Bab 9. Mas Tedjo dan Segala Traumanya

3.2K 449 63
                                    

Dia masih jadi rahasia yang susah gue tangani...

Gauyan merengut nggak paham. Gue menatapnya enggan. Sekarang ini gue nggak punya keinginan untuk beramah-tamah ataupun manis-manisan sama dia. Gue lagi nggak mood buat bertingkah seolah-olah Gauyan adalah temen baik gue, yang lama nggak pernah ketemu. Ini bukan reunian, kali!

"Lo ngapain di sini?" Dan gue jadi cewek sensi yang super menyebalkan. Mungkin kalau di sinetron ataupun roman picisan, gue adalah tokoh yang hobinya jahat dan juga syirik sama tokoh utama. Iya, pastinya gitu!

"Jemput kamu, lah!" Gauyan mengedikkan bahunya. Gue melengos nggak suka.

"Siapa yang minta?"

"Inisiatif sendiri, lah!"

Gue nggak mau mengumpat sekarang, tapi kalau disuruh memilih... gue lebih seneng buat menghindari Gauyan sejauh mungkin. Gue bukannya benci ke dia, tapi gue merasa nggak nyaman. Beneran, deh! Kalau harus deket kayak dulu lagi, gue mikir-mikir dulu kali, ah!

"Gue nggak butuh dijemput, Gau!"

Gauyan menautkan alisnya sambil tersenyum. "Akhirnya kamu manggil aku kayak dulu lagi."

Apa itu sesuatu yang wow sampe dia harus sekaget itu?

"Kan nama lo emang Gauyan. Panggil Gauyan juga terlalu panjang..." Gue mencari alasan. Yang tadi keceplosan soalnya. Gau adalah nama panggilan dari gue. Nama akrabnya sih Yayan, tapi gue pengen tampil beda... jadi gue panggil dia Gau.

Dulu gue alay emang. Makasih!

"Aku jadi inget sejarahnya..."

Ayolah, ini bukan waktunya nostalgia! Gue mengelus dada, lalu dalam beberapa detik... seseorang muncul dari dalam. Kalau biasanya gue menghindari orang ini, tapi sekarang gue menganggap dia adalah pahlawan kepagian yang lagi buru-buru berangkat kerja.

"Mas, nebeng!"

Mas Tedjo mengerjap beberapa kali sampai akhirnya menautkan alisnya. "Ayo!"

Dan gue resmi mengabaikan Gauyan, lalu nebeng Mas Tedjo ke sekolah! Untuk hari ini sementara gue aman.

Aman, sih! Awalnya gue kira gitu! Tapi ternyata gue salah. Gauyan masih jadi orang yang memuakkan. Dia masih hobi nongkrong ke rumah gue. Gue nggak paham apa yang ada dalam otaknya. Mungkin dia kesepian, tapi gue yakin dia masih punya temen banyak. Gue yakin dia nggak selemah dan secupu dulu!

Bahkan sepulang sekolah, dia datang lagi ke rumah gue. Kali ini dia menggunakan alasan nggak punya buku paket dan mau pinjem ke gue. Karena tugas dikumpulkan besok, jadi sekalian aja dia ngerjain di rumah. Awalnya gue memang nggak serajin itu, karena gue hobi nyontek tugas pagi-pagi di sekolah. Tapi sekarang semuanya berubah. Gue harus jadi rajin.

"Lo masih belum selesai juga?" tanya gue lagi. Nyolot.

"Belum. Kan tugasnya banyak."

"Kenapa nggak lo pinjem aja, trus lo fotocopy gitu?" Gue masih jadi orang nomor satu yang berpikir rasional dan masuk logika.

"Nggak, ah! Ribet!"

Gue udah mencoba banyak cara untuk mengusir cowok ini dari rumah gue, tapi nyatanya semua itu sia-sia. Gauyan masih jadi orang paling menyebalkan yang pernah gue tahu! Sekarang posisi puncak yang awalnya dihuni Mas Tedjo berubah jadi Gauyan, cowok aneh yang tiba-tiba jadi temen sekelas gue setelah sekian tahun pisah.

"Kenapa nggak lo foto aja? Lalu lo balik dan kerjain PR itu di rumah." Otak gue masih jalan. Pengalaman mengajari gue segalanya, termasuk jadi murid teladan minus sekian.

Namanya... Mas TedjoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang