12 Panggilan tak terjawab. Itulah yang di dapati Aisyah ketika baru membuka ponselnya. Seharian pergi, Aisyah lupa membawa ponselnya itu. Segera tangannya mengetik di layar ponsel berniat untuk menghubungi ibunya kembali.
"Assalamuallaikum Aisyah, kamu kemana saja? Seharian umi mencoba menelponmu." Suara Fatima, ibu Aisyah, dari sebrang begitu bergetar.
"Waalaikumsallam umi. Umi ada apa? Umi baik-baik saja?" Tanya Aisyah panik mendengak ibunya yang kini terisak.
"Aisyah, kamu cepat pulang ya. Umi akan beritahu kamu saat pulang nanti."
"Tapi umi, nenek masuk rumah sakit tadi siang."
"Masuk rumah sakit?! Kenapa bisa?"
"Kata dokter, nenek kena serangan jantung." Ucap Aisyah lemas.
"Pasti ini sebab umi."
"Kenapa umi menyalahkan diri umi?"
"Tadi, karena kamu sulit di hubungi, umi menelpon nenekmu, umi terlanjur memberi tahu bahwa pernikahan Zahra batal."
"Batal?! Kenapa bisa umi?" Tanya Aisyah dengan nada meninggi kali ini.
"Aisyah, pulang lah dulu Zahra membutuhkanmu. Umi akan jelaskan nanti. Keadaan adikmu sekarang sangat mengkhawatirkan. Kalau begitu umi tutup dulu telponnya. Assalamuallaikum." Ucap Fatima dan mematikan telpon secara sepihak.
"Tapi umi.... Waalaikumsallam." Ucap Aisyah prustasi. Kini kehawatiran dan pertanyaan menguasai pikirannya.
Apa yang terjadi pada keluargaku? Gumam Aisyah dalam hati. Kepalanya menunduk lemas. Di sisi lain ia khawatir akan keadaan neneknya disini, namun sesuatu tengah terjadi pada adiknya yang membuatnya menjadi lebih khawatir.
🌸🌸🌸
Pagi-pagi sekali Aisyah telah berkemas. Semalam ia menginap di rumah Hanum. Setelah shalat subuh Aisyah kembali ke rumah nek Ami untuk mengambil bajunya disana.
"Aisyah..." Panggil Hanum yang membuat Aisyah terkejut.
"Astagfirullah, Hanum. Kamu buat aku kaget tahu."
"Maaf, tadi aku udah ketuk pintu dan beberapa kali ucap salam, tapi kamu gak nyahut."
"Aduh maaf num. Aku gak denger."
"Bukan gak denger, tapi kamu ngelamun." Ucap Hanum seraya mengerucutkan bibirnya. "Aisyah kamu mau kemana?" Tanya Hanum ketika menyadari Aisyah yang tengah berkemas.
"Aku harus pulang ke Bandung."
"Kenapa buru-buru? bukannya besok kamu baru akan pulangnya ya?"
"Aku juga gak tahu. Semalam umi nelpon agar aku cepat pulang. Aku titip nenek ya, kalau ada apa-apa kabari aku segera." Ucap Aisyah tergesa. Sebab bis yang akan berangkat pagi ini, paling pagi pukul 06.00.
"Sebenarnya ada apa Aisyah?" Tanya Hanum yang masih bingung.
"Aku juga belum tahu num. Nanti kalau sudah jelas semuanya, akan ku ceritakan padamu. Setahuku pernikahan Zahra batal."
"Batal? Kenapa bisa?" Tanya Hanum yang tak kunjung di jawab oleh Aisyah. "Aku antar kamu sampai terminal ya?"
Aisyah hanya mengangguk, mengiyakan tawaran Hanum.
🌸🌸🌸
Keadaan terminal cukup ramai di waktu pagi. Aisyah tersenyum kepada Hanum yang di balas kecewa oleh wanita di Hadapannya itu.
"Jangan cemberut gitu, jelek." Ujar Aisyah terkekeh pelan. Ia mencoba menghibur saudaranya itu.
"Nenek masuk rumah sakit dan kamu juga harus pulang, aku sedih Ca."
"Aku janji, setelah masalah ini selesai aku akan ke Jakarta buat kamu."
"Janji ya..." Ucap Hanum sedikit riang.
"Iya. Jaga diri baik-baik, jaga nenek juga. Aku pamit. Ilalliqa. Assalamuallaikum."
"Ma'as salaamah. Waalaikumsallam." Balas Hanum seraya melambaikan tangannya ke arah Aisyah yang kini menaiki bis.
Di perjalanan, seperti biasa Aisyah mengisi waktu dengan membaca Al-Qur'an. Kali ini surat Yasin. Hatinya benar-benar tak tenang, setiap kali menbaca surat itu, setidaknya hati Aisyah sedikit membaik.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
SETABAH RINDU AISYAH
Short StoryPencarian, hanyalah tentang kita yang memutari kalimat takdir. Namun pada akhirnya yang tertulislah yang akan ditemukan. Ini tentang pencarian -pemilik tulang rusuk- yang pada kenyataannya hanya sedang mengitari pencarian itu sendiri.