"Assalamuallaikum, selamat pagi nek." Ucap Hanum yang baru saja masuk ke ruangan. Terlihat di sana ibunya tengah berkemas. Nek Ami baru saja di priksa dokter Fahri, itu terlihat karena dokter Fahri ada di sana.
"Nenek harus banyak-banyak istirahat lagi dan jangan terlalu banyak pikiran. Kalau begitu saya permisi." Pamit dokter Fahri.
Sekilas Hanum tersenyum kearahnya dan kembali menunduk. Pipinya tiba-tiba bersemu merah. Ada rasa kagum bagi sosok pria itu.
"Hanum kamu kok masih di situ. Aisyah mana?" Tanya Sarah kepada Hanum yang masih berdiri di dekat pintu.
"Aisyah tadi terima telpon dulu mah." Jawab Hanum seraya berjalan ke arah neneknya.
"Jadi dokter tadi yang akan jadi calon cucu nenek?" Rayu nek Ami pada Hanum yang pipinya sejak tadi bersemu merah.
"Doakan saja yang terbaik bagi Hanum nek." Ucap Hanum dengan tersenyum manis ke arah neneknya itu.
🌸🌸🌸
Seorang wanita terlihat tengah bersedih setelah menerima telpon. Dia masih terduduk di taman rumah sakit tanpa sadar bahwa ada yang memperhatikannya dari kaca jendela, tepatnya dari ruangan Dokter Muhammad Fahri Akbar. Namun tak lama dia bangkit setelah mengusap pipinya yang tirus itu. Sepertinya wanita itu baru saja meneteskan air mata. Sungguh tak biasanya Fahri tertarik ingin tahu.
Aisyah bangkit dan berusaha tegar lagi, ia tak ingin membuat Hanum, nek Ami atau tante Sarah melihatnya bersedih. Ia tak bisa menjawab bila di hujami pertanyaan nantinya.
Setelah Aisyah kembali, nek Ami dan Sarah telah menunggu, sedangkan Hanum tengah memarkir mobil di halaman yang tak jau dari tempat mereka berdiri. Mereka akan langsung pulang, ke rumah Hanum tentunya. Lusa akan diadakan acara lamaran di rumah itu dan untuk bisa selalu merawat nek Ami, jadi Sarah memutuskan agar nek Ami menetap dengannya untuk dua hari ke depan.
🌸🌸🌸
Malam ini lagi-lagi Aisyah tak bisa tidur. Resah di pikirannya, teringat telpon yang di terimanya tadi siang.
"Tapi abi Aisyah belum bisa-"
"Aisyah." Bentak suara dari sebrang. "Sampai kapan kamu akan begini? Sudah waktunya kamu membuka hati. Abi bisa kenalkan kamu dengan anak teman abi, abi terus khawatir denganmu, apalagi setelah mimpi-mimpi yang mendatangi abi belakangan ini. Abi merasa tak cukup waktu untuk bisa menjagamu lebih lama." Lanjut Ahmad, ayah Aisyah yang menelponnya. Namun di akhir kalimat terdengar suaranya bergetar.
"Kenapa abi bicara seperti itu? Aisyah bisa jaga diri Aisyah, abi. Aisyah janji. Abi jangan khawatir, dan Aisyah sedih abi bicara seperti tadi." Aisyah tak tahu harus berkata apa. Pembicaraan inilah yang di hindarinya selama satu tahun ini. Ayahnya terus saja mendesak Aisyah untuk menikah, begitu juga dengan umurnya yang bukan gadis remaja lagi. Ayahnya berucap seolah waktu yang ia miliki tak lagi lama dan itu yang membuat Aisyah sedih.
Aisyah terbangun, kejadian tadi pagi cukup mengusik hingga ke mimpinya.
🌸🌸🌸
Angin begitu dinginnya menusuk kulit. Aisyah tengah berjalan sendirian. Karena sedari tadi tak bisa tertidur lagi, ia memutuskan untuk pergi kelur, tanpa sepengetahuan Hanum, ataupun Sarah dan nek Ami. Sebenarnya Aisyah cukup nekad berjalan sendirian, pasalnya waktu telah menunjuk pukul 02.30 dini hari. Ia menuju sebuah mesjid. Mesjid Al-Hikam.
"Ya Allah, Engkau yang Maha Kuasa, Engkau yang Maha Tahu atas rinduku, yang rindukan sosok calon imamku kelak. Pertemukanlah hamba dengan yang Engkau kehendaki di hari yang Kau kehendaki pula. Ya Allah Ya Rabb ku, bila belum saatnya aku temukan dia pemilik tulang rusuk ini, maka beri aku ketabahan atas rindu ini, atas hati yang seringkali rapuh pada kata cinta." Itulah bait doa Aisyah. Setelah sholat tahajud ia masih menetap di mesjid. Hatinya terasa tentran dan sebagian beban pikiran itu hilang, terlebih saat di dengarnya seseorang melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Kali ini surat Ar-Rahman yang di baca.
Suara itu? Batin Aisyah. Apakah dia sedang bermimpi? Itulah yang tengah di selidiki Aisyah. Mesjid terlihat sepi dan kelihatannya di bagian depan-bagian ikhwan, juga sama. Suara yang sempat di dengarnya kemarin, kini terdengar melantunkan ayat suci lagi dengan indahnya. Aisyah masih duduk mendengarkan lantunan itu, lantunan seseorang yang berada di sana, di balik goden mesjid pembatas.
Tak terasa peria tadi telah berhenti membacakan ayat terakhir pada surat Ar-Rahman itu. Lain halnya dengan rasa penasaran di hati Aisyah, tentang siapa pemilik lantunan merdu itu? Lantunan yang membuat hatinya tergetar.
"Assalamuallaikum?" Ucap lelaki tadi bahkan sebelum Aisyah sempat mengintip.
Masyaallah. Benarkah ini? Semoga saja perkiraanku tak melenceng. Dia yang waktu itu aku tolong, memergoki pencuri yang berniat mencuri tasnya.
"Sedang apa kamu di sini? Selarut ini?" Lanjut nya yang belum mendapat balasan salam dari Aisyah.
"Maaf, apa mas yang membaca ayat suci Al-Qur'an tadi?" Tanya Aisyah yang justru mengabaikan pertanyaan lelaki itu.
"Iya. Kamu belum menjawab pertanyaan saya loh."
Kini Aisyah menunduk, sebegitu terlihat bodohkah ia di hadapan lelaki itu? Hingga lupa menjawab salam dan pertanyaannya.
"Ma.. Maaf." Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulut Aisyah.
Lelaki itu tersenyum melihat tingkah wanita di hadapannya. Dalam hati ia masih tak percaya dapat bertemu dengan dia-Aisyah.
"Apa kita pernah bertemu?" Tanya Aisyah tiba-tiba.
Kini wajah lelaki itu mengernyit, keanehan pada Aisyah cukup mendominasi.
"Maksud saya, apa mas pemilik tas yang waktu itu akan di curi itu?" Tanya Aisyah lagi ragu.
Lelaki itu terkekeh pelan seolah memaklumi ucapan yang barusaja di utarakan wanita yang berdiri agak jauh di hadapannya. "Ya pertemuan pertama." Ucapnya seraya mendesah nafas namun dengan masih tak melepas senyum.
Aisyah hanya mengangguk seraya tersenyum. "Kalau begitu saya pamit pulang"
"Biar saya antar?" Tawaran itu serupa pernyataan.
"Oh tidak terimakasih, sebelumnya maaf, lagipula semalam ini tidak baik pergi berdua, khawatirnya menimbulkan pitnah." Tolak Aisyah. Dan setelah benar-benar pamit ia kembali berjalan untuk pulang.
Namun sepertinya lelaki itu lebih khawatir dengan Aisyah, dia berniat mengikutinya diam-diam. Khawatir terjadi sesuatu pada wanita yang terlihat sedikit murung sejak dia melihatnya hari ini.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
SETABAH RINDU AISYAH
Short StoryPencarian, hanyalah tentang kita yang memutari kalimat takdir. Namun pada akhirnya yang tertulislah yang akan ditemukan. Ini tentang pencarian -pemilik tulang rusuk- yang pada kenyataannya hanya sedang mengitari pencarian itu sendiri.