ARYA POV
Nampak jelas aku melihat kinan, gadis manisku. Semenjak ia melenggang masuk ke café, aku sudah tidak tahan ingin menyapanya. Namun, aku harus tertahan dengan pembicaraan yang tidak penting ini. Aku tidak habis-habisnya melihatnya , Ia masih sama seperti 1 tahun lalu ketika aku meninggalkannya . Rambutnya masih panjang, ia suka sekali memakai kemeja dan apa itu dia memakai rok pendek. Ohmygod, aku ingat betul dia tidak pernah suka memakai rok. Katanya kalau ia memakai rok langkahnya akan melambat seperti kura-kura.
Oya kedatangan kinan di bazar anak teknik ini sudah aku rencanakan bersama dentin sahabatnya. Aku ingin memberikannya kejutan, kepulanganku seharusnya 1 bulan lagi, namun karena ada perubahan jadwal yang padat, alhasil aku bisa kembali lagi ke Indonesia dengan cepat. Aku adalah salah pilot muda Indonesia di Melbourne.
Sewaktu kepergianku, aku tidak sempat berkabar ke kinan, karena terlalu sibuk mengurus ini itu sampai aku lupa. Jadi ya ketika dia ke Makassar untuk mendaftar ulang, aku tidak sempat menemaninya. Aku masih ingat betul ketika ia marah dan ngechat aku di line karena telponku tidak aktif-aktif. Ada begitu banyak pesan beruntun yang masuk.
KARYA DIMANA?
BISA NEMENIN DAFTAR ULANG GAK?
KENAPA TELPONNYA NGGAK DIANGKAT?
UDAH BOSEN YA SAMA ADEK?
KARYA KALO MAU NINGGALIN, YA UDAH BILANG
KARYA KITA PUTUS, AKU CAPEK MIKIRIN KAMU
Aku yang mendapat pesan itu cuman bisa senyam-senyum. Perbedaan umur antara kami berdua membuatku harus lebih dewasa menanggapi kinan yang terkadang masih kekanakkan. Kami berbeda 2 tahun lebih. Kami memulai hubungan ketika kinan masuk di SMA yang sama denganku. Kala itu ibunya menitipkan kinan kepadaku selama masa ospek berlangsung, katanya kinan susah bersosialisasi dengan hal yang baru, katanya aku harus jagain kinan sapatau aja ada senior yang macem-macem ke dia. Berawal dari situlah jalinan antara kami, kebersamaan membuat kami nyaman untuk menjalin suatu hubungan.
Aku hampir saja tidak menyimak pembicaraan temanku.pikiranku berkeliaran dengan kenangan bersama kinan. Yang jelas ku tangkap dari pembicaraan ini teman-temanku akan mengadakan kegiatan bakti sosial ke rumah rusun minggu depan.
Sekali lagi aku menatap gadisku dari kejauhan, dia lagi duduk manis. Lalu tiba-tiba seorang pelayan menumpahkan jus jeruk kelengan kemejanya. Aku ingin sekali memaki pelayan tersebut, lalu ku urungkan niatku karena kinan sama sekali tidak marah. Aku permisi meninggalkan temanku dan membawakannya sekotak tissue. Ia sama sekali tidak menatapku. Ia hanya meraih tissuenya dan membersihkan lengan kemejanya, lamat-lamat aku melihatnya, sungguh ingin sekali aku menyuarakan isi hatiku ,menyapanya atau sekedar bertanya kamu tidak apa-apa? Namun, lidahku terlalu kelu untuk berbicara. Kuputuskan beranjak pergi meninggalkannya, ini bukan karena aku ingin meninggalkannya lagi tapi karena kutau sebentar lagi giliranku menyanyi. Lagu yang akan kunyanyikan adalah lagu kesukaannya.
Aku tidak menyangka ketika aku naik ke panggung, mata kami bertemu. Kurasakan getaran halus yang aneh. Rasanya canggung sekali berdiri didepannya dan menatapnya. Aku menyetel mike, dan mulai memetik gitar.
I will always love you kekasihku
Dalam hidupku hanya dirimu satu
I will always need you cintaku
Selamanya takkan pernah terganti
Ku mau menjadi yang terakhir untukmu
Ku mau menjadi mimpi indahmu
Cintai aku dengan hatimu
Seperti aku mencintaimu
Sayangi aku dengan kasihmu
Seperti aku menyayangimu
I will be the last for you
And you will be the last for me
I will always love you kekasihku
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling on off
General FictionKinan Mahasiswa Kedokteran gigi yang memilih mematikan perasaannya pada kekasihnya yang seorang pilot, hanya karena kekasihnya tak pernah berkabar lagi. Denish seorang assisten dosen di salah satu fakultas kedokteran gigi yang memilih mematikan...