1. Sahabat

4.8K 175 4
                                    


"Gue ngga ada maksud apapun selain demi kebaikan lo sendiri."


********


Pagi yang cerah ini mewakili perasaan gadis manis yang sekarang berada di lorong sekolahnya. Mengenakan seragam dan hijab longgar; tidak nampak satupun aurat nya terlihat. Dia berjalan melewati para guru disana dengan salam ramah. Menunjukkan betapa baik hatinya gadis manis tersebut.

Sampai saat ia sadar bahwa beberapa menit lagi bel sekolah akan berbunyi, ia dengan jalan cepat mencari-cari ruang kelasnya yang saat ini ia lupa letaknya ada dimana. Jelas saja, karena dia merupakan salah satu murid pindahan di sekolahnya.

Saat ia sudah menemukan ruang kelasnya, dengan tergesa-gesa masuk ke sana; ruang kelas.

Mendaratkan pantatnya ke bangku kesayangan dengan perasaan lega.

Pundak gadis manis tersebut di tepuk pelan oleh seseorang berhijab seperti dirinya.

"Salsa, kebiasaan lo ya, ini semenit lagi bel bunyi malah lo baru dateng? Emang Umi lo kemana?" Tanya Erlita. Teman sebangku Salsa.

"Umi tadi habis subuhan langsung pergi mau ke rumah nenek sama abi. Katanya nenek mulai sakit-sakitan gitu. Gue mau ikut ngga dibolehin ama mereka. Yaudah gue ngambek dikit dan jadinya berangkat telat deh." Ujar Salsa dengan lancarnya.

"Udah gede, ngambekan. Situ sehat mba?" Ejek Erlita sambil mempermainkan pipi gembil Salsa.

"Biarin. Yang penting masih manis~." Membalas ejekan Erlita dengan nada yang membuat Erlita ingin sekali  menumpahkan semua isi perutnya di hadapan Salsa Putri Az-Zahra.

.

*******



"Eh Sal, ada yang mau gue omongin." Ujar Erlita sambil mengunyah bakso. Sekarang dia dan Salsa berada di salah satu meja di area kantin sekolah. Duduk bersampingan.

"Ya ngomong aja gih." Ucap Salsa tanpa menoleh minat kearah Erlita seraya berjuang melahap mie ayam yang sangat lezat tersebut.

"Ya dengerin ini Sal. Jangan makan mulu." Konyol. Padahal yang berbicara ini juga lahap sangat dengan baksonya.
    
"Ngga punya kaca dirumah ya Er? Mau gue pinjemin? Gue bawa nih buat lo ngaca." Omongan Salsa savage sekali kawan.

"Wah makasih Sal, lo baik banget. Kaca gue pecah kemaren. Imut banget kaca lo, gue ambil ya?"

"Astaga Erlita!"

Ya, itulah Erlita. Jangan heran jika Salsa ingin sekali menjedotkan kepala Erlita dengan meja yang sekarang mereka tempati. Agar isi kepala Erlita sedikit lebih jernih. Tapi Salsa langsung tepis pemikirannya tersebut.



********




"Lo tadi mau ngomongin apa Er?" Tanya Salsa saat ia bebarengan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Klise saja, karena jarak antara rumah Erlita dan Salsa dengan sekolah mereka bisa dikatakan dekat.

"G-gue malu ih ngomongnya Sal." Jawab Erlita dengan malu-malu.

"Ngomong aja gapapa. Gue pasti akan ada buat lo Er." Bangga Salsa sambil ngerangkul pundak sahabatnya.

"G-gue ditembak Harris kemarin malam. Belum gue jawab sebenernya. Tapi demi apapun Sal, Harris yang nembak aku itu ganteng plus alim plus pinter Sal. G-gimana kalo gue terima aja?" Ucap Erlita panjang lebar.

Salsa masih mencerna kata perkata dari ucapan Erlita tadi.

Dan setelah isi kepala Salsa telah mencerna ucapan Erlita dengan baik--

"Gak! Apa-apaan lo mau pacaran? Emang lo udah nikah apa mau pacaran segala? Kita tuh masih 17 tahun Er. Dan lo pasti paham kalo perjalanan kita masih panjang. Lo mau punya anak sama Harris disaat lo belum nikah sama dia? Disaat lo masih sekolah?" Kalimatnya pada Erlita ini membuat Erlita seketika langsung bungkam membisu. Dan sekejap, Erlita menatap sepatunya yang cantik, membuat ia lebih memilih menatap sepatu miliknya daripada mata Erlita bersibobrok dengan mata Salsa.

"Oh gitu Sal. Yaudah. Assalamualaikum." Pamit Erlita masih dengan menunduk menatap sepatunya lamat-lamat.

"Waalaikum salam. Maaf Er, gue ngebentak lo barusan. G-gue minta maaf." Sepertinya Salsa berbicara dengan angin kawan. Mata hazel Salsa menatap sendu punggung sahabatnya sejak kelas 2 SMA itu yang perlahan menjauh.











Tbc



#627 in spiritual. Thanks :)
Pencapaian pertama saia.

Pacaran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang