Aku menyusuri rak-rak perpus mencari buku anatomi gigi. Yang entah bukunya ada dimana, yang barangkali sudah tidak ada, atau ada tapi dipinjam, kerana kebingungan mencarinya aku memutuskan kembali ke mejaku. Namun langkahku berhenti pada buku yang sedang dibaca seorang cowok berkemeja biru. Yah, itu buku yang aku cari. Aku terdiam melihatnya, ingin sekali aku menyapa orang tersebut, meminjam bukunya, memfoto tugas yang aku cari lalu menulisnya dalam laporanku. Aku tidak ingin bermenye-menye berkenalan, yang aku inginkan hanyalah yang tadi kukatakan. Sederhana bukan?
Tetapi semuanya tidak sesederhana yang kufikirkan, lidahku kelu sekali mengucapkan kata-kata. Aku berharap laki-laki berkemeja biru itu melihatku. Namun sayangnya dia tidak melihatku sama sekali. Ia begitu larut dengan bacaannya hingga aku duduk dan berdehem barulah dia melirikku. Wajah dan alisnya berkerut kebingungan menatapku sejenak, lalu kembali melanjutkan bacaannya lagi.
Sumpah, aku menggerutu untuk kesekian kalinya, menatapnya dengan penuh kekesalan. Lalu tiba-tiba seseorang datang menghampirinya dengan sorot wajah yang menyelidik kepadaku.
"he,apa yang kamu lihat?"
Seolah menyadari kehadiran perempuan disampingnya ia menatap kesamping lalu mengikuti sorot mata perempuan itu melihatku.
Aku menggelengkan kepala. Lalu menundukkan kepalaku, takut kalau aku ketangkap basah menatap lelaki itu lagi.
Laki-laki itu tersenyum lalu berbicara yang suaranya samar-samar masih terdengar ditelingaku "Gendis, kamu sensitive banget sih, kan bisa aja liat ke yang lain"
"Aah, mana ada nish. Dari tadi tuh, aku liat matanya jelelatan ngelitain kamu trus."
"sudahlah gendis. Btw bukunya udah ketemu ga?"
"udah nih, itu semua."
Telingaku sedikit panas mendengarnya hingga mataku meliriknya tajam
"Tuhkan dia ngeliat lagi,."
"aah kamu aja yang ngeliat dia trus."
"ga nish, aku serius."
Laki-laki itu memandangku lalu seraya bertanya "Dek, kenapa?"
aku kaget mendengarnya bertanya kepadaku, lalu dengan sedikit keberanian kuutarakan apa yang kuinginkan darinya dari pada aku terlihat aneh lagi oleh perempuan itu "Anuu kak." Kataku dengan terbata-bata "aaku mau pinjam buku anatominya." Lanjutku.
"Oalah, kenapa ga bilang dari tadi" kata laki-laki itu sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. "Ini ambil aja, aku sudah membacanya" katanya lagi sambil mengulurkan bukunya "
"Eh beneran sudah nish?"
"he'eh iya beneran udah kok."
Aku lalu meraih buku tersebut dan berterima kasih.
Iya lalu mengangguk mengiyakan "ya udah gendis, yuk kita balik."
Mereka berdua lalu berlalu seperti jam 10 yang berlalu saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling on off
General FictionKinan Mahasiswa Kedokteran gigi yang memilih mematikan perasaannya pada kekasihnya yang seorang pilot, hanya karena kekasihnya tak pernah berkabar lagi. Denish seorang assisten dosen di salah satu fakultas kedokteran gigi yang memilih mematikan...