18

4.1K 370 9
                                    


Bukan hanya Nayeon, Jimin yang berada di sebelah gadis itu juga ikutan merasa tegang. Ia buru-buru memandangi Nayeon dan mendapati gadis itu mulai berjalan mendekat ke sana—ke arah sosok yang masih berdiri di depan pintu bersama seseorang yang mengenakan jas laboratorium serupa.

"Eh, kenapa Nona itu pergi ke sana?" bisik bapak intel polisi yang ingin berjalan menyusul Nayeon, namun mendapat tarikan pelan dari Jimin.

"Biar, Pak, biarkan dulu. Nanti kalau dia terancam, baru kita bertindak." jelas Jimin dengan suara nyaris bergetar.

"Tapi ... kenapa? Kenapa kita harus biarkan dia dalam bahaya?" giliran Yoongi yang bertanya, tapi sebelum Jimin sempat memberi jawaban, Nayeon sudah menjelaskan seluruh penjelasan yang hendak diberikan oleh Jimin.

"Kakak." suara itu terdengar begitu lirih, tapi sanggup menggema ke seisi ruangan. Nayeon menyeret langkahnya semakin mendekati sosok itu, dan tahu-tahu ada segumpal rasa perih yang bercokol di ujung tenggorokannya.

"Sedang apa kamu di sini?!" balas orang itu dengan wajah terkejut.

"Kak Seokjin ... kenapa Kakak melakukan semua ini?" ujarnya, membiarkan airmata diujung matanya meluruh begitu saja.

"Nayeon!" sosok yang dipanngilnya Seokjin itu meraih bahu si gadis. "Pulang ke rumah dan jangan bicara pada siapa-siapa soal ini. Mengerti?"

"Tapi, Kak ... kenapa? Kenapa harus Kakak?"

"Jangan membantah!" suara yang biasanya didengar Nayeon begitu lembut itu kini berubah dingin dan bernada keras. "Aku harus menyelesaikan riset ini dan mendapat gelar professor secepatnya. Dengan begitu, aku bisa menikahi Jung Eunji."

"Bukan begini caranya, Kak!" seru Nayeon. "Apa riset dan rencana pernikahan konyolmu itu lebih penting daripada nyawa gadis-gadis itu?"

"Aku tidak menyakiti mereka, Nay!" Seokjin berkeras. "Aku hanya mengambil DNA mereka, menyilangkannya dan mencari tahu apa seorang manusia bisa memiliki dua bakat yang berbeda."

"Tapi, Kak, apa yang sudah kamu lakukan ini sebuah kejahatan. Kamu menculik mereka dan—"

"Aku akan mengembalikan mereka semua dalam keadaan sehat ke orangtua mereka setelah seluruh risetku menunjukkan hasil yang berarti. Lagipula, rumah mereka dekat dengan rumah kita. Tapi sebelum itu, aku tidak bisa membiarkan mereka pulang dan mengacaukan risetku kalau-kalau mereka melapor pada polisi."

"Terlambat, Kak," Nayeon berujar pelan, menyeka sudut matanya dengan sebuah gerakan kasar. "Mereka sudah ada di sini. Maaf, meskipun kamu kakakku, aku tidak bisa membiarkanmu melakukan tindak kejahatan begini. Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu!"

Tepat setelah Nayeon bicara begitu, si bapak polisi yang bersembunyi di balik pilar bersama dua pemuda teman-teman gadis itu muncul sambil menodongkan sebuah senjata api ke arah Seokjin. Beberapa sirine dari mobil polisi juga terdengar meraung-raung di luar gedung, menandakan si bapak sudah memanggil bala bantuan untuk mengepung tempat ini.

"Brengsek!" Seokjin segera mengambil tindakan dengan mencekal pergelangan Nayeon dan mengarahkan sebuah pisau yang ditariknya dari dalam saku jas laboratorium ke leher gadis itu.

"Hyung, dia adikmu!" Jimin berseru panik, hendak menyerbu ke arah mereka namun sebuah pisau lain di arahkan padanya—dari rekan Seokjin yang mengenakan jas serupa. Membuat pemuda itu akhirnya terpaku di tempatnya dan mundur perlahan-lahan di belakang si bapak polisi.

***

 TBC..

DNA ;k.idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang