"Ngga gini yang gue mau."
****
@Class Ipa-2
Salsa telah kembali ke bangku nya 2 menit yang lalu. Dia hanya ingin cepat-cepat berlari dari Ardi setelah insiden bertemunya mereka di depan toilet tadi. Salsa merasa bahwa Ardi menyukai dirinya, dan Salsa risih akan hal itu.
Ada yang bertanya kapan bel istirahat berbunyi? Jawabannya adalah tepat saat Salsa mendaratkan pantatnya ke bangku kesayangan.
Di kelasnya, Salsa tidak sendirian— masih ditemani oleh Erlita. Bahkan, seisi kelas masih belum beranjak dari tempat duduknya untuk sekedar mengisi perut dan menyegarkan otak di kantin sekolah.
Suasana kelas tak jauh berbeda seperti kebanyakan cerita di kehidupan nyata. Hening— banyak murid yang berkutat dengan kertas-kertas tak penting serta coretan di dalamnya. Mengabaikan atensi seorang adik kelas perempuan yang sekarang tepat berdiri di pintu masuk kelas Ipa-2 dan mengetukkan jarinya di pintu masuk."Permisi, ada yang bernama kak Salsa Putri Az-Zahra? Tolong sekarang datangi Pak Indra ke lapangan basket. Pak Indra meminta bantuan."
Bahkan setelah dia berbicara dan meninggalkan kelas Ipa-2, kebanyakan murid tak ada yang bergeming dan hanya melirik acuh ke ke adik kelas tersebut dan Salsa. Kecuali Erlita.
"Hoh, lihat kan. Jam istirahat, lapangan basket. Sono gih pergi Sal." Acuh Erlita tapi hanya covernya. Erlita sebenarnya sedari tadi menahan ulasan senyumnya tapi ia tahan karena sebenarnya Erlita sudah tahu apa yang terjadi setelah ini.
Salahkan Harris beserta mulut licinnya."Lo ngusir gue? Ckptw gue Er."
"Baperan lo! Kuy lah gue ngikut."
Tawa keduanya yang saat seisi kelas mendengar pun salah satu dari mereka menatap mereka dan menggerakkan mulut saja tanpa mengeluarkan suara.
"Lucunya dimana?"
******
"Ardi? Mana Pak Indra? Tumbenan beliau manggil gue yang notabene ga bisa olahraga."
"Ga ada Pak Indra si guru olahraga itu. Adanya gue, Ardi Bakhtiar Ramadhan.
Oh—
Kamu yang di sebelahnya Salsa tolong kembali aja ke kelas, gue cuma butuh Salsa."
Salsa terkikik dan Erlita mempoutkan bibirnya lucu. Erlita pun pergi meninggalkan keduanya ke pinggir lapangan.
Finally, hanya mereka berdua di tengah lapangan basket saat ini. Ada kok yang di tempat duduk penonton, tapi hanya beberapa murid saja. Jangan lupakan Erlita, dia berdiri di belakang tiang ring basker— menatap mereka dengan tatapan yang sulit di deskripsikan.
"Pak Indra kemana? Kenapa?" Langsung Salsa. Tipikal Salsa yang tak suka bertele-tele.
"Sebenarnya yang manggil lo bukan Pak Indra melalui Anindya—"
"Siapa Anindya? Oh— si adik kelas tadi. Lanjut."
"Gue yang nyuruh dia, bukan Pak Indra. Gue mana berani ke kelas lo yang isinya anak tertib semua. " Jelas Ardi yang entah mengapa sedikit membuat Salsa kesal.
"Ya terus?"
"Gue mau ngomongin sesuatu Sal. Gue ngga bakalan ngulangin kata-kata gue. Karena sebenarnya jantung gue sekarang udah kaya' mau loncat, jadi— dengerin baik-baik."
"Hm" Hanya deheman pelan Salsa yang menjawab rentetan kalimat Ardi.
Ardi menghela napas panjang. Menatap mata hazel Salsa yang selalu membuat Ardi terpana.
"Nama lo Salsa Putri Az-zahra, anak semata wayang dari pasangan Abi dan Umi Zahra. Kelas Ipa-2. Kenalin— gue Ardi Bakhtiar Ramadhan, selaku orang yang 1 tahun ini menyayangi lo dan mencintai lo diam-diam. Gue mau lo jadi—
Pacar gue sekarang.""Hah?" Kaget Salsa.
"Gue ngga mau ngulangin Sal. Gue malu." Ardi menundukkan pandangannya seketika.
"Ngga gitu, tapi gue ga bisa Ardi. Assalamualaikum."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran?
SpiritualIntinya, Pacaran = Haram. [Start: 29 Desember 2017-?] [ON-GOING]