19

5.5K 308 33
                                    

Seperti biasa, Qian sedang berada di balkon rumahnya untuk menghirup udara segar di pagi hari. Dari belakang Rey menghampirinya dengan tangan yang sibuk memakai dasi sekolahnya.

Qian menoleh ke samping menatap kakak sepupunya, "Ck. Udah mau lulus SMA tapi belum bisa pake dasi sendiri." cibirnya.

Rey menatap Qian dengan sebal, "Buruan pakein, gue belum minum susu."

Mata Qian menyipit, "Lo masih belum berubah ya, di sekolah kayak preman dirumah kayak anak mamih." Qian mulai memakaikan dasi ke kerah baju yang di kenakan Rey.

"Jadi kangen mamih," balasnya.

"Yaelah baru semalem disini dah kangen aja."

Rey menarik tangan Qian, "Sarapan dulu, gue udah masakin nasi goreng." ucapnya sambil melangkahkan kaki menuju meja makan.

"Bad boy bisa masak, kayak Daff---" Qian tidak melanjutkan ucapannya.

"Ck, suka tapi diem aja." sahut Rey langsung melengos pergi.

Qian dan Rey makan berdua di meja makan, Yudha dan Kirana menghampiri mereka.

"Om sama Tante pergi dulu ya, titip Qian." kata Yudha menepuk pelan bahu Rey.

Qian hanya menatap datar keduanya, malas berbicara.

"Sayang, kita berangkat dulu ya." ucap Kirana mencium puncak kepala Qian.

"Iya,"

Setelah berpamitan, mereka langsung pergi tanpa memberi secuil perhatian kepada Qian. Yang ada di fikiran Qian saat ini adalah :

Kapan mama bisa masak buat aku?

Kapan papa sama mama ada waktu?

Kapan kita liburan bareng?

Kapan ma?
Kapan pa?

KAPAN-KAPAN!

Rey mengusap kepala Qian, Qian menyenderkan kepalanya di bahu Rey, "Selalu kayak gini."

"Shuttt! Ada gue. Yuk berangkat, nanti kita telat."

Qian mengangguk pasrah saat Rey menggendongnya ala bridal. Qian seperti mendapatkan kasih sayang seorang kakak.

******

Berbeda dengan Daffi yang masih bergelut diatas kasur empuknya.

Bunda sudah siap membangunkan Daffi dengan gayung di tangan kanannya.

"DAFFI! MILIH KEBANJIRAN ATAU KEHUJANAN?!" Teriak Aini dengan suara lantang, Aini memang mantan Danton Paskibra di sekolahnya dulu, jadi suaranya sangat menggelegar.

Daffi yang terkejut refleks membuka matanya, "Bun, jangan teriak-teriak ini bukan lapangan." Daffi malah menarik selimutnya lebih ke atas.

"Jangan salahin bunda kalau air yang ada di gayung ini mendarat halus di muka kamu!"

Daffi langsung terbangun dan duduk menatap Aini, "Bunda seneng banget sih nyiram aku,"

"Bunda males nyiram taneman, ya udah nyiram kamu aja deh."

Bunda yang langka.

Aini menyodorkan sebuah handuk berwarna pink, "Mandi cepetan!" perintahnya.

Daffi melongo melihat warna handuk tersebut dengan pandangan geli, cogan Teladan masa pakai warna pink. HARGA DIRI MAU DI TARUH DIMANAAAAA?!!!!!

"Bun, ini handuk warna nya gak ada yang lain apa?" Daffi memberengut kesal, "apa-apaan coba warnanya."

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang