part 7 : History

466 17 0
                                    

Sorry for typo..
Happy reading guys..

   Setelah hari itu tak ada yang berubah banyak, hanya saja bulan sabit merah muda di wajah gadis berambut cokelat itu kian merekah.

    Walau kenyataannya ia masih menyimpan sakit dihatinya.  Tapi ia tahu ia hanya harus menunggu saja.  Tak ada yang mampu ia lakukan selain menunggu.

    Pagi ini memang tak secerah pagi kemarin, mentari saja masih bersembunyi di balik awan yang terus menyelimutinya.

    Angin yang rupanya Setia menemani langkahnya hari ini, walau sedikit kencang berhembus tapi senyumnya tak memudar sedikit pun.

    Suara klakson motor membuatnya sedikit kaget tapi ia langsung menoleh dan mendapati Adit dengan motor besarnya.

    "Cuaca mendung masih aja senyum, lo lagi kasmaran ya?" Sandra menaikkan alisnya satu lalu menatap Adit.

    "Kalau mau ngajak bareng, bilang aja gak usah basa-basi" balas Sandra dengan nada manisnya. Adit hanya terkekeh lalu mengangguk dan memberikan helm yang berada di depannya.

    "Iya, yuk cepetan. Ya kali gue ninggalin cewek di jalan sendirian.." Sandra menerimanya dengan semangat dan segera naik ke motor Adit.

    "Dit, bukannya lo suka pake sepeda?  Kenapa sekarang lo gak pake sepeda lagi ?" Adit berdehem lalu menoleh sedikit ke belakang.
  
    "Sepeda gue rusak, perlu dibenerin. Dan sebenarnya gue perlu beli lagi sepeda, karena sepeda gue yang itu udah banyak rusak parah.. Bun- maksud gue nyokap gue akhirnya beliin gue motor katanya dari pada beli sepeda yang harganya belasan juta mending beli motor sekalian, nyokap juga bilang bakalan beli lagi sepeda buat gue" papar Adit panjang lebar. Sandra hanya manggut-manggut di belakang tanpa ingin lagi bertanya perihal sepeda Adit uang rusak itu.

    Mereka masih berada di jalanan. Mereka baru setengah jalan dari tempat Adit berhenti. Satu pertanyaan nampaknya terlintas di pikiran Adit. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman jahil.

    "Mm.. San. Btw kakak yang itu kemana?  Dia ggk ngater lo ke sekolah.. Masa pacar dibiarin sendiri" Sandra mengerutkam dahinya dan melihat wajah Adit melalui spion.

    "Kakak?  Maksud lo, Kak Furqan? " tanya Sandra memastikan. Adit menggeleng dan mengangkat bahunya.  "Mana gue tahu, mungkin iya.. Cowok tinggi yang pake kaos panjang entah sama celananya. Kemarin lo peluk itu.." jelas Adit.

    Sandra mengangguk dan ber oh ria.  "Dia bukan pacar kok. Dia itu paman aku.." Adit sempat kaget tapi ia segera menetralkan raut wajahnya dan hanya mengangguk saja sebagai tanggapan perkataan Sandra. Tiba-tiba ia tertawa kecil sendiri ingat dengan satu orang yang sedang meradang saat ini mungkin. Mungkin akan seru. Pikirnya.

    Ia akan mengatur strategi dan lihatlah karyanya saat sudah jadi. Sandra yang berada di belakang Adit hanya mengangkat bahunya, walau tak dipungkiri ia pun kebingunan dengan tingkah temannya ini. Tiba-tiba saja tertawa, apa dalam perkataannya terdapat hal lucu atau terselip lelucon yang dapat membuat seseorang tertawa.

     Adit memarkir motornya di parkiran sekolah yang lumayan luas. Mereka datang tidak terlalu siang karena pagi ini kendaraan di parkiran tidak terlalu banyak, biasanya saat sudah mau masuk akan banyak kendaraan di parkiran atau bahkan hampir memenuhi parkiran sekolah.

    "Pagi Mang..!" sapa Adit sambil menyalami penjaga sekolah dengan salam gaul ala dirinya. Memang sedikit aneh tapi Adit adalah orang yang pandai bergaul pada semua orang dan semua usia. Pria yang humoris.

    Adit dari tadi merangkul Sandra dan Sandra tidak menolak sedikit pun. Ia juga justru mengobrol dan banyak bergurau di perjalanan menuju ke kelasnya. Semua orang tertarik dengan pemandangan di depan mata mereka. Mereka menganggap jika mereka memiliki hubungan yang spesial. Dan itu tujuan Adit sebenarnya.

BERHIJRAH atau TIDAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang