Raizel Kembali

1K 121 8
                                    

Frankenstein langsung berlutut, mendapati Tuan-nya, Raizel, kembali dihadapannya.

Entah ekspresi macam apa yang akan dia tunjukkan kepada Raizel, namun dia ingin menangis saking bahagianya hari ini.

"Berdirilah, Frankenstein."

Lelaki pirang itu berdiri, menatap Tuan-nya dengan hati berbuncah. "Tuan, Anda baik-baik saja?"

"Aku baik." Hening sejenak saat Raizel mendudukkan diri di sofa, membuat Frankenstein berbalik untuk membuatkan teh padanya. Dia diam, memperhatikan pelayannya yang kini menuang pelan teh pada gelasnya. "Kau sekarang disini?"

"Ya, Tuan." Frankenstein tersenyum saat Tuan-nya meminum teh buatannya. "Sembari menunggu Tuan kembali, saya membuatkan gedung ini sebagai sambutan sekembalinya Tuan disini."

Raizel mengangguk, kemudian menaruh gelas yang baru di seruputnya. "Lalu nama gedung ini?"

"Sekolah. Tempat mengajar pelajaran untuk orang-orang yang ingin belajar."

Mata Raizel mengitari ruangan, lalu mendongak menatap pelayannya, membuat Frankenstein langsung membungkukkan badan dengan menyangga tubuh dengan kaki kiri dan menumpu tangan kanan diatas kaki kanan yang di tekuk. Sangat tidak sopan baginya membuat Tuan Raizel-nya harus mendongak untuk pelayan rendahan sepertinya. "Kau sudah menyiapkan semuanya, aku ingin menikmati semua yang kau sajikan padaku, Frankenstein."

"Ya, Tuan."

JGREK.

"Frankenstein."

Keduanya menoleh saat pintu ruangan Frankenstein terbuka tanpa ketukan, lalu sosok lelaki terlihat disana. Dengan baju khas sekolah dan ransel yang dia selempangkan asal. Terlihat bagaimana buruknya penampilan lelaki yang terlihat lebih muda jauh dari mereka berdua.

Seragam putih yang tidak dimasukkan, dikancingkan asal hingga kaos dalam berwarna putih terlihat jelas. Rambutnya acak-acakan, bahkan dasi pun hanya terselempang tanpa terbentuk dengan benar.

Ditaruhnya dua sepatu yang di dalamnya terdapat gulungan kaos kaki tepat di depan lelaki itu berada, kemudian menutup pintu dengan cepat. Kening lelaki muda itu mengkerut, aneh melihat Frankeinstein menunduk kepada orang yang duduk di sofa tersebut.

Terlihat sekilas, lelaki muda dan Raizel terlihat mirip.

"Tuan Muda."

Ucapan Frankenstein cukup membuat Raizel kaget, bagaimana tidak, Frankenstein adalah pelayan setianya selama ini. Namun lihatlah, dia memanggil orang lain dengan sebutan 'Tuan Muda'.

"Frankenstein, dia siapa?"

Kali ini perpaduan suara bass tersebut terdengar. Yang satu terdengar maskulin, dan satunya terdengar sedikit kekanakan. Itu adalah suara Raizel dan lelaki muda tersebut.

Frankenstein berdiri, mempersilahkan lelaki muda itu untuk duduk di sofa hadapan Raizel, benar-benar membuat Raizel bingung setengah mati. Namun sepertinya bukan hanya Raizel yang bingung, namun lelaki muda itu juga terlihat bingung.

Setelah mengambil sepatu lelaki muda yang tergeletak begitu saja di dekat pintu ruangan, Frankenstein membungkukkan badan kembali di hadapan Raizel.

"Tuan Muda, dia adalah Tuan Cadis Etrama Di Raizel. Dan Tuan Raizel, dia adalah Tuan Muda Cadis Etrama Di Reizal."

Kening keduanya mengkerut

"Tuan Muda Reizal adalah anak Anda, Tuan Raizel."

A Child of the NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang