Pagi sekali Aisyah dan Hanum pergi ke pusat pembelanjaan. Kata Hanum, dia ingin membeli kado pernikahan untuk Zahra. Merekapun berkeliling hingga siang, selepas itu Hanum mengajak Aisyah makan di lestoran.
Saat waktu dzuhur tiba, Aisyah dan Hanum sedang di perjalanan, merekapun memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid dan melaksanakan shalat dzuhur.
"Ca aku tunggu di mobil ya, sekalian mau isi bensin, gak jauh dari sini ada pom bensin." Ucap Hanum pada Aisyah kemudian beranjak keluar.
Aisyah sendiri belum melepas mukenanya, dia beranjak untuk melaksanakan shalat sunat selepas dzuhur. Bagi Aisyah melaksanakan shalat sunat sudah seperti kewajiban baginya. Setelah itu Aisyah melanjutkan membaca Al-Qur'an beberapa ayat.
Setelah selesai, Aisyah berniat untuk menunggu Hanum yang belum juga datang di teras masjid. Namun urung karena tak sengaja dia memergoki seorang lelaki yang diam-diam akan mengambil sebuah tas yang tergeletak di dekat pintu–dekat tempat berwudu kaum ikhwan.
"Mas pencuri ya...." Tegur Aisyah dengan nada agak tinggi.
Lelaki yang merasa tertangkap basah itupun segera berlari setelah melihat Aisyah yang mulai mendekat.
Aisyah mengedarkan pandangannya, mencari siapa pemilik tas yang kini ada di hadapannya itu, dan berniat untuk mengingatkan agar menaruh tasnya tak sembarangan.
Tak berapa lama, seorang lelaki berperawakan tinggi putih yang baru saja berwudu mendekati Aisyah. "Maaf ba, ada apa?" Tanya lelaki itu ketika melihat Aisyah yang kebingungan.
Saat menyadari ada lelaki di dekatnya, Aisyah segera menunduk kaget. "Mas pemilik tas ini?" Tanya Aisyah ragu.
"Ya, ada apa memang?" Tanya balik lelaki itu kepada Aisya.
"Tadi saya melihat seseorang berniat untuk mengambilnya. Saran saya agar mas berhati-hati menaruh barang sekalipun ini di masjid."
"Astagfirullah..." Ucap lelaki itu. Aisyah sempat mengangkat wajahnya dan melihat lelaki itu sekilas. "Terimakasih ba, kalau saja ba..." Kata lelaki itu tertahan.
"Aisyah. Nama saya Aisyah."
Lelaki itu mesih terdiam sejenak. "Kalau saja ba Aisyah tidak melihatnya mungkin saya sudah kehilangan apa yang menjadi amanah dari Abi saya."
"Sama-sama mas, kalau begitu saya permisi. Assalamuallaikum." Ucap Aisyah pamit dan berlalu meninggalkan tempat dimana lelaki itu masih berdiri memandang kepergian Aisyah.
"Astagfirullahaladzim..." Guman lelaki itu mengusap wajahnya ketika tersadar telah menatap Aisyah yang telah jauh pergi. Lelaki itupun kembali berjalan untuk melaksanakan shalat dzuhur.
🌸🌸🌸
"Assalamuallaikum..." Ucap Aisyah dan Hanum kompak. Tapi tak ada sahutan dari dalam, bahkan rumah nek Ami itu terlihat sangat sepi.
"Assalamuallaikum, nek..." Ucap mereka lagi tapi belum juga dapat sahutan.
"Pintunya tidak di kunci Ca, kita masuk saja." Ajak Hanum membuka pintu lantas masuk mendahului. "Nek, kami pulang... " Teriak Hanum. "Ca aku haus, aku ke dapur dulu ya." Pamit Hanum seraya berjalan ke dapur mengambil gelas. Namun belum juga ia akan menuangkan air, tiba-tiba terdengar jeritan Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETABAH RINDU AISYAH
Short StoryPencarian, hanyalah tentang kita yang memutari kalimat takdir. Namun pada akhirnya yang tertulislah yang akan ditemukan. Ini tentang pencarian -pemilik tulang rusuk- yang pada kenyataannya hanya sedang mengitari pencarian itu sendiri.