Dugaan

64 39 11
                                    

Setelah memberikan pesanan Fany, Revan langsung bergegas ke kamarnya dan memberi tahu kabar baik ini dengan sahabat-sahabatnya.

Revan membuka laptopnya dan menghidupkan aplikasi Skype lalu meminta sahabat-sahabatnya untuk menghidupkan aplikasi Skype mereka melalui grup yang bernama:

Grup Cowok yang merindukan Kasih Sayang.

Revan: Woi,cepet buka aplikasi Skype di laptop kalian. Ada kabar PENTING!!!

Revan: P
              P
              P

Arif: Aduhh.. Apaan sih Van lo ganggu hibernasi gue tahu!

Rio: Kabar penting? Apa? Kelihatannya penting banget sampai kata PENTING nya huruf besar semua.

Revan: Bodo' ah. Udah cepet BUKA!

Arif: Ia-ia sabar dikit napa.

Setelah membaca room chatnya, Revan beralih ke laptopnya dan menunggu jawaban dari dua sahabatnya untuk menerima panggilan Skype darinya.

"Apaan sih Van. Ganggu banget lo." Arif lah yang pertama kali menanggapi panggilan video mereka melalui aplikasi Skype.

"Iya, kabar apaan sih?" disusul dengan suara Rio dengan gambar wajahnya yang terlihat di layar laptop.

"Jadi gini, lo masih inget gak tentang Sania?"
Revan memperbaiki posisi duduknya agar lebih mudah terlihat oleh sahabat-sahabatnya.

"Sania? Siapa? Tukang es doger yang sering keliling di depan kompleks sekolah ya?"
Arif mencoba mengingat siapa Sania namun tidak juga mendapatkan bayangan tentang dirinya begitupun dengan Rio.

"Eh buset iya kali lo pada gak inget semua. Sania yang waktu itu gue ceritaiin di kantin. Yang waktu gue mau cabut kan dia yang kasih pencerahan buat gue. Gadis yang istimewa itu lho."
Revan mencoba menjelaskan hal hal yang bisa membuat mereka ingat tentang Sania.

"Oh Sania. Iya-iya gue inget. Emang kabar baiknya ada kaitannya sama Sania?"
Rio memajukan wajahnya sedikit ke layar laptopnya.

"Nah iya, akhirnya lo inget juga. Jadi gini, waktu itu kan kita mau nge-stalk sosial medianya Sania. Tapi gak ketemu gara-gara gak tahu nama lengkapnya. Sekarang akhirnya gue tahu siapa nama lengkapnya, jadi gampang deh cari tahu tentang dirinya."

"Serius? Gimana ceritanya lo bisa tahu nama lengkap dia? Karena lo kan pernah bilang kalau dia itu orangnya tertutup."

Rio bertanya dengan nada yang penasaran ditimpali anggukkan dari Arif.

"Jam sebelas pagi tadi kak Fany nyuruh gue beli pembalutnya di supermarket. Terus..."

Belum sempat Revan melanjutkan kalimatnya, kedua sahabatnya menyemburkan tawanya di balik laptop.

Seandainya saja dengan lewat skype bisa menyentuh orangnya langsung maka Revan akan menjitak kepala mereka satu-satu.

"Pembalut? Hahahha....."
Suara mereka terdengar serempak saling bersahutan menertawai Revan.

"Seorang Revan Andrian yang dikenal cowok maco dan bad membelikan pembalut? Hahaha... Anjir, sakit perut gue. Gak kebayang pasti lo disana celingak-celinguk ya kan?"

Suara tawa mereka semakin pecah dan semakin jelas terdengar di balik layar laptop Revan.

"Udah selesai ketawanya?" Revan menekuk wajahnya ketika melihat dua sahabatnya itu berhenti tertawa.

"Udah-udah. Lanjutin gih ceritanya."
Rio mengelap air mata yang sedikit keluar di sudut matanya.

"Emang bener gue celingak-celinguk di dalam supermarketnya apalagi waktu udah masuk ke dalam rak yang berisi pembalut itu. Kan gue gak pernah tahu hal kayak gituan. Tapi untungnya Tuhan ngasih penyelamat. Dan lo tahu si penyelamat yang Tuhan kirim itu adalah Sania. Bahagia banget gue pas ketemu dia."

Miracle When SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang