Acara Syukuran

14 2 0
                                    

Malam itu, bulan purnama bersinar secara terang. Ia tidak malu-malu menampakkan paras indah nya di balik selimut langit hitam yang menawan. Malam ini benar-benar cerah, rasanya semua orang ingin bisa keluar dari rumah, dan menikmati semilir angin malam yang menyejukkan ditemani segelintir bintang. Namun, berbeda dengan sosok gadis  yang sedang berbaring di atas tempat tidur nya sekarang. Rasanya sangat malas untuk dirinya bergerak. Terlebih lagi mengingat malam ini begitu sejuk, udara yang sangat sesuai untuk beristirahat di dalam kamar.

Sania menarik selimut, berusaha menutupi tubuhnya agar hangat. Ia mencoba untuk memejamkan mata sejenak, namun suara mamanya mengusik pendengaran nya.

"Sania, kamu udah siap-siap belum?"

"Ya Allah, belum siap juga rupanya. Malah rebahan lagi. Hei, bangun sayang. Kita kan mau pergi ke rumahnya Revan. Kamu lupa ya? Lupa atau pura-pura lupa?" Putri benar-benar terkejut melihat anak perempuan nya sekarang. Ia pikir, Sania sudah bersiap-siap, namun nyatanya anaknya itu dengan santainya masih rebahan di atas kasur.

"Aduuhh ma, Sania gak usah ikut ya. Mending Sania tidur aja deh, enak banget nih malam untuk tidur. Mama pergi sendiri aja. Biar Sania sama bi Neneng di rumah." Selimutnya ditarik lagi oleh Sania, dirinya mencoba membalut tubuhnya seperti sebuah kepompong.

"No, you have to prepare now. Ayok bangun, tenang aja disana kan ramai orang. Bi Neneng juga ikut. Jadi kalau gak ada mama, bi Neneng bakalan ngejaga kamu."

"Hufft, tapi ma.."

"I'll wait you. Half an hour, is that enough?"

"Yeah, alright. I'll prepare my self."

Setelah mendengar jawaban Sania, Putri berjalan keluar dari kamar anaknya. Ia memutuskan untuk menunggu Sania di ruang keluarga sambil menonton program yang sedang ditayangkan di televisi.

Sedangkan Sania, ia berjalan dengan malas menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan dirinya sekarang. Sebelum Sania beranjak dari tempat tidur, ada suatu hal yang menggangu penglihatannya. Sekumpulan rambut yang rontok, ya itu yang Sania lihat. Rambutnya rontok dan menempel di atas bantal. Mungkin bagi sebagian orang, rambut rontok adalah hal yang normal. Seluruh kalangan usia pasti sudah sering mengalami hal ini. Hanya saja berbeda situasinya, jika dirimu divonis dokter dengan penyakit yang berbahaya, dan kemudian secara perlahan rambutmu mulai rontok. Dan seiring rontoknya beberapa helai rambut dari kepala, lalu semakin lama semakin banyak yang rontok, maka ketika itulah dirimu juga harus siap menerima kenyataan yang pahit bahwa akan ada kabar buruk yang akan datang. Sama seperti itulah yang dirasakan Sania sekarang. Jujur saja Sania takut tentang kabar yang mendatanginya segera. Ia bahkan belum siap sama sekali untuk mendengar kabar tersebut.

Tetapi, mau bagiamana lagi jika takdir Tuhan telah berkehendak. Sania mengambil rambut yang menempel di atas bantalnya dan memastikan tidak ada lagi yang tersisa di bantal, setelah itu Sania membuang kumpulan rambutnya di tempat sampah, lalu beranjak untuk membersihkan diri di kamar mandi.

Setelah beberapa menit di kamar mandi, Sania sekarang mematung melihat banyak pakaian dengan aneka warna di lemarinya. Jujur saja, salah satu hal yang Sania tidak sukai adalah ketika ia harus memilih baju mana yang akan dikenakan untuk pergi. Jangan sampai salah kostum. Bisa-bisa ditertawakan dia di acara tersebut. Beberapa baju ia keluarkan, namun belum ada yang cocok. Andai saja dirinya bisa seperti gadis lain, yang bebas memilih baju apa saja, dan setiap kali mereka memakainya akan kelihatan sangat cantik.

Rasanya aneh, jika Sania memakai gaun berwarna putih yang panjangnya hanya selutut itu. Terlebih lagi, ia harus bersusah-payah untuk mencari penutup kepala yang sesuai. Biasanya jika ingin keluar rumah, Sania hanya memakai celana jeans yang tidak ketat dan kaus biasa, tak lupa dengan sebuah penutup kepala. Tetapi ini berbeda, Sania harus datang ke acara syukuran orang tuanya Revan. Ia harus terlihat tidak aneh dengan baju yang ia pakai. Akhirnya pilihan nya, jatuh kepada sebuah baju gamis bewarna biru tua di kedua sisinya, diselingi dengan warna putih di bagian tengahnya. Kemudian, ada beberapa bunga-bunga kecil berwarna-warni menghiasi bagian atas dan sepasang kancing bewarna putih di bagian pergelangan tangan.

Miracle When SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang