Elena menatap intens sosok didepannya.
Seorang Pria tampan memakai baju khas kerajaan, rambut hitam dan putih panjang yang sebagian di ikat keatas dan irisnya berwarna hitam?
"Ratu Alice... Dia kakakku??"
Ratu Alice mengangguk.
"Ibunda.. Dia adik kecilku???"
Iris hitam pria itu membulat sempurna.
"Iya Pangeran Louis, dia adik kecilmu dulu"
Elena menatap bingung kedua orang didepannya.
"Elena!!!"
Sontak Pangeran Louis memeluk Elena.
"Hei!! Apa yang kau lakukan?? lepaskan aku!"
Elena mencoba memberontak tapi dekapan Louis semakin erat.
"Adik kecilku.. Aku merindukanmu" Bisik Louis tepat ditelinga Elena.
"Lepaskan aku!"
"Aku akan melepaskan mu jika kau memanggil namaku"
"Pangeran Louis... Lepaskan aku"
Ratu Alice dan Pangeran Louis sontak tertawa.
"Bukan seperti itu"
"Lalu seperti apa?"
"Apa seorang adik memanggil kakaknya seperti itu, dan ya! Lebih lembut"
"Aku akan membalas perbuatanmu!" batin Elena.
"Kakak Louis................. Lepaskan adik kecilmu ini........ Jika tidak..... Kau akan membuatnya MATI....."
Sontak Louis melepaskan dekapan nya dan menatap Elena intens.
"Apa aku menyakitimu? Kau terluka?? Perlihatkan padaku???" tanya Louis panik.
"Tentu tidak" jawab Elena datar.
"Tapi.. Kenapa wajahmu pucat sekali??"
"Pangeran, Elena baru saja sampai dari perjalanan jauh tentu saja dia sangat kelelahan" Ratu Alice tersenyum melihat tingkah kedua Buah hatinya itu dan berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Oh iya! Ayo! Aku akan mengantarmu kekamarmu"
Louis menggenggam tangan Elena.
"Arghhh"
Elena terjatuh dilantai sambil memegangi kakinya yang terluka.
"Adik kecil!! Apa yang terjadi padamu???"
Louis sontak memeriksa pergelangan kaki Elena.
"Aku tidak sengaja tersandung kayu saat berjalan kemari tapi kenapa lukanya seperti itu???"
"Itu bukan kayu, tapi Jhone"
"Jhone??"
"Dia makhluk berwujud kayu dan menggigit siapapun yang melewatinya"
"Astaga... Bagaimana ini? Lukanya pasti akan berbekas"
"Tenang saja adik kecilku.. Kakakmu ada disini"
Elena tersenyum, tulus.
"Apa kau tau? Aku bahagia ketika aku mendengar kalau aku punya keluarga"
"Adik kecil.. Kau pasti sangat kesepian di dunia manusia"
Elena menghembuskan nafas berat. "Kau tau? Setelah aku dan ibunda memutuskan untuk mengirim mu kedunia manusia. Aku meminta beberapa pengawal terpercaya untuk menjaga mu dari kejauhan"
"Lalu?"
"Tapi aku kehilangan jejakmu. Aku mencarimu ditempat terakhir kali aku meninggalkanmu, tapi kau tidak ada disana"
Elena menggenggam erat tangan Louis.
"Berjanjilah untuk tidak melakukan itu lagi"
Elena menatap dalam iris hitam milik Louis.
"Aku berjanji"
Louis mengusap lembut rambut Elena dan menggendongnya menuju kamar.
Louis menatap lembut Elena yang sudah tertidur lelap setelah melakukan penyembuhan pada kaki Elena. Sesekali Ia tersenyum ketika terlintas kenangan masa lalu bersama Elena di pikiran nya.
"Adik kecil.. Kurasa keputusanku untuk membawamu kemari bukanlah hal yang benar. Tapi, aku tidak bisa membiarkan mu sendirian di dunia manusia karena itu akan membuatku kehilangan mu selamanya"
****
Elena melenguh dibalik selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya.
Iris merah hitam nya menyusuri setiap sudut ruangan yg 3 kali lebih besar dari kamarnya didunia manusia.
Iris merah hitamnya terpaku pada pakaian yang tergantung disamping lemari besar disudut ruangan.
"Wahhh"
Elena beranjak dari tidurnya dan berlari menuju pakaian itu tergantung.
Tangannya menyentuh pelan pakaian berwarna merah panjang dan jubah panjang berbulu berwarna merah dengan sisi berwarna putih.
"Kau suka?"
Elena tersentak kaget.
"Ratu Alice??"
Ratu Alice menghampiri Elena dan mengusap pelan pucuk kepala Elena.
"Panggil aku ibunda"
"Baik, ibunda"
Elena tersenyum manis.
"Cepatlah mandi, aku akan membantumu berdandan"
Elena mengangguk mantap.
Satu jam berlalu, Elena sudah siap menuju ruang makan.
"Ayo!" ucap Ratu Alice.
"Ibunda.. Apa tidak apa-apa jika warna mataku seperti ini? Maksudku..."
Seketika wajah Ratu Alice berubah gugup. Ia lupa jika masyarakat Delix tau warna mata putrinya, itu akan menjadi malapetaka.
"Kau mau ibunda ajari bagaimana mengubah warna mata sesuai dengan yang kau ingin kan?"
Elena mengangguk antusias.
"Tutup matamu dengan tangan yang ada tanda diamond"
"Tapi.. Warna diamond di telapak tanganku itu juga sama seperti warna mataku"
"Tidak apa.. Lakukan saja"
Elena menutup matanya dengan tangan kanannya.
"Lalu pikirkan warna apa yang kau inginkan"
"Hitam"
Elena menurunkan tangan kanannya dan membuka perlahan-lahan matanya.
"Apa warna mataku berubah, ibunda?"
Ratu Alice terdiam.
"Ibunda?"
Tidak ada jawaban.
Elena berbalik kearah kaca dibelakangnya dan ya! Warna matanya benar-benar berubah menjadi hitam.
"Ibunda... Kau baik-baik saja?"
"Tentu"
Elena menatap lekat wajah ibundanya.
"Kau menangis?"
Dengan gerak cepat Ratu Alice menyeka air matanya.
"Tidak.. Aku hanya menguap"
"Ibunda tidur dengan baik kan?"
Elena menatap cemas ibundanya.
"Aku tidur sangat pulas tadi malam"
"Apa kedatanganku menjadi beban bagimu?"
"Kenapa kau berpikir seperti itu?? Aku bahagia bisa bertemu Putri ku yang sangat cantik ini"
"Ibunda.. Aku tidak tau apa aku benar-benar tidak bermimpi sekarang. Aku baru saja merayakan ulang tahunku dengan harapan mendapat sesuatu yang baik, Ibunda.. Entah kenapa hati ku terus merasa gelisah"
Ratu Alice mengusap lembut pundak Elena.
"Rasa itu akan hilang seiring berjalannya waktu"
Elena mengangguk pelan.
"Ayo! Semua orang pasti sudah menunggu kita"
***
Vote yaaaaa 😘😘😘Pangeran Louis
Elena
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond
Fantasy"Elena" siapa aku sebenarnya???? apa itu delix?? dan apa arti dari tanda di telapak tanganku????