasitasnya dalam mencari solusinya, mengingat dirinya juga belum pernah merasakan pahit manisnya berumah tangga.

~~♡☆♡~~

Saat akan kembali ke rungannya, Nico tanpa sengaja melihat sosok istrinya berjalan tergesah-gesah menuju ruang kerjanya, diikuti Yudha di belakangnya.

"Dara. Jawab aku. kamu kenapa?"

"Aku nggak apa-apa kok, Yud."

"Nggak apa-apa gimana?" Yudha menghentikan gerak langkah Dara dengan mengunci pergelangan tangannya. "Lihat Mata kamu. Sembab. Kamu pasti habis nangis kan?"

Dara terdiam, Wajahnya ia tundukkan, menghindari tatapan cemas bercampur curiga sahabatnya itu.

"Nico apain kamu?"

"Mas Nico nggak ngapa-apain aku." Dara menjawab sangat lirih. wajahnya semakin ia tundukkan.

"Dara, Lihat aku." Nada suaranya mendesak. Namun Dara seolah tak memperdulikannya, malah berusaha melepas cengkraman tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Ke'DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang