Chapter 1 : Oh School

2.6K 86 11
                                    

Let's begin, Shall we?

Lupakan seorang putri berambut panjang yang hidup di istana megah, mengenakan gaun bertabur perak yang menyapu lantai, dengan mahkota kuning berlapiskan emas yang dihiasi berlian di kepalanya, lalu berjalan di atas permadani merah, dikelilingi anggota keluarga kerajaan dan sesosok pangeran tampan.

Emily Fancy, seorang gadis imajinatif harus menerima kenyataan bahwa kehidupan nyatanya tidaklah seperti apa yang diimajinasikannya setiap malam, dengan kata lain sebenarnya.... MEMBOSANKAN.

Dimana setiap harinya Ia harus datang ke sekolah, duduk diam memandangi angka-angka sin kos tan yang ditulis oleh pria tua sangar berkacamata bulat dengan kepalanya yang botak itu, yang di dalam hari-harinya selalu mengenakan kemeja putih panjang dengan seutas dasi merah di bawah kerah bajunya.

Yang paling membuat Emily tidak betah di sekolah adalah ketika pria tua itu menunjuk papan tulis sembari menerangkan apa yang tertulis di dalamnya, yang ada di kepala Emily hanyalah sekumpulan aljabar yang tidak berhenti menari mengelilingi otaknya. Ia hanya tergeming menahan jantungngya yang berdegup kencang menghantam dadanya, membuatnya harus selalu mengatur napas kapanpun pria tua itu berjalan mengelilingi setiap sela-sela bangku kelas untuk menunjuk salah seorang siswa tak berdosa maju ke depan, menjelaskan ulang apa yang baru dijelaskannya tadi.

"kamu!" seluruh kelas menjadi hening seketika, Emily yang sedang menunduk langsung menangkat kepalanya, pandangannya terbelalak ke arah pria tua itu, rupanya pria tua itu sedang menelpon. Emily dan teman-temannya menghela napas lega.

Belum lagi, setiap tiga hari dalam sepekan Ia harus berurusan dengan Bu Stacy, guru fisika yang tersohor akan kegalakannya. Setiap kali bertatapan dengannya, Emily merasa ada seribu sharingan kakashi yang menancap ke paru-parunya, membuatnya sesak napas. Semua itu lagi-lagi karena perseteruannya dengan rumus fisika yang 7 kali lebih sukar dari perhitungan invers matriks. Ingin rasanya Ia menjadi naruto, mempunyai jurus seribu bayangan, sehingga Ia dapat menginstruksikan salah satu bayangan untuk bersemayam di dalam kelas fisika dan satu bayangan yang lain di kelas matematika.

Emily memang gemar bermain dengan fantasy. Baginya, cukuplah hanya kehidupan siang yang membuatnya jemu. Di malam harinya sebelum tidur, Emily selalu menciptakan fantasy-fantasy hebat di kepalanya. Seringkali Ia berimajinasi sedang duduk di atas takhta kerajaan negeri atas awan, atau membayangkan dirinya yang sedang menunggangi seekor unicorn putih yang bersayap, menjadi putri tidur yang dibangunkan dengan sebuah ciuman pangeran tampan, atau memiliki rambut yang panjangnya menjuntai ke tanah dari atas menara.

Tak jarang juga Emily membayangkan bahwa Ia sedang berburu penyihir bersama Gretel, atau membayangkan dirinya menjadi seorang Moana yang dengan keberaniannya berhasil menyelamatkan Pulau Motunui. Baginya, dunia fantasy membuat rasa bosannya menguap.

Emily sendiri adalah anak sulung, Ia mempunyai seorang adik laki-laki, namanya Ethan Perky. Mereka tinggal bersama orang tua kandungnya, Ibunya Evelyn Fancy dan Ayahnya Andrew Perky.

Kali ini, Emily menghela napas lega karena akhirnya liburan telah tiba! Ia dan keluarganya berencana berlibur ke rumah nenek.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨
To Be Continued ✨
✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Emily Fancy dan Negeri PeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang