18. Dira

158 8 0
                                    

Sorry for typo
Happy reading... 😊

                                      🐾🐾🐾

      Sandra merasa aneh dengan satu minggu ini. Rasyid tiba-tiba saja selalu datang terlambat dan meminta duduk di belakang. Bertukar dengan Davin. Entahlah apa yang terjadi.

     Rasyid juga tidak menyapa dan mengabaikan Sandra. Bahkan ketika Sandra mencoba menghubungi Rasyid lewat media sosial, tak pernah ada sedikit pun yang dibaca olehnya.

    Sandra juga pernah sekali menelponnya dan segera Rasyid me-reject nya. Ia bingung sendiri. Adit juga ikut heran. Rasyid kadang menghindarinya tapi itu memang berlaku untuk semua orang di kelasnya. Bahkan kepada Nano teman sebangkunya saat ini.

    Sandra berjalan pelan menuju Taman sekolah. Pilihan yang tepat saat ini. Ia tidak ingin makan untuk saat ini.

     Sandra perlahan menghentikan langkahnya saat melihat Dira tengah menangis bersama seorang lelaki yang Sandra taksir anak kuliahan yang terus berkata-kata kasar pada Dira.

     Pria itu pergi diakhiri dorongan keras pada bahu Dira sehingga ia terjungkir dari tempat  duduknya. Sandra ragu menghampiri Dira. Tapi, melihat Dira menangis tanpa suara di tanah membuat ia melangkah mendekati perempuan malang itu.

     Dira sepertinya merasakan keberadaan Sandra, sehingga ia menoleh dan bangkit dari duduknya memeluk Sandra.

     Sandra balik memeluk Dira hangat. Perempuan itu terguncang hebat. Bahunya bergetar menahan tangis yang menyesakkan dada.

     Mereka cukup lama disana. Bahkan saat bel istirahat berbunyi tak satupun dari mereka bicara. Jam pelajaran selanjutnya ada Bahasa Inggris dan gurunya tidak ada, kemungkinan ada tugas.

      "San.."

    Sandra menoleh memperhatikan Dira yang  memanggilnya sendu.

    "Aku ggk tahu harus gimana. Saat ini aku gak punya pilihan" Dira menatap sendu ke bawah. Membiarkan air matanya mengalir dan jatuh ke bawah.

     "Entah nanti kamu bakal mandang aku kayak yang lain-"

     "It's okay.. Abaikan ekspresi aku kalau kamu nyaman dengan cerita"

     Dira menghela napas pelan. Ia bingung harus apa setelah ini. Hanya satu harapan yang ia idamkan. Hanya satu.

    "Aku udah buat kesalahan di masa lalu. Tadi, abangku. Aku hanya punya harapan untuk esok hari dan esok hari" Dira tersenyum miris mengingat bagaimana dirinya.

    "Aku gak akan pernah membuat kesalahan yang lebih lagi San, dengan meninggalkan seorang anak kecil tak berdosa yang tak diinginkan orang banyak, atau bahkan tidak diinginkan orang lain. Aku.."

    Ia terisak pilu. Meremas pinggiran rok sebagai peredam rasa sakitnya. Ia memang hina, ia sadari itu. Tapi, ia tidak ingin lebih hina lagi daripada ini.

    "Aku,  ingin hidupnya layak seperti kebanyakan anak lainnya. Salahkah aku menginginkan hal itu?  Sungguh San, aku memang bersalah, aku memang hina, aku memang menjijikan tapi aku tak orang memandangnya sama seperti aku. Aku ingin dia menjadi seorang yang besar, seorang yang besinar bukan seperti aku yang rendah"

      Sandra masih terpaku atas pengakuan wanita di hadapannya ini. Ia menangggung banyak luka. Di hatinya ada luka yang menganga yang coba ia tutupi dengan banyak candaan dan tawa yang seakan nyata.

     Dira yang menangis pilu di sisinya. Tangisnya meraung-raung. Dadanya ikut sesak. Bukankah ia juga sama-sama wanita?  Apa salahnya ia memberikan kehangatan pada wanita lain.

BERHIJRAH atau TIDAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang