14

6.7K 351 15
                                    

"Qian, sebenernya gue suka sam-" ucapan Daffi terpotong karena panggilan seseorang.

"WOI DAFFI QIAN!!!" teriak Rehan dan yang lainnya.

Kenapa mereka datang disaat waktu yang lagi romantis gini sih. Daffi membatin dengan kesal.

Rehan datang dengan cengiran khasnya, "Kesini gak bilang-bilang lo ye."

Daffi menatap sebal ke arah Rehan, "Ganggu aja!"

"Serius amat lo tadi, lagi ngapain sih kalian?" tanya Adit.

Daffi mendesis, "Bukan urusan lo."

"Kok kalian cuma ber-4? Yang lain mana? Gak diajak? Atau tidur? Lagi istirahat, ya?" pertanyaan beruntun keluar dari mulut Qian dengan kecepatan diatas rata-rata.

Daffi menutup mulut Qian, "Ni mulut yaa, udah kayak petasan aja."

"Emmphh-hh, ih tangan lo bau."

"Sialan lo!"

Qian menjulurkan lidahnya.

"Kak Arin sama Kak Reza kayaknya istirahat. Kalau Bunda sama Ayah lagi ngobrol sama Oma."

Daffi ber-oh ria, "Tujuan kalian dateng kesini?"

"Gangguin lo berdua," jawab Rehan dengan tampang polosnya.

"Anjir lo!" Daffi berdecak kesal.

"Oh iya, Daff. Lo tadi mau ngomong apaan?" tanya Qian teringat sesuatu bahwa Daffi tadi ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Eng-gak, gak jadi." sahut Daffi terbata. Tidak mungkin ia mengatakan hal tersebut di depan Rehan dan yang lainnya.

"Oh, ayok kita jalan-jalan." ajak Qian.

Qinthara menguap lebar, "Gue masih ngantuk,"

"Kode banget minta gendong." ucap Qian.

Qinthara menoleh ke arah Raka dengan tatapan memelasnya, "Raka baik deh, ganteng, imut, uhhhh." ia mencubit pipi Raka dengan gemas.

"Hadeuh! Gerah banget ya kak disini." ucap Rehan berbicara ke arah Adit yang sedang meneguk air mineral.

"Perasaan dingin disini." ucap Adit seraya menaruh botol minumnya didalam tas ranselnya.

"Ah anjir banget!" Rehan mencebik kesal, Adit tak paham maksud ucapannya.

"Hahaha mampus lo! Sini Qin, naik ke punggung gue." ucap Raka menarik tangan Qinthara.

"Ih, baik." Sahut Qinthara dengan senyum cerah. Sebenarnya ia sudah tidak terlalu mengantuk, hanya saja ini waktu yang tepat untuk berdekatan dengan Raka.

"Ratu, kamu gak mau kayak gitu?" Daffi Mentoel-toel lengan Qian.

"Gak!" ketus Qian seraya beranjak dari tempat duduknya dan pergi.

"Hahahaha!" Semua orang tertawa melihat wajah Daffi yang memelas.

"Qi! Tunggu!" teriak Daffi sambil berlari kecil mengejar sang pujaan hati.

Mereka semua berjalan bersama mengikuti arah perginya Qian dan Daffi.

Mereka semua menghabiskan waktu untuk berkeliling di daerah wisata Dago Pakar, dengan wajah berseri dan diiringi canda tawa.

*****

Matahari mulai terbenam, mereka semua bersiap untuk pulang ke rumah Oma. Mereka sangat menikmati libur sekolah hari pertama di Bandung. Mereka sangat nyaman dengan suasana damai di Bandung, tidak seperti di Jakarta yang setiap harinya selalu ramai kendaraan karena kemacetan.

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang