"Bohong demi lo bakal gue lakuin."
*******
"Loh Sal? Kenapa muka lo?" Khawatir Erlita kepada sahabatnya. Erlita tahu jika insiden tadi sangat memalukan bagi keduanya; Ardi dan Salsa.
Salsa dengan muka masamnya, melewati posisi Erlita yang terletak sekitar 2 meter dan mengacuhkannya.
"Eh, eh, Salsa!" Erlita dengan elitnya berteriak tanpa melihat sikon.
Tak dihiraukan oleh Salsa, Erlita bergumam tak jelas sambil berlari menyusul Salsa dengan cepat menuju ke tengah lapangan basket. Mendapati seseorang laki-laki tampan bermata sipit yang sedang menatap punggung Salsa dari jauh dengan tatapan yang sulit diartikan.
Erlita hendak menanyakan apa yang terjadi, tapi dia malu. Dia belum akrab dengan Ardi. Apalagi laki-laki tersebut notabenenya adalah orang yang 15 menit lalu ditolak mentah-mentah oleh Salsa.
'Gimana dong'. Batin Erlita.
"Lo Erlita?" Tanya Ardi basa-basi. Jelas canggung kan? Ya karena Erlita tanpa malu berlari ke arahnya dan malah diam tanpa suara.
"O-oh, i-iya." Erlita gelagapan. Sedikit menggaruk-garuk pipi tirusnya dan senyum seadanya.
********
Tanpa ada Ardi, Harris sendirian di kelasnya. Berniat untuk keluar kelas karena jam istirahat dirasa masih cukup, Harris berada di koridor sekolah sambil mengernyitkan dahinya tanda bingung. Karena baru saja dia melihat Salsa yang kini sedikit berlari dan masuk ke dalam toilet perempuan.
"Hm? Mungkin Salsa udah ditembak ama itu curut kali ya, makanya melarikan diri. Haha, udah gue tebak Salsa pasti gitu" Gumam Harris sambil terkekeh lalu secara diam dia mengikuti Salsa; hanya berada di depan pintu toilet.
********
Toilet perempuan di detik ini masih sepi. Memudahkan Salsa untuk sedikit lebih bisa menenangkan pikirannya.
Salsa yang kini berada di toilet pun menatap kaca besar di depannya. Sambil memikirkan apa yang barusan terjadi.
"Yakin aja ini adalah terbaik. Karena, ya karena pacaran nggak boleh kan. Pacaran dosa sebelum nikah. Dosa ku udah banyak astaga. Masa' iya mau nambah? Okelah mungkin ini jalan terbaik buat Ardi dan gue." Ucap Salsa monolog pada cerminan diri di hadapannya.
"Tapi, apa tadi secara nggak sengaja udah nyakitin Ardi ya? Hm, mendingan gini aja deh." lanjutnya sekali lagi sambil menganggukan kepalanya beberapa kali.
Tanpa diketahui perempuan cantik tersebut. Sedari tadi Harris mendengarkan apapun yang di ucapkan Salsa di dalam sana sambil berfikir serta mencerna dengan sangat fokus ucapan apa yang telah di dengarkannya.
Tak lama ada sejulur tangan merambat dari punggung Harris lalu menepuk pundak lelaki tampan itu secara tiba-tiba. Harris takut.
Itu hantu.
Dan dia takut hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran?
EspiritualIntinya, Pacaran = Haram. [Start: 29 Desember 2017-?] [ON-GOING]