Part 2

549 6 0
                                    



Esok harinya.

Dering telpon, membangungkanku. Seperti biasanya, aku tertidur di mobil lagi sebelum kembali ke indekos. Ini sudah menjadi kebiasaanku sepulang kampus. Di ujung sebrang sana seseorang masih menelponku, karena dering hapeku masih terdengar berbunyi.

"Halo den,ada apa?"

"Ki, kita ke bazar anak teknik ya"

"kapan?"

"malam ini"

"idih cepat banget den, tugasku belum selesai."

"santai ki, sekarang kamu jemput aku. Kita kerumah kembaranku kak anish. Mintol ngerjain tugasnya kamu."

Sahabatku dentin, selalu bilang iya punya kembaran tapi aku tidak pernah percaya sama dia. Karena dia adalah ratu kibul se-indonesia. Kenapa demikian? Karena dia sudah acapkali ngerjain aku semasa di sekolah. Dibilangnya bu guru nggak datang, eh tau-taunya si bu guru-nya malah datang,dibilangnya dia sakit eh tau-taunya enggak, huft -_- begitulah dentin hingga kalau ia bercerita tentang masa kecilnya bersama kembarannya itu , aku cuman menyimaknya dan sesekali menanggapin dengan kata "Ohya".

"Seriously den? Kok aku ga percaya lagi ya"

"Ih sumpah demi Alloh"

Kalau dentin sudah menyebut nama tuhan, sudah dipastikan ia benar-benar tidak lagi berbohong

"ya udah deh."

"Oke, Aku tunggu depan halte kompleks ya" katanya lalu mematikan sambungan telpon secara sepihak.

Begitulah kelakuan dentin, keinginannya selalu saja yang utama dituruti .

***

30 menit berselang, kami lalu tiba di bangunan tinggi putih disudut kota daeng. Dentin kemudian turun dari mobilku, akupun ikut turun lalu mengekor dibelakangnya.

Pagar yang terbuka membuat kami seenaknya melenggang masuk hingga ke pintu. Mataku mengedar melihat rumah itu.

"ini rumah siapa den? gede banget" kataku masih mengagumi setiap inci rumah yang struktur dan tata bangunannya eropa klasik nan rapi.

"rumahnya kak anish kembaranku."

"Jadi ... itu ... kamu serius punya kembaran? Kukira bercanda den -_-" katanya masih tidak percaya

"Ih seriusan, ntar aku kenalin" lalu dentin beralih berteriak "MA... PA... aku pulang." Ucapnya masih menggedor pintu rumah itu yang tanpa bel. "MA.... PA.... ini dentin"

"den, kamu apa-apaan sih, berhenti ga?" ancamku lagi "kalo nggak aku balik aja deh, kamu malu-maluin banget . tuh pak satpam komplek sampe ngeliat-liatin"

"astaga kinaaan...." Dentin mengerutu kesal pada kinan yang sudah mau melarikan diri. "Wait, Pintunya udah kebuka."

"eh mbok mama papa mana?" ucap kinan sambil masuk seenaknya hingga ke sofa ruang tamu.

"masih dikantor non."

"Eh kinan, kok berdiri aja kayak patung. Sini duduk." Katanya memanggil temannya "eh mbok, buatin minuman dingin ya""Jadi kamu udah percaya nih?" katanya dengan senyum kemenangan

"he'eh percaya" matanya masih melihat setiap foto dua anak kecil kembar yang lagi bermain, tapi sayangnya tidak ada foto ketika remaja antara kedua anak tersebut yang terpajang di dinding. Lalu kinan mengingat-ngingat lagi cerita dentin kalau dia dengan kembarannya itu terpisah ketika umur 6 tahun karena sesuatu dan lain hal kata orang tuanya.

Tak cukup lama si mbok tiba-tiba datang dengan nampan yang berisi green tea, dentin dan kinan pun meminumnya

"kalo kak anish mana mbok?"

"Den anish masih dikampus, biasanya abis maghrib baru balik"

"Maghrib suruh kak anish telpon aku ya mbok kalo dia-nya udah pulang." Katanya lalu beranjak berdiri "yuk ki, kita balik"

"siap non. Ga tinggal-tinggal dulu non?" kata mbok surti, pembantu rumah tangga yang telah menjadi assisten rumah tangga dirumah itu seumur si kembar.

"ga deh mbok. Ini jangan lupa dikasih ke kak anish ya." Katanya sambil menyodorkan buku paket dan tulis milik kinan, buku itu berlogokan kedokteran gigi.

***

Alunan music bazar mengalun merdu disetiap sudut ruangan café. Sudah sejam aku dan dentin ada dibazar anak teknik, tapi rasanya sama sekali tidak semenghibur dan senyaman seperti biasanya. Yaaa, ini semua mungkin karena aku yang terlalu cemas memikirkan tugasku yang tadi. Semua orang terlihat bahagia saling bicara, berkenalan dan mendengarkan lagu. Pelayan nampak sibuk mondar-mandir mengantar pesanan.

Lalu tiba-tiba terasa ada yang menumpahkan jus di lengan kemejaku.

Aku menoleh kearah orang tersebut. Iya tertunduk lalu berkata "maaf mbak, maaf". Kuliat ada penyesalan mendalam pada dirinya yang berkali-kali mememinta maaf.

Aku pun tidak ingin memperumit apa yang terjadi apalagi membuat sensasi diruangan tersebut. jadi yah , ku jawab saja"iya tidak apa-apa". Lalu aku beralih membersihkan lengan kemejaku.

Dan sebuah tissue tiba-tiba terlayangkan di hadapanku, aku meraihnya dan membersihkan kemejaku. Setelah selesai, aku mendongakkan kepalaku dan ingin mengucapkan terima kasih keorang yang tadi. Namun orang tersebut telah berlalu pergi, aku hanya bisa melihat sosoknya dari arah belakang. Laki-laki itu berkemeja biru.

"Ki, baju kamu kenapa?" dentin menghampiriku

"Aah ini tadi ada pelayan yang numpahin jus jeruk."

"Uh kasiaan, disangkanya kamu belum mandi kali ya ki."

"eh enak ajak kamu. Btw kita balik yuk."

"wait a minute ki, satu lagu lagi kita balik."

Aku mengiyakan kemauan dentin, lalu kulihat seorang Laki-laki berkemeja biru berjalan ke panggung music live, ia meraih sebuah gitar dan menyetel mike. Aku masih ingat dia adalah laki-laki dengan kemeja yang sama, dia adalah si pemberi tissue. Tapi tunggu, aku seperti mengenalnya, dia mirip sekali dengan orang yang ku kenal. Kuharap dugaan ku salah, karena dia yang kukenal masih ada di Jakarta atau Melbourne karena jadwal penerbangannya bola-balik -balik di dua kota tersebut. Dan Kalau menghitung waktu dia akan kembali 1 bulan lagi, tapi kenyataan didepan mataku membuatku berfikir keras. Lalu aku menatap dentin, ia malah tersenyum manis seolah membenarkan apa yang kupertanyakan dalam hati. Lalu terdengar jelas ditelingaku, lagu itu lagu yang dia nyanyikan memutarkan aku pada kenangan bersamanya. Sekali lagi aku menatap dentin tidak percaya, tapi ia tersenyum lagi lalu berkata "Kejutan untukmu".

For you information :

Arya dulunya salah satu mahasiswa teknik, Namun ia memilih meninggalkan jurusannya karena ia mendapat tawaran untuk kuliah di sekolah penerbangan. Karena ia cerdas dan juga ahli, ia akhirnya diberi jadwal penerbagan untul tujuan jakarta-Melbourne. Dan  karena hal inilah pula ia akhirnya harus berjarak dengaan kinan.

Feeling on offTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang