03 A. Alyssum I

977 156 21
                                    

"Kau sudah tahu sejak lama?" bisik yang lebih muda . Kini Taeyong dan Ten sedang duduk di jok belakang. Sedangkan Taeil harus berbesar hati mengantarkan atasannya ini pulang ke rumah.

"Tidak. Aku baru tahu ini tadi"

"Luar biasa kelinci bodoh dan Jung babi menipu kita selama ini. Kalau kita tahu mereka berpacaran kan kita tidak harus ketakutan setiap hari"

"Ketakutan apa?"

"Kau tidak tahu ekspresimu ketika digoda Jung babi itu huh?"
Sedangkan yang ditanyai hanya tertawa renyah.

"Ngomong-ngomong, kenapa Jaehyun memilih Jepang sebagai tempat pelarian?"

"Tempat pelarian?"tanya Taeyong.

"Ia berlari darimu bodoh. Ia tahu ia salah dengan memperlakukanmu se- ah tidak. Jangan dibahas lagi"

"Mungkin karena usaha furniture ayahnya yang ada di Jepang. Jadi ia memilih kesana. Ia kan tidak bisa apa-apa. Kalau ia bertahan di Korea, Johnny hyung akan memperlakukannya layaknya adik perempuan. Kau tahu kan bagaimana overprotektif nya tiang listrik itu?" tanya Taeyong menghadap ke arah Ten.

"Kau terlihat semakin tampan tuan Lee" Ten mendekatkan dirinya ke arah Taeyong.

"Ehemm. Tuan Lee, sudah sampai Tuan"
'oh Shit! Apakah ini waktu yang tepat tuhan? Apakah aku akan dipecat?' batin Taeil. Tangannya gemetaran. Ia tahu sudah mengganggu romantisme sepasang hamba tuhan ini.

"Oh-hhm, baiklah, terimakasih Taeil hyung. Kau bisa membawa mobil ini. Jangan lupa besok pagi jemput pukul 8." ujar Taeyong sebelum membuka pintu mobil miliknya. Tak lupa membukakan pintu untuk Ten juga.

"Siap tuan Lee. Saya pamit dulu"
Taeil pun meninggalkan halaman depan rumah milik Taeyong dan Ten. Sebenarnya siapa Taeil itu? Ia hanya bawahannya di kantor, tetapi diperlakukan bagai sopir saja. Ah bukan, Lee Taeyong hanya meminta Taeil untuk mengantarnya pulang. Ia sangat lelah dan merasa pusing semenjak Jaehyun dan Doyoung mengungkapkan rencana pernikahan mereka. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Dan yah kebetulan saja Moon Taeil yang lewat di depan ruangannya ketika ia ingin pulang.

Kepergian Taeil bersama deru mobil itu menyisakan keheningan. Taeyong meraih pinggang ramping milik Ten. Ia menghirup aroma puncak kepala Ten.

"Hyung, ini di depan rumah. Sudah ayo masuk"

"Baiklah, mari kita lanjutkan di dalam aawww yakk yakk" Ten mencubit gemas perut Taeyong.
Ten pun berjalan meninggalkan Taeyong yang terlebih dulu melepaskan pelukan di pinggang Ten akibat cubitan itu. Tangan kirinya membuka pintu, sedangkan tangan kanannya sedang berusaha memasukkan kunci pintu yang barusan ia pakai ke dalam saku celananya.

"Masuklah dulu hyung"
"Why?"
"Aku akan ke pekarangan dulu"
"Jangan lama-lama. Di luar dingin" ujar Taeyong seraya melangkahkan kakinya ke arah sofa ruang tamu. Yang diberi nasihat hanya mengangguk kecil. 'Menggemaskan' pikir Taeyong.

"Sepertinya bibi Han tidak menyirami bunga-bunga ini" Ten sedang bermonolog saat ini. Bibi Han adalah pembantunya yang datang setiap hari selasa dan jum'at. Tugasnya hanya membersihkan ruangan-ruangan dan pekarangan saja. Tidak lebih.

Manik matanya menatap bunga-bunga di pekarangan depan rumah tampak layu. Ia pun memutuskan untuk menyirami tanaman yang ada di Taman kecilnya. Mata kecilnya menangkap bunga berwarna pink yang ditanam dipojok. Alyssum, bunga berwarna merah muda itu adalah Alyssum. Lambang kecantikan yang berharga. Bunga yang memendam banyak cerita bagi Ten. Bunga yang menuntun takdirnya. Bunga itu mampu menceritakan segala sesuatu yang selama ini menjadi teka-teki bagi Ten.

"Bunga-bunga kecil tumbuh dengan warna merah muda tua, dan dikelilingi bunga tua yang memudar warnanya. Kali ini apa maksudnya?" lagi-lagi ia bermonolog. Apakah kebetulan saja? Atau kali ini kembali memberi petunjuk? Apakah ada kaitannya dengan kembalinya Jaehyun? Apakah karena kehadiran Jaehyun, hubungan percintaan dirinya dan Taeyong akan memudar? Apa Jaehyun hanya berakting? Semua pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran Ten.

"Ten, ayo masuk, jangan terlalu lama" Taeyongnya menyusul ke arah pekarangan. Mematikan kran air, dan menarik ulur selang yang masih dibawa Ten.

"Biar bibi yang melanjutkannya besok"
Ten hanya mengangguk.

"Mandilah dulu hyung. Aku akan menyiapkan makan malam" kali ini giliran Taeyong yang mengangguk.
 

.
.
.
.

Makan malam sudah siap di meja. Hanya nasi goreng kimchi dan teh apel hangat. Ten sedang malas memasak saat ini. Lagipula ia juga sudah sangat lapar. Jadi menu simple ini akan menjadi teman makan malam yang enak bagi Ten.

"Hyung, tidak ingin berkunjung ke Thailand kah?" tanya Ten yang sedang menyuapi Taeyong.

"Kau ingin? Ayo-ayo saja"

"Kau kan masih sibuk. Klienmu makin banyak kan?"

"Nantikan bisa ambil cuti sayangku"

Drrrtr. Drrrtr
Ponsel milik Taeyong berbunyi.
'Nomor pribadi' terpampang di layar ponselnya

"Siapa hyung? Kenapa tidak diangkat?"

"Entahlah. Nomor pribadi" tapi yang Taeyong tahu, hanya ada 2 orang dalam hidupnya yang selalu menghubunginya dengan nomor pribadi. Antara Jaejoong hyung dan .....

"Cepat angkat hyung! Siapa tahu penting"Ten mulai kesal. Ponsel itu terus berbunyi dan Taeyong tidak mengangkat maupun mematikan panggilan itu.

Taeyong pun menjawab panggilan itu
"Hallo? Siapa i-"
"Oppaaaaa! Taeyong oppaaa" suara wanita yang memekik kegirangan terdengar sangat nyaring.

"Yakk Kim Jennie! Kau cari mati huh? Kenapa? Kau sudah kembali ke Korea?" tanya Taeyong antusias. Kim Jennie, mantan kekasihnya, yang pertama kali datang padanya untuk membantunya bangkit dari keterpurukan, membantunya menjauhkan diri dari Jaehyun, yang semenjak satu tahun lalu memilih pulang kampung ke New Zealand, kini gadis itu meneleponnya.

Ten hanya memutar bola matanya malas.

"Oppa bisakah kau menjemputku di bandara?" tanya diseberang sana

"Ten, Jennie memintaku untuk menjemputnya di Bandara. Bagaimana?" tanya Taeyong lirih. Tangannya sedikit menjauhkan ponsel miliknya.

"Jemput saja hyung"

"Baiklah. Aku berangkat dulu sayang" Taeyong mengecup singkat kening Ten dan beranjak meninggalkan dapur

"Baiklah tunggu sebentar Jennie-ya. Ah, dimana kunci mobil yang satunya? Taeil hyung tadi bawa yang putih, berarti... Yang merah saja" tangan Taeyong sedang memilah kumpulan kunci mobil itu. Ia bermonolog sebentar, sebelum bergegas menuju garasi rumah dengan kunci mobil di tangan kanan, dan ponsel ia pegang dengan tangan kiri.

"Hyung, habis-" ah sudahlah. Hyung nya ini memang sangat antusias sekali melakukan apapun yang berkaitan dengan Kim Jennie. Ten pun melanjutkan makan malamnya sendirian.

Tiba-tiba dadanya merasakan sesak yang tidak biasa. Sejenak ia mengambil nafas dan menghembuskannya begitu saja. Ia ingat sekarang. Kim Jennie sudah kembali, dan apapun bisa terjadi.



TBC





Hallo manteman ku sekalian. Ya ampun, ini apaan tjoba??
Gak seru ya?
Maaf in akuu 😭😭😭
Ku tahu ini telat nge up nya
Berasa gak berjadwal updatenya TT
Pokoknya kalo lagi mood ya update aja lah yaa
Yang sabar ya manteman
Maaf kalo pendek TT
Besok up lagi kok. (INSYAALLAH) hehe
😄😄😘😘😘
Jujur sempet lupa ini tuh ceritanya kek gimana. Hehee
Maafin kalo ngebingungin. Ku tahu ini tidak jelas.
Alurnya aneh. Setting nya gak jelas. Huhuuu.
Maaf juga kalo kebanyakan narasi huhu.
Save me!!
Maaf juga kalo ada typo :(
NEXT or END?
Jangan lupa vomment yaa!!
S

alam perbatjodtan

Big Luv
#태텐

Alyssum [Taeyong x Ten | Taeten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang