Ratu Alice

57 3 0
                                    

Elena terus menatap Susan yang terus tersenyum sepanjang perjalanan.
"Apa yang membuatmu bahagia?"
"Maksudmu?"
"Ya.. Ku perhatikan kau dari tadi tersenyum terus"
"Aku tersenyum karena aku menemukan teman baru"
"Ohh baiklah. Tapi bagaimana kita bisa keluar dari hutan sebelum matahari terbit?"
"Ini sudah siang"
"Apa??"
"Kau tidak tau karena pohon di hutan terlarang ini terlalu lebat"
"Tapi.. Bagaimana kau tau ini sudah siang?"
"Sebelum aku bertemu denganmu aku berada diluar hutan jadi aku tau"
Elena mengangguk pelan.
"Kita hampir sampai"
"Benarkah??"
"Kau lihat tanaman liar yang bergantungan seperti tirai itu kan?"
"Ya"
"Masuklah kesana"
"Bagaimana denganmu? Kau tidak ikut?"
"Perutku lapar... Kau pasti tau maksudku kan?"
"Kau pemakan daging juga?"
"Kadang-kadang"
"Oh iya! Bagaimana aku bisa masuk ke Red diamond? Kudengar tempat itu dijaga pelahap maut"
"Kau hanya perlu tunjukkan tanda di punggung tanganmu"
Spontan Elena melihat punggung tangan kirinya terdapat tanda semacam sample.
"Sejak kapan ada tanda ini ditanganku?" gumam Elena.
"Itu adalah stempel Red diamond"
Elena mengangguk.
"Aku pergi dulu. dahhh"
Susan melambaikan tangannya dan menghilang tanpa jejak.
Elena melangkah ragu menuju tempat yang ditunjuk Susan. Seketika ia tersentak kaget, saat tanaman liar yang menggantung itu tiba-tiba terangkat keatas menampakkan sebuah pedesaan yang ramai dengan makhluk-makhluk aneh.
Elena melangkah maju dengan iris hitamnya yang ia tutupi dengan rambutnya. Entah kenapa ia merasa warna matanya akan menimbulkan masalah besar.
"Nona, kau mau daging segar??"
Elena sedikit tersentak dan spontan menjauh ketika melihat sosok disampingnya.
"Tidak.. Aku tidak makan daging!"
Makhluk dengan wajah yang penuh dengan bulu halus kecoklatan dan kuku-kuku nya yang runcing membuat Elena bergidik ngeri.
"Benarkah? Apa kau vegetarian?"
"Anggap saja begitu"
Elena melangkah cepat meninggalkan penjual daging itu. Iris merahnya tak hentinya penasaran untuk menikmati pemandangan pasar dipedesaan. Ya.. Walaupun sebagian dari mereka tampak mengerikan.
"Perpustakaan?"
Elena tertegun.
"Di tempat ini ada perpustakaan?? Wahh Amazing!"
Elena melangkah masuk ke sebuah rumah kayu tua yang para penghuni delix anggap sebagai perpustakaan.
Seperti namanya, ada begitu banyak buku usang dan sebagian telah dimakan ngengat. Iris merah Elena menyisir setiap buku-buku yang tersusun rapi ditempatnya.
Iris merahnya seketika berbinar ketika menemukan buku yang ia cari.
"Ya! Itu dia!"
Elena berjinjit untuk mengambil buku tebal itu, letaknya terlalu sulit untuk ia jangkau dengan tinggi badan 159 cm.
Tiba-tiba sebuah tangan mengambil buku itu dan menyerahkannya kepadanya.
"Apa yang kau lakukan??"
Elena menatap tajam Pria didepannya yang memakai kemeja putih dengan dipadupadankan dengan setelan jas hitam dan celana hitam. Elena sedikit terkejut ketika melihat ada burung gagak bertengger dibahu Pria itu.
"Kau sudah selesai memandangi ku?"
"A..a..apa???"
Pipi putih pucat Elena seketika bersemu merah.
"Ini, kau ingin buku ini kan?"
"Tidak jadi!"
"Kalau begitu aku akan meletakkannya lagi"
"Eehhh jangan! Berikan buku itu padaku!"
"Oh.. Ok"
Pria itu tersenyum manis dan berjalan keluar perpustakaan.
Elena menatap punggung Pria itu sambil meremas buku yang tadi diberikannya.
"Astaga! Aku harus cepat!"
Elena mencari tempat duduk yang nyaman untuk membaca buku tebal itu.
Ia menghempaskan tubuhnya disebuah kursi kayu disudut ruangan. Ia meletakan buku tebal itu keatas meja.
"Delix" gumam Elena saat melihat tulisan disampul buku itu. Ia membuka halaman demi halaman sembari terus mencerna setiap kata-kata yang sulit ia pahami. Iris merahnya membulat sempurna ketika menemukan sesuatu yang diluar dugaannya.
"Dewa Langit? Raymond? Kenapa ada begitu banyak spesies di Delix???" Gerutu Elena.
"Nona.."
Spontan Elena menoleh dan mendapati sosok wanita dengan telinga kucing. Ia sedikit bersyukur, wanita di depannya tidak berbulu.
"Iya?"
"Kami akan tutup karena sebentar lagi matahari tenggelam"
"Baiklah.. Tapi bisakah aku membawa buku ini? Aku akan kembalikan nanti"
"Maaf Nona, ini buku yang sangat kami lindungi karena hanya ada satu yang tersisa"
"Oh baiklah"
Elena pergi keluar perpustakaan dan ya! Langit mulai berubah kehitaman.
Elena berjalan lurus kedepan tanpa tau kemana kakinya membawanya.
"Aawww"
Elena tersungkur karena tersandung ranting kayu.
"Sial!!" rutuknya dalam hati ketika melihat pergelangan kakinya terluka cukup dalam. Ia mencoba berdiri dengan satu kaki.
"Arghh"
Elena mencoba menahan luka dalam dipergelangan kakinya yang tak hentinya mengeluarkan darah. Sepanjang perjalanan ia terus meringis. Iris merah Elena menatap sebuah gerbang besar dan tinggi yang terbuat dari kayu jati. Di tengah gerbang kayu itu terdapat ukiran berbentuk sama dengan yang ada dipunggung tangan Elena.
"Ini dia.. Elena bertahanlah!" ucapnya kepada dirinya sendiri. Saat Elena melangkah maju, tiba-tiba bermunculan 10 atau 20 makhluk berjubah hitam berbaris seolah membuat benteng pertahanan tepat didepannya.
"Pelahap maut?" batin Elena. Ia tertegun ketika melihat kebawah, makhluk-makhluk ini MELAYANG!
"Oh ok.. Ku akui aku takut!" batin Elena.
Salah satu dari pelahap maut itu mendekati Elena.
"Kyaaaa!!" teriak Elena ketika melihat pelahap maut itu lebih dekat. Ya! Pelahap maut tidak punya wajah!
Dengan gerak cepat Elena mundur dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Elena mengintip disela-sela jarinya memastikan keadaan.
"Kemana mereka semua??"
Para pelahap maut menghilang tanpa melukai Elena.
"Oh iya! Pasti karna stempel ini!"
Elena mengangkat tangan kirinya tapi stempel itu sudah menghilang tanpa ia sadari dan ya! Gerbang pun sudah terbuka lebar.
Elena berjalan memasuki wilayah Red diamond, seketika ia terpana dengan apa yang ada didepannya.
Sebuah istana yang terbuat dari berlian merah, benar-benar berkilau. Elena sedikit merasa ada yang janggal di istana ini. Kenapa tidak ada penjaga istana?
"Nona.."
Elena tersentak kaget ketika melihat sosok disampingnya. Sosok wanita gemuk dengan celemek kotor dan yang lebih mengerikan, dia punya ekor dan taring!
"Nona sedang mencari seseorang?"
"Ya.. Aku ingin bertemu Ratu Alice"
"Ikuti saya Nona"
Wanita gemuk itu berjalan menyusuri istana di ikuti Elena yang tak henti-hentinya terpesona dengan bangunan megah itu. Bahkan lantainya terbuat dari berlian merah!
Wanita gemuk itu tiba-tiba berhenti dan menghadap ke dinding. Elena pun ikut menatap dinding itu.
"Yang mulia Ratu.. Seseorang ingin menemui mu"
Elena menatap aneh wanita gemuk itu.
"Dia bicara dengan dinding?" batin Elena.
"Siapa dia?" sebuah suara lembut menembus dinding berlian itu.
"Nona, siapa namamu?"
"Emmm, Elena"
"Yang mulia Ratu, dia seorang gadis lusuh bernama Elena"
"Apa?????" pekik Elena dalam hati.
"Kau bilang aku lusuh???"
"Ya"
"Cih! Dasar tidak tau diri!" maki Elena.
Sesaat suasana menjadi hening. Menunggu jawaban Sang Ratu.
"Maaf nona, sepertinya Yang mulia tidak ingin bertemu denganmu"
"Tapi...."
Tiba-tiba dinding didepan mereka terbelah dua dan menampakkan sebuah ruangan yang sangat luas.
"Masuklah" suara lembut itu menggema di seluruh ruangan.
Elena melangkah masuk dan dalam sekejap dinding itu kembali tertutup.
Dengan langkah ragu, Elena menyusuri ruangan itu iris merahnya mencari-cari sosok bersuara lembut itu.
Elena menghentikan langkahnya ketika iris merahnya menemukan sosok Wanita berdiri menghadap jendela yang mengenakan gaun berwarna putih dengan bagian atas sedikit terbuka dan hiasan bunga melingkari tubuh bagian atasnya.
Rambutnya tertata rapi dan ada hiasan bunga dibelakang rambutnya.
"Cantik" batin Elena.
"Elena.." panggil wanita itu.
"Ya?"
Wanita itu berbalik menghadap Elena yang ada didepannya beberapa langkah.
"Kemari lah"
Elena terdiam.
"Kau tidak merindukan ibunda mu ini?"
Elena menghela nafas.
"Dengar Yang mulia Ratu Alice.."
"Kau tidak perlu menyebutku seperti itu, panggil aku ibunda"
"Kau ingin aku menyebutmu ibunda?"
Ratu Alice tersenyum sambil berjalan mendekati Putrinya.
"Elena.. Aku tau kau pasti marah. Tapi dengarkan penjelasanku dulu"
"Baiklah. Jelaskan!"
"Sejak kau lahir, kau tinggal disini sampai umurmu 10 tahun"
"Kau pasti bohong! Aku bahkan hampir tersesat saat menuju kemari"
"Kau lupa karena Kakakmu menghapus semua ingatanmu sebelum dia mengirim mu ke dunia manusia"
"Kakak?"
*****
Ratu Alice

 Jelaskan!""Sejak kau lahir, kau tinggal disini sampai umurmu 10 tahun""Kau pasti bohong! Aku bahkan hampir tersesat saat menuju kemari""Kau lupa karena Kakakmu menghapus semua ingatanmu sebelum dia mengirim mu ke dunia manusia""Kakak?"*****Ratu A...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria di perpustakaan

Gimana readers??? Seru gk? Kurang ya?? Konfliknya bentar lagi kok sabar yaaaa 😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana readers??? Seru gk? Kurang ya?? Konfliknya bentar lagi kok sabar yaaaa 😘😘😘

DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang