Seorang gadis menatap nanar kearah bingkai foto yang menempel di dinding.
"Kakek.. Hari ini hari ulang tahunku ke 19. Dan apa kakek tau ? aku membeli kue ini, dengan gajih pertamaku !!"
Gadis itu mengambil kue ulang tahun dengan lilin menyala diatasnya. Ia kembali menatap foto sang kakek.
"Happy birthday to me!"
Ia memejamkan matanya beberapa saat.
"Aku berharap hari ini aku mendapat sesuatu yang indah" batinnya.
Ia meniup lilinnya dan tersenyum. Ia memotong kuenya dan meletakkannya keatas piring kecil. Tiba-tiba dengan gerak cepat tangan kanannya mengepal kuat. Ia sedikit meringis ketika ada rasa perih di telapak tangannya, ini juga pernah terjadi saat dia merayakan ulang tahunnya ke 9 dan meninggalkan bekas samar di telapak tangannya. Dan sekarang terjadi lagi, ia mencoba membuka telapak tangannya. Iris hijau cemerlang milik gadis itu memicing dan mulutnya sedikit terbuka, melihat apa yang ada di telapak tangannya.
"Apa ini?"
Sebuah tanda yang awalnya hanya tampak samar kini tampak sangat jelas bentuknya, sebuah tanda berbentuk diamond hitam.
"Apa-apaan ini?!"
"arrghhhh"
tanganya tiba-tiba terasa panas seperti terbakar, keringat bercucuran dipelipisnya. Ia berjalan terseok-seok menuju pintu untuk mendapatkan sedikit udara Segar. Ia melirik tangannya yang kini berwana merah semerah darah. Rasa panas yg membakar semakin menjadi-jadi. Ia melihat tanda yang tadi ada di telapak tangannya kini berubah menjadi permata berwarna separuh hitam dan separuhnya lagi berwarna merah darah. Keringat mengucur semakin deras, gadis itu berusaha untuk tidak pingsan. Beberapa menit rasa panas yang membakar itu tak kunjung mereda, membuat wajah putih pucat gadis itu memerah.
"Aaaaa!!!"
Teriak gadis itu seiring dengan tubuhnya ambruk tak sadarkan diri. Sebuah cahaya keluar dari telapak tangan kanan gadis itu, cahaya berwarna merah bersinar terang menerangi langit beberapa detik.
***
Gadis itu melenguh dibalik selimut tebal yg menutupi sebagian tubuhnya. Matanya perlahan terbuka, iris hijau cemerlangnya menemukan sosok misterius didepan jendelanya yg terbuka.
"Kau siapa?"
Sosok itu bergeming. Gadis itu menatap intens sosok itu yg memakai jubah hitam dan tudung di kepalanya.
"Nona elena"
Suara dari sosok itu membuat gadis itu bangun dan menjauh dari sosok itu.
"Dia seorang pria?!! Dari mana dia tau namaku??" batin elena.
"Pergi dari sini!!!" teriak elena iris hijau cemerlangnya tak henti-hentinya mengawasi setiap gerak-gerik pria itu.
"Aku dan anak buah ku mencarimu bertahun-tahun dan kau memintaku pergi tanpamu??"
Pria itu berbalik dan membuka tudung nya. Iris hijau elena membulat sempurna, iris hitam pekat milik pria itu menatapnya datar. Wajah tampan pria didepannya membuatnya sedikit terpesona, ia seketika lupa kalau dia takut dengan pria karena insiden tidak mengenakkan disaat dia pulang bekerja. Sudahlah! Dia benar-benar tidak ingin membahas itu sekarang.
"Nona elena, kau harus ikut aku sekarang" iris hitam pekat itu menatap iris hijau cemerlang elena.
"Tidak! Lagi pula apa salahku? Kurasa aku tidak punya utang atau semacamnya dengan kalian!" elena mendengus kesal.
"Ini bukan waktunya bercanda!" iris hitam pria itu menatap tajam iris hijau cemerlang elena.
"A-aku tidak bercanda"
"Kau.."
'Ceklek'
"Peter??" panggil seseorang dibalik pintu membuat elena menutupi wajahnya dengan selimut. Rasa takut dan marah berkecamuk didalam hatinya. Tapi.. Tunggu dulu! Nama pria didepannya itu peter??
"Kenapa ada begitu banyak pria yang datang??" pekiknya dalam hati.
"Apa dia Nona Elena?"
"Iya, minta Katherine untuk datang sebelum matahari terbenam"
"Tapi, Kathrine sedang bertugas sekarang"
"Kalau begitu, kau saja"
"Apa?? Aku?? Tidak tidak"
Elena membuka sedikit selimut yang menutupi wajahnya. Iris hijaunya menemukan kedua sosok pria yang kini tengah berdebat.
"Bisakah kalian hentikan perdebatan kalian? Aku takut" bisik elena. Tapi masih bisa didengar kedua pria itu yang sontak menoleh kearah elena.
"Lihat kau membuatnya takut!"
"Aiden!"
Seketika atmosfer didalam ruangan itu berubah menjadi mematikan yang keluar dari tubuh elena yang tidak ia sadari. Elena kembali menutupi wajahnya.
"Nona elena, maafkan aku"
Permintaan maaf macam apa itu? Datar sekali! Tidak ada rasa bersalah sama sekali didalam kata-katanya. Elena melempar sembarang selimut yang tadi menutupinya. Iris hijau cemerlangnya berubah merah darah tanpa ia sadari, membuat peter dan aiden bergidik ngeri. Atmosfer yang ada diruangan itu semakin mematikan membuat kedua pria itu sulit bernafas ditambah iris merah darah itu terus mengamati gerak gerik mereka.
"KALIAN BERISIKKK!!"
Sontak teriakan elena membuat kedua pria itu menutupi telinganya.
"Dengar ya! Aku tidak tau siapa kalian! Sebaiknya kalian pergi!"
Elena seketika menutup mulutnya dengan tangannya. Ia terkejut ketika irisnya melihat kearah cermin.
"Apa yang terjadi dengan mataku??!!" sontak elena berlari menuju cermin dan menatap lekat kearah pantulan matanya dicermin.
"Warna mataku berubah?? Bagaimana mungkin??!"
Peter mendekati elena dan memegang pundaknya tapi dengan sigap elena menepisnya.
"Dengar, kau adalah Putri dari Alice. Dia dari dunia Diamond red di Delix"
"Aku tidak punya ibu! Dan ya dunia aneh apa yg kau sebutkan itu??" elena membalikkan tubuhnya dan kini menghadap kearah peter.
"Ibu mu adalah seorang diamond red, matanya juga berwaran merah sepertimu"
"Tidak mungkin!" Elena Mengacak-acak rambutnya. Peter menatap datar gadis didepannya, iris hitamnya menatap tajam kearah iris elena.
"Apa??" tanya elena frustasi melihat peter yang menatapnya lekat. Elena sedikit tersentak ketika dengan tiba-tiba peter menangkupkan kedua tangannya disisi wajah elena.
"Ini aneh!!"
"Ada apa?"
"Warna mata kanan mu berubah hitam pekat"
"APA???"
Sontak elena melepaskan tangan peter dan menghadap kearah cermin. Aiden menatap takut kearah elena.
"Kenapa warna mataku berbeda dengan yang kanan dan kiri??"
"Aku tidak tau, Nona" jawab peter dan aiden.
"Bisa aku lihat telapak tanganmu, nona??" tanya Aiden takut.
"Untuk apa???"
"Sudahlah perlihatkan saja!!" bentak peter.
Elena mengulurkan kedua tangannya kearah aiden. Aiden sedikit tersentak melihat tanda di telapak tangan kanan elena.
"Ada apa? Kau berkeringat" tanya elena.
"Peter! Coba kau lihat ini!" Aiden menarik tangan kanan elena dan memperlihatkan apa yang ia lihat. Peter seketika mundur selangkah dan mulai berkeringat.
"Ada apa?"
"Bagaimana bisa tanda diamond itu ada dua warna???"
"Aku tidak tau" jawab elena santai.
"Sebaiknya kita kembali ke delix secepat mungkin!" Aiden menggenggam tangan elena begitu juga peter. Sedetik kemudian mereka menghilang.
*******
Next or no?? Please vote guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond
Fantasy"Elena" siapa aku sebenarnya???? apa itu delix?? dan apa arti dari tanda di telapak tanganku????