Mangoes Tree

160 60 30
                                    

🌸 Mulmed: Stephanie Annisa🌸

____________________________________

Waktu yang berharga itu tidak akan mau kembali lagi walaupun hanya sesaat saja.
___________


Sang surya mungkin sedang gembira hari ini. Ia menampilkan sinar indahnya ke dunia. Ia tersenyum, melihat orang-orang di bawah sana senang dan merasa hangat akan sinarnya.

Para remaja dan anak-anak mulai bersiap-siap pegi ke sekolah untuk menuntut ilmu.

Gerbang sekolah pun mulai ramai dengan para siswa-siswi nya yang berdatangan dan memadati area lapangan.

"Woi, tumben lo gak telat. Kesambet apa mas?" sahabat dekat Revan memukul bahunya dan menghampirinya.
Rio, itulah namanya.
Sahabat yang paling dekat, teman curhat, teman mencontek dan mengopek bersama, bahkan terkadang harus berbagi dosa bersama.

"Iihhh...jangan gitu dong bang Rio. Mas Revan kan udah coba supaya gak telat. Kasih pujian dong, jangan ditanyain begitu. Ya kan mas?" Rio menautkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat satunya ini.

"Rif, gilak si boleh. Cuman jangan sekarang masih pagi noh, kasian telinga gue masih pagi udah sakit aja dianya. Lo mau nemani terus bayari dia berobat ke dokter?"
Ucap Rio pada sahabatnya bernama Arif.

Arif merupakan seorang sahabat penghidup keceriaan dari mereka berdua. Walaupun agak bobrok, tapi terkadang otaknya bisa diandalkan kok.

Revan meninggalkan dua sahabatnya itu tanpa peduli teriakan mereka berdua.

"Yah, yah,... Malah pergi dianya. Woi Van!" Mereka berdua mengejar Revan dengan tergesa-gesa.

"Kok pergi sih?" tanya Arif.
"Gue? Pergi? Gak ah,gue gak pergi kok." Revan masih melanjutkan jalannya.

"Jadi kalau gak pergi gitu apa namanya? Jalan sambil dihipnotis sama sinder bolong?" Rio menentang pembelaan Revan.

"Bro, gue gak pergi. Jadi gini, gue tadi liat ada konsernya cicak. Wiihh, seksi banget lagi cicaknya. Cobak bayangkan ni ya". 'Revan melambaikan tangannya di depan kedua sahabatnya itu, mencoba menghidupkan imajinasi mereka.

"Kapan lagi cobak bisa nikmati konser gratis pagi-pagi kayak gini. Cuci mata lah bro sekali-sekali. Daripada telat nontonnya makanya gue langsung pergi aja. Sayang seksi amat soalnya." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Revan melesat pergi meninggalkan dua sahabatnya yang bobrok itu.

Sedangkan keduanya masih termenung memikirkan tentang konser cicak yang dibilang Revan tadi.

"Dimana konser cicaknya?" Arif menyenggol bahu Rio dengan mengajukan pertanyaan yang langsung to the point.

"Kenapa lo, mau nonton? Mau tau dimana konsernya?" Arif menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Rio.

"Tanya aja noh sma mbah Google." Rio menggerakkan kakinya meninggalkan sahabatnya yang masih bengong mendengar jawabannya tadi.

***

"Woi cepet."

"Cepet napa nulisnya."

"Pinjem dulu buku lo."

"Adduhh.. Gilak banyak banget lagi pr nya."

"Pengen meledak aja gue ni lihatnya."

kelas 11 Ipa 2 hari ini terlalu berisik dan sibuk meminjam buku kesana-kesini, ataupun bahkan mengomel tak karuan di depan buku tulis mereka saat ini.

Memang tidak ada gunanya mengomel dengan benda mati tapi setidaknya itu lebih baik daripada mereka merobek buku tugas mereka menjadi potongan helaian- helaian kertas yang terbuang.

Miracle When SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang