Part 3

222 8 3
                                    

Happy readingg^^^
Semoga suka dan kalo ikhlas tinggalin vote, thxuu

***

"Kantin yuk!" ajak Keanno dengan memukul pelan bahu Nelvan.

Nelvan beranjak dari tempatnya, "Kuy!"

Keduanya lantas jalan beriringan, mungkin sekilas jika banyak orang menilai mereka sedikit mirip. Tinggi badannya yang selaras, bentuk badannya pula, juga dengan raut wajah yang samar-samar serupa.

Kaki mereka kini sudah menginjak lantai kantin, Nelvan baru saja beranjak pergi ke salah satu pedagang di Kantin ini sementara Keanno masih bingung hendak membeli apa.

Kini Keanno mematung dan sontak mulutnya merasakan asem. Ohiya! Dirinya baru sadar bahwa sedari pagi ia belum menghisap sebatang rokok.

Baru ia mengalihkan badan dan berjalan beberapa langkah kaki, namun seperti ada yang memaksanya untuk memberhentikan langkah karena merasa ada pasang mata yang membuntutinya

Ia menengok ke belakang, dan ternyata prediksinya benar.

Perempuan berkuncir kuda dengan seorang temannya itu sedang melihat terus ke arahnya. Tidak, maksudnya hanya perempuan berkuncir kuda yang terus melihat kearahnya.

Bahkan sampai bola mata mereka beradu, perempuan berkuncir kuda itu enggan mengalihkan pandangannya. Perempuan itu seakan sedang menilai sebuah lukisan dengan teliti.

Raut wajahnya seakan sudah familiar menurutnya, detik kemudian Keanno tersadar bahwa perempuan berkuncir kuda itu ialah teman sekelasnya.

Ah, sudahlah. Peduli apa mau perempuan itu teman sekelasnya atau bukan. Yang Keanno tahu, dirinya begitu terusik oleh cara perempuan iu memandangnya dengan membuntuti kemana dirinya akan berada.

"Apa lo ngeliatin gue?" tanya Keanno dan matanya langsung menangkap bahwa perempuan itu sedikit tersentak oleh ucapannya.

Setelah kalimat itu meluncur dari bibir Keanno tapi perempuan itu masih enggan mengalihkan pandangannya. Itu perempuan dungu atau tuli sih? Biasanya kebanyakan perempuan jika sudah kegep melihat seseorang pasti ia akan menunduk, entah apa yang mereka sembunyikan. Tapi tidak berlaku bagi gadis itu.

Satu menit. Dua menit. Keanno lantas menghembuskan nafasnya sebelum memutuskan contact eyes juga Keanno tak lupa mencibir perempuan itu, "Aneh."

"Van!" Laki-laki yang dipanggil 'Van' itu lantas menengok ke belakang.

"Gue nitip permen milkita satu! Rasa strawberry ya," pekik Keanno keras. Masa bodoh dengan persepsi orang tentang sebuah permen milkita strawberrynya itu.

Semenjak Tiara, adiknya menyumpel bibirnya dengan permen milkita itu, Keanno justru merasakan nikmatnya permen berasa susu strawberry. Bahkan tak jarang setelah ia nyebat ditutup dengan mengemut permen milkita.

Dari kejauhan kini Nelvan melempar sebuah permen milkitanya itu ke arah  Keanno. "Nih!"

Dengan sigap pula Keanno menerimanya, "Thanks! Ntar gue ganti ya."

"Yoi."

"Ke Abah nggak?" tanya Keanno. Fyi, Abah itu salah satu tempat tongkrongan SMU Cita Bangsa, tempatnya yang bersebelahan dengan  gedung sekolahnya itu membuat banyak siswa terkadang cabut. Ya, karena tak bukan dan tak lain jarak antara Abah dengan gedung SMAnya itu terdapat pintu yang terkadang suka dilalaikan oleh satpam.

Baru kakinya hendak sampai pada tongkrongan Abah itu, namun suara bel kembali bergema di penjuru ruangan. Membuat Keanno langsung menghembuskan nafas beratnya.

GengsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang