Part 5

143 7 0
                                    

"Perkenalkan saya PJ di gugus lima, nama saya Anisa Geovany, kalian bisa panggil kak Nisa atau Vany terserah," ujar perempuan berkerudung panjang hingga melingkupi bagian dadanya.

Dan seterusnya teman-teman dari Kak Nisa terus memperkenalkan diri sampai tiba-tiba ada seorang laki-laki yang terakhir mampu menarik perhatian Tasya.

"Hai," sapanya dulu.

"Nama saya Vino Aditya saya sebagai ketua MPK," setelah kalimat itu terucap, terlukislah senyum yang indah di bibirnya. Tuhan, sungguh indah ciptaanMu.

Tasya yang melihatnya seakan tidak berhenti memuji pria ini di dalam hatinya. Dan beranggapan jika ia sudah punya pacar, perempuan itu pasti beruntung.

"Heh," ucap teman disebelahnya ini. Ohiya! Tasya sampai lupa bahwa ia belum berkenalan dengan teman sebangkunya.

"Ya?" ada jeda, "Nama lo siapa?"

Perempuan itu lantas tersenyum, "Niara. Lo?"

"Tasya."

Niara lalu bergumam, "Hmm, lo-gue nggak papa?"

Tasya mengangguk. Maksud dari ucapan Niara ialah berbicara dengan 'gue dan lo' bukan 'aku-kamu." Dan Tasya juga setuju, yaiyalah jika ngomong aku-kamu berasa kalem banget.

"Itu!" kata seseorang sembari menunjuk ke arah Tasya dan Niara.

Sontak kedua perempuan itu mengalihkan pandangan. Jangan lupakan dengan puluhan pasang mata yang ikut melihat kearah mereka.

"Bisa nanti ngobrolnya setelah dijelasin buat persiapan mopdb besok?" ujar salah satu kakak osis yang entah bernama siapa dan Tasya lantas mengangguk cepat.

Setelahnya, kakak osis itu langsung membuang arah matanya cepat. Huh, senioritas detected ini mah, pikir Tasya.

Namun detik kemudian ada suara laki-laki yang sedang berkikik, "Mau dong diingetin."

Tasya melirik ke belakang dan tidak sengaja matanya membaca name tag laki-laki yang persis di belakangnya itu. Nando Zaidan.

Niara berdecak yang membuat Tasya langsung menoleh kearahnya, "Hih, so ngingetin gue. Ngaca tuh bibir pink-pink gitu jadi osis!"

"Tau ih, najis banget. Senioritas abis," balas Tasya sambil melirik dari ujung kaki hingga ujung kepala perempuan berblazer yang tadi menasehatinya.

Rok span yang lumayan terlihat jelas bokong besarnya itu, mungkin bisa dipastikan jika blazer almameter osis/mpk itu ia lepas akan terlihat jelas kancing-kancing yang berontak akibat baju kekecilan itu.

"Gila, bokongnya gede banget. Demen nih gue," suara itu. Tasya yakin pasti berasal dari laki-laki dibelakangnya.

"Lo mau sama dia?" ada jeda, "Kakel bro! Hits juga kayaknya."

"Mau lah, bodynya semok gitu," jawab Nando enteng.

Entah siapa nama chairmate si Nando itu yang jelas temannya itu langsung mencibir Nando. "Dasar PK lo!"

Tasya sedikit tersentak ketika mendengar cibiran yang sangat pas untuk Nando. Namun di sisi lain, ia sedikit takut apalagi jika bisa terjebak pada cinta si penjahat kelamin.

***

Kepulan asap rokok seakan sudah menjadi satu dengan ruang terbuka ini, sebagian penghuni manusia di tempat ini memegang sepuntung rokok, sebagian yang lain ialah menegak segelas kopi hitam.

"Bah, rokoknya dong dua," kata Nando segera menyodorkan duit pada Abah dan kemuidan ia menerima dua puntung rokok itu.

Baru Nando menyulutkan api pada rokoknya itu, cengiran dari Ico datang. Nando mengerti, pasti cengiran itu akan Ico keluarkan ketika ingin meminta sesuatu.

GengsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang