27💕

5.9K 304 14
                                    

Disinilah mereka, lapangan khusus basket yang luas milik SMA TELADAN. Qian tengah duduk di bawah pohon jambu pinggir lapangan, pandangannya tak pernah lepas dari sesosok tubuh jangkung yang kini sedang memantulkan bola basket tersebut dan memasukkannya ke dalam ring. Sudah satu jam lebih Qian hanya memperhatikan Daffi yang bermain basket seraya mengajari beberapa teknik basket ke seluruh anggota ekstrakulikuler basket itu.

Diam-diam Qian tersenyum tipis saat Daffi tengah serius memberi arahan kepada adik-adik kelasnya. Bukan hanya cowok saja, cewek pun ada yang mengikuti ekstrakulikuler basket. Entah untuk serius bermain basket atau hanya sekedar untuk mencari gebetan.

"Kalian coba latihan dulu ya, gue mau ngadem bentaran." kata Daffi ke semuanya. Ia berlari menghampiri tempat duduk Qian seraya merentangkan tangannya.

Qian tampak kebingungan, "Apaan?"

"Peluk,"

Pletakkk!

"Adawww!" ringis Daffi mengusap-usap dahinya yang terkena jitakan Qian.

"Kok dijitak sih?!"

Qian menghela napas seraya menyodorkan handuk kecil dan sebotol air mineral dingin.

"Biar gak kebiasaan!" sahut Qian santai.

Daffi menerima handuk dan botol minum itu dengan senang hati, "Makasih yaa." ujarnya seraya tersenyum.

Qian mengangguk.

Daffi duduk di sebelah Qian, ia mulai mengusap peluh di wajahnya. Cuaca saat ini beruntung tidak terlalu panas.

"Qi?" Panggil Daffi.

"Hm," balasnya cuek seraya menoleh ke samping, sehingga tatapan mereka bertemu.

"Ada yang pengin gue bicarain," katanya dengan raut wajah serius.

"Iya ap-"

"Kak Daffi maaf ganggu, boleh fotbar gak?" Tiga cewek menghampiri Daffi dengan tatapan centil mereka, salah satu diantara mereka memotong ucapan Qian yang belum selesai bicara.

Cewek-cewek itu menatap sinis ke arah Qian. Ia hanya menghela napas pelan.

Daffi tersenyum tipis, dan berkata. "Maaf, gak bisa." tolaknya dengan halus.

"Yahh, kenapa?" jawab mereka dengan tatapan kecewa.

"Liat samping kalian, itu cewek gue." sahut Daffi dengan santai, ia bahkan tak memperdulikan tatapan tajam dari Qian.

Cewek-cewek itu memandang Qian dari atas hingga bawah, mereka menatap geli ke arah Qian. Qian yang ditatap seperti itu pun risih, apa ada yang salah dengan penampilannya?

Dengan sengaja, Daffi menyenderkan kepalanya di bahu Qian. Baru saja Qian ingin memprotes sikap Daffi, namun ia urungkan niatnya itu karena mendapat tatapan memohon dari Daffi.

Salah satu dari cewek itu pun mengibaskan rambut coklatnya ke belakang dengan kasar, "Kakak bohongkan sama kita? Mana mungkin dia pacarnya kak Daffi?" ucapnya dengan wajah memerah menahan emosi.

"Kenapa gak mungkin? Tanya aja sama bebep gue nih." kata Daffi menyengir lebar. Qian yang melihat itu pun hanya mendelik.

"Lo siapa nya?" tanya cewek itu ketus.

Qian kesal, lalu ia berdiri dan menatap tajam ke mereka. Bahkan ia tak sadar bahwa Daffi hampir terjengkang karena Qian berdiri tidak bilang-bilang.

Kesabaran Qian sudah habis, ia merasa terhina oleh tatapan dan perkataan tidak sopan dari mulut sampah adik kelasnya ini.

"Daffi cowok gue, kenapa?" ucap Qian, terselip nada sinis di dalamnya. Ia juga tidak tahu mengapa bisa mengatakan hal itu, 'cowok gue' mengingat kata yang baru ia ucapkan membuat jantungnya berdebar.

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang