Sudah 3 hari semenjak kepulangan Ten dari rumah sakit. Tidak banyak aktivitas yang bisa ia lakukan di apartment. Taeyong melarangnya untuk bekerja di butik. Atau lebih tepatnya Taeyong melarang Ten melakukan aktivitas apapun. Ten menghabiskan waktunya dengan menonton serial drama di televisi, atau hanya duduk-duduk di balkon saja.
Kali ini Ten lebih memilih untuk melihat-lihat beberapa perlengkapan bayi yang akan dibelinya secara online. Ia masih belum mengetahui jenis kelamin dari sang jabang bayi. Oleh karena itu, semua barang di daftar belanjanya dipenuhi pakaian bayi berwarna putih. ‘Netral’ pikirnya.
Terlalu lama duduk di sofa membuat pinggangnya terasa sakit. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sangat sensitif. Tidak biasanya ia merasa seperti ini. Atau, mungkin ia harus mulai terbiasa.
Ting tong
Bel apartmentnya berbunyi. Ya, mungkin saja Lucas atau Doyi yang datang. Ten melangkahkan kakinya menuju pintu apartment. Ia melihat intercom sebelum membukakan pintu. Memastikan siapa yang berkunjung siang-siang begini. Melihat seseorang di layar membuatnya berpikir dua kali.
“Ten, apakah kau ada di dalam? Aku membawakan beberapa roti dan jus untukmu” Ujar Jennie dari saluran intercom
Cklek
“Maaf, aku baru saja dari kamar Jen. Kau tidak perlu repot-repot untuk datang ke apartmentku” Ten meraih bingkisan berisi roti dan jus dari tangan Jennie. Ten hendak menutup pintu apartmentnya,-
“Apakah kau tidak mempersilahkan aku untuk masuk?”Tanya Jennie.
“Berjalan dari lantai 5 ke lantai 10 itu butuh pengorbanan, Ten”Lanjut Jennie. kemudian ia menerobos masuk ke dalam rumah Ten. Sedangkan Ten hanya menggelengkan kepalanya. Berjalan apanya? Jennie hanya perlu 2 langkah dari pintu rumahnya untuk mencapai lift.
Gedung apartment baru ini dirancang untuk memudahkan pemiliknya. Bisa dibilang seakan-akan mereka memiliki lift pribadi.
“Jadi apa yang kau butuhkan Jen? Ada yang bisa kubantu?”tanya Ten, ia meletakkan bingkisan itu di meja ruang tamu. Sedangkan Jennie sendiri sudah duduk di sofa ruang tamu.
“Apakah kau tidak merasa bosan Ten? Aku sangat bosan, yang bisa kulakukan hanyalah menonton televisi, bermain internet, atau hanya menelepon Taeyong saja. Huft” Jennie mendesah kesal. Tidak banyak yang bisa ia lakukan disaat seperti ini.
Menghubungi Taeyong? Ten sudah merasa biasa, faktanya memang hanya Taeyong kerabat Jennie saat ini.
“Sangat bosan”
“Bagaimana kalau kita membeli perlengkapan bayi bersama?”Jennie mengedip-kedipkan matanya. Berusaha membujuk lelaki di hadapannya.
“Maka orang akan mengira aku suamimu”ujar Ten. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa ia terlahir sebagai lelaki tercantik, di dunia.
“Eum, baiklah, lain kali saja” Jennie beranjak dari tempatnya. Ten tahu wanita ini akan kembali ke apartmentnya dan memilih untuk diam di tempat. Kalau hanya sekedar membuka pintu dari dalam, semua orang bisa melakukannya.
“Oh iya Ten”
Ten menoleh, menatap Jennie dengan tatapan ‘Ya, Ada Apa?’
“Setiap orang mempunyai rahasianya sendiri bukan?” Ujar Jennie. Senyuman kemenangan terpatri di bibir wanita asal New Zealand itu.
“Apa maksudmu?”
“Tidak ada, hanya… Ya mungkin kau harus bersiap dari sekarang”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alyssum [Taeyong x Ten | Taeten]
Roman d'amour18122017-now Tanpa Ten ketahui, bunga Alyssum di pekarangan rumah itu telah menceritakan segalanya. Bagaimana cabe Thailand ini bisa menaklukan kelakuan lelaki kardus dari Korea? Very short story Taeten Shipper