31

5.3K 306 10
                                    

Silahkan pindah tempat, asalkan tak pindah hati.

-I WANNA BE YOURS-

-Likubby

Beberapa pohon rindang bergerak kesana kemari mengikuti arah angin, banyak tanaman indah menghiasi tempat ini.

Yak! Qian dan Daffi berada di taman belakang rumah Qian, hanya bersantai.

"Qi, pohonnya gede juga, mau gue buatin ayunan gak?" tawar Daffi dengan senyum tipis. Qian mengernyit heran.

"Gak mau ah, kayak anak kecil aja." jawab Qian dengan acuh.

Daffi mengambil sebuah papan, "Ayah lo punya gergaji gak?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Qian malah balik bertanya. "Buat apa?"

"Ish. Tinggal jawab punya atau enggak, kalau punya tolong ambilin tanpa komentar." perintah Daffi. Ia tak perduli dengan delikan sebal mata Qian.

Qian menghentakan kakinya dan berjalan cepat untuk mengambilkan sebuah gergaji besi. Selain menyebalkan, kekasihnya ini bertindak seperti bos saja.

Beberapa menit kemudian, Qian datang dengan sebuah gergaji di tangannya. Matanya menyipit menatap curiga ke arah Daffi, yang dibalas kerutan di dahi Daffi.

"Mana buru," pinta Daffi dengan tangan menengadah bak memalak uang.

"Lo....gak ada niatan buat mutilasi gue, 'kan?" tanya Qian sambil menjauhkan tangannya dari Daffi.

Daffi menyentil dahi Qian, "Korban sinetron astaga! Gue ini mau buat ayunan, sayaaaannnggg." ujar Daffi mendekati Qian dan mengelus puncak kepalanya.

Qian memanyunkan bibirnya, "Ya gue kan waspada aja, sekarang banyak kasus pembunuhan 'Cowok membunuh kekasihnya, karena kesal.' tadi gue nonton itu di berita." jelasnya seraya menyodorkan gergaji besi.

Daffi menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan Qian. Betapa polosnya kekasihnya ini. Qian kembali duduk di kursi sambil memakan es krim vanilla yang dibelikan Daffi barusan. Ia memperhatikan Daffi yang tengah serius memaku papan kayu, wajahnya sangat serius.

Kalo lagi serius Daffi ganteng juga, e-eh apaan sih gue

Qian menggelengkan kepalanya dan bergidik ngeri. Daffi memperhatikan wajah Qian yang terlihat seperti orang aneh.

"Kenapa lo?" Tanya Daffi dengan suara besarnya yang membuat Qian sedikit terkejut. Qian langsung mengatur napasnya dan memasang wajah sesantai mungkin. Entah mengapa ia agak gugup di tatap seperti itu oleh Daffi.

"Lo kalo terpana sama kegantengan gue bilang aja kali, malu-malu kucing amat." seakan tahu apa yang ada di pikiran Qian, Daffi pun berniat untuk menggoda Qian.

"D-dih apaan sih lo, s-sok kayak dukun aja." elak Qian, memalingkah wajahnya, ia berusaha menutupi wajahnya yang memerah.

Daffi tertawa, "Lucu banget sih lo." ucapnya langsung mencubit pipi Qian dengan gemas.

Qian mendelik kesal saat Daffi terus menggodanya. Setelah puas menjahili Qian, Daffi pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Butuh waktu 20 menit untuk menyelesaikan ayunan pohon buatan Daffi, ia mengukir nama Qian dan Daffi serta tanggal jadian mereka di papan ayunan itu. Qian hanya menopang dagunya, memperhatikan Daffi dalam diam.

Daffi berdehem membuka topik pembicaraan yang sangat ingin ia sampaikan, "Mau tau gak kenapa gue buat ayunan di pohon ini?" tanyanya.

Qian menegakkan tubuhnya dan menatap Daffi, "Ya buat gue main." jawabnya santai.

I WANNA BE YOURS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang