💦Lantunannya

66 3 0
                                    

Sore harinya Hanum dan Sarah baru datang menjemput Aisyah di rumah sakit. Sedangkan nek Ami akan di temani Sarah hingga besok, karena Sarah mendapat cuti. Hanum dan Aisyahpun memutuskan untuk pulang, namun di perjalanan adzan magrib sudah berkumandang. Merekapun memutuskan untuk melaksanakan shalat di masjid yang tak jauh dari sana.

"Ca kita shalat dulu di masjid ya." Ucap Hanum yang hanya di balas anggukan oleh Aisyah.

Tiba-tiba hati Aisyah bergetar ketika melihat masjid yang di datanginya. Masjid Al-Hikam. Itu mengingatkannya pada kejadian beberapa hari yang lalu. Saat dimana untuk pertamakalinya hati Aisyah bergetar ketika melihat seorang pria yang baru saja usai berwudhu, tepatnya setelah ia memergoki seorang pencuri yang akan mengambil tas peria itu. Namun Aisyah sendiri tak ingat jelas seperti apa wajah pria yang sempat ia temui itu. Bahkan namanyapun tak tahu.

Selepas shalat magrib, Aisyah tak langsung keluar begitu juga dengan Hanum. Setelah melaksanakan shalat sunat, Hanum memutuskan untuk pergi duluan ke mobil. Begitu juga dengan Aisyah yang akan menyusul namun urung. Hati Aisyah kembali di getarkan, kali ini oleh lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di bacakan oleh seseorang. Lelaki itu melantunkan surat Al-Mulk, surat yang di sukai Aisyah ketika tengah di bacakan. Dan sepertinya Aisyah mengenal suara itu.

🌸🌸🌸

"Num, kamu belum tidur?" Tanya Aisya pada Hanum yang tengah duduk di balkon kamarnya.

"Aku gak bisa tidus Ca?" Jawab Hanum.

"Loh kenapa?" Lanjut Aisyah bertanya dan berjalan menghampiri Hanum.

"Aku akan segera di khitbah Ca."

"Yang benar kamu num. Alhamdulillah. Ciee... semoga acaranya dapat terlaksana dan berjalan lancar ya."

"Aamiin." Ucap Hanum dengan wajahnya yang memerah.

"Aku juga ada kabar baik untuk kamu." Lanjut Aisyah berkata.

"Apa itu? Kamu juga akan di khitbah Ca?" Tanya Hanum tak sabar.

"Aduh bukan itu. Tapi.... Aku bakal lanjut S2 di sini."

"Jadi kamu bakal pindah?"

Aisyah mengangguk mantap.

"Yeahh.. Aku gak bakal kesepian lagi dong."

"Insyaallah Abi dan umi bakal menetap di sini, tapi masih nunggu Zahra menyelsaikan S1 nya. Jadi sementara waktu aku tinggal sama nenek." Ucap Aisyah menjelaskan.

Malam itu, mereka habiskan waktu dengan bercerita. Aisyah yang belum juga bisa tidur mengingat kejadian tadi, tentang sebuah lantunan ayat suci Al-Qur'an. Sungguh benar-benar mengusik pikirannya. Meski ini bukan kali pertama ia mengalami hal serupa. Namun hari ini, pikirannya benar-benar terusik.

Begitu juga dengan Hanum yang belum bisa tidur teringat perjodohannya dengan dokter Fahri, anak teman ibunya. Hanum hanya mengenal Fahri saat ia turut merawat neneknya di rumah sakit, tapi sepertinya Fahri sama sekali tak tahu mengenai Hanum.

🌸🌸🌸

"Ca... Kamu udah siap belum? Jangan sampai kita datang siang ke rumah sakit ya..." Teriak Hanum dari ruang utama.

"Iya iya, bawel." Balas Aisyah, yang baru saja menuruni anak tangga.

"Ihh, kan sekarang hari pertama nenek keluar rumah sakit." Ucap Hanum bersemangat.

"Ah aku tahu, ini modus kamu aja buat ketemu dokter muda itu. Iya kan? Siapa sih namanya? Aku lupa, doktet Fah... Fah..?"

"Dokter Fahri..."

"Tuhkan, tebakan aku bener." Canda Aisyah pada Hanum.

"Udah ah Ca, apaan sih." Tanggap Hanum dengan bergegas pergi keluar.

"Num, pipimu kok merah begitu...." Teriak Aisyah dengan terkekeh.

Pagi ini mereka berencana pergi ke rumah sakit untuk menjemput nek Ami. Bahkan pagi sekali Hanum sudah bersiap, hanya saja Aisyah terlambat bangun, semalam dia yang tidur paling larut.

🌸🌸🌸

SETABAH RINDU AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang