34

5K 303 12
                                    

Sedih itu apa?
Jarak yang mencoba untuk memisahkan kita dan hati yang selalu meronta ingin mendekat.

-I WANNA BE YOURS-

Happy reading, guys ♡♡♡

-
-
-

Hari ini adalah hari terakhir ulangan akhir semester kelas 11. Qian termenung menatap buku tebal di hadapannya. Ia tak berniat untuk membaca, dilihatnya jam tangan berwarna biru muda itu yang melingkar dengan indahnya di pergelangan tangannya. Lima belas menit lagi bel berbunyi. Ia beranjak dari kursinya, dan melangkahkan kakinya keluar kelas. Ia menuju kelas yang sudah seminggu ini berkurang satu penghuni kelasnya. Daffi.

Qinthara yang sedang asyik membaca pun tak menyadari jika temannya di samping sudah tak ada di tempatnya.

Setelah acara berkumpul itu, Daffi menghilang tanpa kabar. Sulit ditemui, jangankan bertemu, untuk menghubunginya saja sangat sulit.

Qian mempercepat langkahnya untuk menemui dua orang yang sudah ia anggap seperti sahabatnya juga.

"Han, Ka, gimana?" Tanya Qian tanpa berbasa-basi.

Rehan menghela napasnya, "Maaf, Qi. Kita belum dapet kabar apapun. Bahkan orang tuanya aja gak bisa dihubungi." Ujarnya.

"Dia alpa lagi hari ini." tambah Raka.

Qian termenung, lalu ada sebuah tangan yang melambai.

"Qi, mending kita fokus ulangan terakhir hari ini dulu. Baru kita fokus cari dia." Kata Rehan. Ia mengantar Qian untuk kembali ke kelasnya.

Raka menatap kedua punggung sahabatnya itu.

"Daff, lo kemana njir. Kita semua disini kayak orang bego nyariin lo." umpatnya dengan geram.

**********

Di lain tempat, lelaki berperawakan jangkung dengan tubuh atletis itu sedang berbaring di kasurnya. Bergerak kesana kemari dengan gelisah. Aish. Ia sangat merindukan gadisnya itu. Ia sangat jauh dengan gadisnya, ditatapnya ponsel yang sudah ia jauhi selama seminggu ini.

Daffi memberanikan diri untuk membuka ponselnya, lalu ia meringis. Begitu banyak panggilan telepon dan sms. Semuanya dari ketiga temannya, dan gadisnya.

Daffi meremas ponselnya, ia bingung harus apa. Ia pikir, pergi tanpa memberi tahu itu adalah keputusan yang benar. Ia hanya belum siap melihat wajah sendu teman-temannya.

Daffi melihat ke arah setumpukan buku, ya itu adalah buku dari sekolah barunya. Beruntunglah ayahnya menyekolahkannya di tempat khusus pria. Jadi ia tak akan berpaling dengan gadis lain. Hatinya masih untuk Qian seorang.

Lama bergeming di tempat, ia teringat sesuatu. Ia teringat dengan cerita Qian tentang masa lalunya. Aldo. Dahulu Qian pernah juga ditinggalkan tanpa sebab. Owh astaga! Qian pasti kembali terluka. Daffi tidak sempat berpikir kesana. Satu kata yang mengespresikan dirinya saat ini adalah, menyesal. Ah rasanya ia ingin menyalahkan kedua orang tuanya yang mendadak membuat keputusan itu. Tetapi, di sisi lain juga ia memang harus berangkat.

Daffi memejamkan matanya sejenak, memori tentang dirinya yang bersama dengan Qian menari di kepalanya.

"Lo tuh cowok paling nyebelin di dunia ini. Tapiiiii....."

"Tapi apa?"

"Tapi gue sayang hehehe."

"Lo cewek kedua gue yang cerewetnya kebangetan."

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang