Katanya, kenangan buruk itu terasa pahit
Namun sebenarnya, kenangan indahlah yang lebih terasa sakit.
"Eh... Oom beli mobil baru?" Adria langsung berdecak kagum ketika melihat mobil perak di garasi rumah Ola.
"Duh, ini anak... dengerin nggak sih ceritaku tadi?" Ola menggerutu sambil turun dari mobil kijang merah yang sudah dimiliki keluarganya sejak tahun 1998.
"Eh, cerita apa?" tanya Adria. Beberapa kali memang ia melamun, tapi seingatnya ia mencatat semua informasi yang disampaikan sepupunya itu ke dalam hatinya.
Sejak dua tahun lalu, Oom Wahyu dipindah tugaskan ke puskesmas di daerah Pakis, 30 menit perjalanan dari pusat kota Malang. Puskesmasnya kecil tapi enak karena menurut Ola, karena jam kerjanya hanya 3 jam saja, jam 9 masuk dan jam 12 sudah pulang. Puskesmas di daerah kecil memang hanya beroperasi sampai pukul 12 saja berbeda dengan puskesmas di pusat kota, terutama yang menyandang gelar sebagai puskesmas rujukan. Sore harinya, di hari-hari tertentu Oom Wahyu praktek di kota Malang.
Info apa yang terlewat oleh Adria?
"Ada mahasiswa lagi kerja lapangan. Calon dokter," Ola memberi tahu sambil menyeret koper Adria.
"Oh!" jawaban singkat Adria membuat Ola jengkel. Ola juga calon dokter, tahun ini adalah tahun ke tiganya, Adria langsung menyimpulkan mereka adalah teman kuliah Ola.
"Dokter gigi. Ngadain penelitian di puskesmas Papa. Mereka tinggal di sini." Lanjut Ola, seakan berusaha membetulkan kesimpulan yang dibuat Adria dalam hati.
"Oh, masih satu kampus?"
"Kamu beneran nggak dengerin ya?" sambar Ola kesal. Adria menarik alisnya ke atas, meminta Ola melanjutkan kalimatnya. Alih-alih terlihat jengkel, bibir Ola justru tertarik ke atas sambil berbisik, "Mereka ganteng."
"Loh, cowok?" sedari tadi Adria mengasumsikan mereka cewek. Karena, yah... ia kira Oom Wahyu tidak akan mengijinkan cowok asing menginap di rumahnya.
"Biasanya sih anak-anak PKL nginap di rumah Bu Andres, tapi rumahnya lagi direnovasi. Ya udah deh, ditaruh di rumah habisnya rumah penduduk lain nggak ada yang gedhe." Ola menjelaskan pada Adria, untuk yang kedua kalinya karena sepertinya memang sepupunya itu sama sekali tidak mendengarkan ceritanya yang menggebu-gebu tadi di mobil.
"Tante mana?" tanya Adria ketika ia sadar tidak melihat siapapun di dalam rumah. Kedua cowok yang diceritakan Ola juga sepertinya tidak ada. Adria melangkahkan kaki masuk ke kamar Ola, Adria akan tidur sekamar dengan sepupunya ini.
"Nah, itu dia." Ola nyengir dan tiba-tiba Adria merasa ada yang tidak beres.
"Apa?" mata Adria menyipit curiga.
YOU ARE READING
Empat
Teen FictionSatu detik saja harus kulalui tanpa melihatmu, Dua mataku menjadi sepi. Tiga detik... bagaimana mungkin kau memintaku menunggu selama itu. Empat. Aku akan mengatakannya dalam hitungan keempat. Satu, dua, tiga... empat Empat. Inilah perasaan terdal...