"Selamat siang Mrs.Lee"
"Selamat siang Mrs"
"Selamat siang nyonya"Ten tidak henti-hentinya tersenyum ketika para karyawan itu membungkukkan badannya untuk memberi salam. Ia sudah tiba di kantor Lee Taeyong untuk mengantarkan bekal makan siang. Bila boleh berkata jujur, sebenarnya Ten tidak suka bila harus berada di ruang publik seperti ini. Ia lebih suka berada di rumah. Tapi ia harus menjamin Lee Taeyongnya itu untuk makan siang tepat waktu dengan menu sehat. Walaupun masakan buatannya tak seenak sang suami
"Hai Tennie. Bagaimana kabarmu cantik?"
"Hai Taeil hyung, baik hyung. Oh, apakah meeting tuan Lee sudah selesai hyung?" tanya Ten
"Sudah sejak 1 jam yang lalu baby" kini Doyoung yang menjawab. Sekretaris cantik dan pintar itu mengacak rambut Ten pelan
"Sepertinya kau tambah gemuk saja" Doyoung mencubit pipi Ten gemas
"Hyungg" ia merajuk
"Oke baiklah, tapi kusarankan jangan masuk ke ruangan tuan Lee dulu Ten" ujar Doyoung meyakinkan
"Wae? Para petinggi belum keluar? Bukankah meetingnya di aula atas? " Ten meletakkan bingkisan kotak makan siang itu diatas meja kerja Doyoung. Ruangan kerja lelaki yang mirip kelinci manis itu tepat di samping ruangan sang suami.
"Hanya jangan masuk sa-
Aduhh. Sakit hyunggg!" Taeil menjitak kepala Doyoung yang berusaha menjelaskan. Tatapan matanya mengisyaratkan 'diam saja kau atau kau akan mati sekarat'"Kliennya masih belum keluar Ten. Mereka masih membicarakan beberapa hal penting" kilah Taeil
"Tapi tadi hyung bilang meeting nya sudah selesai" Ten mengerucutkan bibirnya. Ia mengambil kotak makan itu dan beranjak menuju ruangan suaminya. Doyoung dan Taeil tidak mampu mencegah nya. Tidak sempat lebih tepatnya
Cklek
"Hyunggg! Waktunya makan siang" persetan dengan ada tidaknya klien. Hyungnya harus makan saat ini juga
Deg
Mata Ten memanas. Pun dengan hatinya
"Jae..Jaehyun? Sedang apa kau disini?" Ten mengeratkan pegangannya pada kotak makan itu. Sang suami sedang dihimpit oleh lelaki bertubuh kekar itu."Tenn. Ini tidak seperti yang kau kira sayang" Taeyong beranjak berdiri dari sofa itu. Tapi dicegah oleh Jaehyun
"Diam disitu Taeyong sayang"
"Hyung i..ini kotak ma..makannya.. " Ten meletakkan kotak makan siang itu diatas meja kerja Taeyong.
"Tunggu Ten, Tenn! Dengarkan aku Ten. Arghhh" Ten nya sudah terlanjur pergi. Ia pun menatap Jaehyun dengan tatapan tajam
"Mengapa menatapku seperti itu cantik?" tanya Jaehyun. Tangan nya menelusuri rahang kokoh milik Taeyong
"Sialan kau Jae! Aku bukanlah Lee Taeyong yang dulu lagi!" Taeyong berniat memberontak, tetapi tubuhnya tak cukup kuat untuk melawan tubuh atletis milik Jaehyun
"Kau adalah lee taeyongku sayang. Sampai kapanpun akan selalu seperti itu" Jaehyun mendekatkan bibirnya ke arah pipi Taeyong
"Jaehh.. Eunghh"
"Lihat. Kau bahkan masih bisa mendesahkan namaku Tae. Tidak peduli kau sudah menikah. Dan kau telah berubah. Boleh saja kau berkata dirimu memiliki gender yang sama denganku. Tapi tubuhmu ini.. Hmm...Ia merindukan tubuhku Tae. Sekali bottom, maka selamanya akan seperti itu sayangku. "
"Hentikan Jae" Jaehyun semakin menghimpit Taeyong. Menindihnya dengan gerakan sensual.
"Tidak Tae, Ten tidak akan marah sayang. Percayalah. Si bodoh itu sangat mencintaimu. Tidak peduli apakah suaminya itu masih memiliki penyimpangan seksual atau tidak. Jadi biarkan tubuhmu ini untuk mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan" Jaehyun mengecup bibir Taeyong sekilas
KAMU SEDANG MEMBACA
Alyssum [Taeyong x Ten | Taeten]
Romance18122017-now Tanpa Ten ketahui, bunga Alyssum di pekarangan rumah itu telah menceritakan segalanya. Bagaimana cabe Thailand ini bisa menaklukan kelakuan lelaki kardus dari Korea? Very short story Taeten Shipper