23

5.5K 314 35
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00, tetapi Qian gelisah. Rupanya, ia sedang menunggu Rey pulang sekolah. Aldo yang masih berada di sebelah Qian pun menyadari perbedaan raut wajah Qian yang mendadak muram.

Aldo memutuskan untuk bertanya, "Qi, lo kenapa?"

Qian menoleh ke samping, "Apa?!" sentaknya.

Aldo terkejut, "Anjir! Kaget gue."

Qian menyahut dengan kesal, "Alah bilang aja lo kaget karena setannya nongol!" cibir Qian.

Ya! Mereka sedang menonton film horror bersama di ruang keluarga. Menurut mereka lebih seru menghabiskan waktu di depan tv daripada keluar menghabiskan uang hahaha.

"Hahaha! Iya sih, serem mukanya kayak lo," cengirnya.

Qian mendelik, "APA LO HAH?!" Ucap Qian sambil mengepal tangannya yang siap melayangkan tinju.

Aldo menciut menatap takut-takut ke arah Qian, "M-Maaf!"

Qian beranjak dari duduknya dan mengambil bantal kecil lalu ia lemparkan ke arah Aldo yang tengah menonton.

"Makan tuh bantal!" ketus Qian.

Aldo menghiraukan Qian, Qian pun mencebik kesal. Ia putuskan untuk keluar rumah, alih-alih menunggu Rey pulang.

Saat membuka pintu, kedua satpam itu memberi hormat kepada Qian.

"Mau kemana, Non?"

"Duduk!"

Gerbang rumah terbuka, sebuah mobil memasuki perkarangan rumah Qian.

Senyum Qian mengembang, ia tahu betul siapa yang datang. Qian berlari ke arah bagasi mobil.

"KAK REY! AKHIRNYA LO PULANG JUGA, SI ALDO NGACANGIN GUE MULU. URGHHHH! KESEL BANGET GUE." Teriak Qian di luar mobil dengan suara keras. Rey keluar dari mobil dan mengacak pelan rambut Qian.

"Yeay! Cepet banget lo sembuhnya." kata Rey mencubit pelan pipi Qian.

"Iya dong, gue kan bukan orang lemah. Kok lo lama banget sih pulangnya, kemana dulu emangnya? Gue nungguin sampe lumutan!" Qian mengoceh dengan cepat.

Rapper handal ya gini, hadeuh. pikir Rey.

"Gue nungguin temen lo dulu, tuh." Kata Rey menunjuk seseorang yang keluar dari mobilnya.

Qian melongo, "Qinthara?" tanyanya meminta penjelasan kepada Rey. Qinthara tersenyum kikuk ke arah Qian. Dibalas senyum hangat olehnya.

"Kelarin masalah kalian yuk di dalem." ajak Rey menggandeng tangan Qian dan Qinthara untuk masuk ke dalam rumah.

Tak lupa Rey menyapa dua satpam yang berada di depan pintu.

"Bidadarinya kita jagain dengan aman dan selamat sentosa, Bos!" ucap kedua satpam itu dengan senyum merekah.

"Bandel gak?" tanya Rey tersenyum jahil.

Kedua satpam itu hanya diam menatap takut ke arah Qian. Bagaimana tidak diam? Qian tengah memelototi kedua satpam itu dengan mata yang tajam.

Rey tertawa terbahak-bahak, "Bidadarinya galak ya, Pak."

Bodohnya, kedua satpam itu mengangguk pelan.

Qian berjalan duluan memasuki rumah dan duduk kembali di samping Aldo yang tengah meringkuk ketakutan.

Baru saja Aldo ingin memeluk Qian, Rey sudah duduk di tengah-tengahnya.

"Enak aja lo maen nyosor-nyosor aja kek soang." ucap Rey menjitak pelan dahi Aldo. Aldo hanya menyengir saja.

"Qi." panggil Qinthara dengan suara paraunya. Yang dipanggil pun menoleh. Qian tidak menjawab, hanya mendengarkan apa yang mau dibicarakan dengan Qinthara.

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang