16

4.2K 362 1
                                    


"Yuk, mereka sudah memberi instruksi agar kita bisa masuk ke sana." Yoongi bertutur pelan dan begitu lembut—selepas ia menatap ke lantai dua rumah itu dan rupanya Jimin sudah melambai sembari mengangkat jempolnya tinggi-tinggi. Ia kemudian menarik tangan Nayeon dan menyatukan jemarinya dengan milik gadis itu.

Sejenak, Nayeon dibuat ling-lung dengan perbuatan pemuda ini. Tapi, kemudian ia dientakkan lagi ke dunia nyata ketika kakinya mulai berjejak masuk ke rumah kosong tersebut. Rumah ini begitu berantakan dengan puing-puing bangunan yang berserakan di lantainya. Cukup sulit untuk melewati puing-puing itu tanpa menimbulkan suara ribut. Tapi, tadi Jimin dan bapak polisi itu bisa melewatinya tanpa ada suara sedikitpun. Harusnya, Nayeon juga bisa melewati ini.

Gadis itupun berjinjit dan berjalan sepelan mungkin. Tangannya masih bergenggaman dengan milik Yoongi. Pemuda itu membantu Nayeon melewati puing-puing ini dan memastikannya tidak terluka sedikitpun.

"Hati-hati." bisik Yoongi.

Nayeon mengangguk kecil dan terus memerhatikan langkahnya agar tidak tersandung sesuatu atau menginjak bongkahan yang bisa memicu suara keras. Ia bisa sedikit bernapas lega tatkala sampai di sebuah tangga yang akan membawanya ke lantai dua. Mereka berdua melewati tangga itu tanpa halangan yang berarti—karena rupanya bagian lantai dua rumah kosong itu tidak seberapa parah.

Keduanya akhirnya dapat melihat Jimin dan bapak intel polisi berdiri di luar jendela yang sudah pecah. Mereka membantu Nayeon dan Yoongi keluar dari sana dengan berhati-hati, tidak mau salah satu dari mereka terluka akibat pecahan kaca yang beberapa masih melekat pada birainya.

"Kenapa lewat lantai dua?" tanya Yoongi begitu mereka dapat melewati jendela itu, ia kemudian melepas genggamannya dari tangan Nayeon.

"Rumah ini tidak punya pintu belakang." sahut Jimin dengan nada sinis, tampaknya sedikit marah pada lelaki berkulit pucat ini karena sempat beradegan romantis dengan Nayeon di balik pepohonan tadi di saat situasi sedang genting begini.

"O, jadi kita lompat dari sini?" tanyanya lagi dengan santai, mengabaikan picingan seram yang tiba-tiba juga dilayangkan oleh Jimin padanya. Bapak intel polisi yang sedari tadi diamlah yang menyahuti pertanyaan Yoongi dengan memberi anggukan. "Lalu, Nayeon bagaimana? Masa kita suruh dia lompat-lompat juga?"

"Jangan meremehkanku, Yoongi!" Nayeon berdecak, menatap nyalang ke arah Yoongi. "Kecil-kecil begini, kalau hanya lompat ke gedung itu dari sini saja aku sanggup." ujarnya dengan begitu percaya diri.

"Kak Yoongi, Kim Nayeon! Susah sekali membuatmu memanggilku kakak, ya?" sahut Yoongi tidak terima.

"Masa bodoh lah dengan itu." Nayeon lantas memandang bapak intel polisi yang diam-diam terkikik—mungkin mendengar perdebatan mereka yang dilakukan dengan bisik-bisik itu. "Ayo, Pak, jangan lama-lama. Nanti korbannya keburu disakiti di dalam sana."

Tepat setelah Nayeon mengatakan hal itu, terdengar suara jeritan yang memecah keheningan. Mereka berempat sempat diam sejenak, sebelum akhirnya bergegas menyusuri pijakan cukup lebar di bawah jendela itu untuk sampai di tembok pembatas.

  Bapak polisi yang lebih dulu melewati pembatas tinggi itu dan melompat dengan gerakan mulus ke atap gedung yang terletak di sebelah tembok pembatas tersebut. Jimin menjadi pelompat kedua dan mendarat di sana dengan sedikit berguling-guling, membuat tiga orang lain sempat menahan tawa mereka.  


***

DNA ;k.idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang