Chapter 4 : A Night Full of Secrets

1.1K 47 4
                                    

A bitter truth is more better than a beautiful lie.❞

•••

Emily masih memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing, entah karena masih shock, atau karena belum ada sesuap pun makanan masuk ke dalam lambungnya hari ini.

Saat Emily bangkit hendak beranjak dari ranjang empuk bersprei putih dengan bantal bulu angsa diatasnya itu, Ia dikejutkan dengan lelaki tampan berbadan tegap dengan tinggi 185cm yang tiba-tiba saja datang lagi menghampirinya.

Pria dengan rambut berwarna golden yang panjangnya tepat menyentuh bahu itu mengucapkan kata-kata yang sepertinya tidak minat untuk Ia ucapkan.

"Mandilah, lalu bersiap-siap. Kita akan makan malam bersama tepat pukul 20:00 nanti."

Emily hanya bergeming kaku sembari mengerling ke arah pria tadi.

Pria tadi berjalan ke arah Emily, Ia melambaikan telapak tangannya tepat di depan mata biru Emily. Emily mengerjapkan matanya. Terlihat jelas sekali ketampanan pria kharismatik itu jika dilihat dari dekat seperi ini. Mata berwarna hazel, hidung yang mancung dan rahang yang tegas sekali lagi menambah pesona kegagahannya, dada yang bidang dengan tubuh yang atletis membuat Emily terkagum-kagum dalam hatinya. Sulit baginya untuk percaya apakah yang Ia lihat benar-benar nyata, atau hanya dirinyalah yang sedang berkhayal bertemu pangeran di negeri dongeng.

"Eh ... ehm iya, aku akan bersiap-siap." Emily menahan tangan pria yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari kamar. "Setidaknya perkenalkan dirimu terlebih dahulu."

"Aku Will, Will Turner. Anything else?" jawab Will dengan nada yang lagi-lagi seperti tak berminat.

"Ti ... tidak, terimakasih." Emily menjawabnya dengan nada gugup.

Tanpa basa-basi lagi, Will langsung pergi meninggalkan Emily.

Emily menelusuri setiap sudut di kamar yang berukuran besar itu, namun tak juga Ia temukan sebuah ruangan berisi bathtub ataupun shower di dalamnya.

Daripada terus mondar-mandir tanpa hasil, lebih baik keluar, barangkali akan ada dayang ataupun prajurit yang akan memberitahukan dimana letak kamar mandinya, pikir Emily.

Emily berjalan pelan keluar kamar. Baru memulai berjalan satu langkah dari pintu kamar, seseorang menabraknya dari arah kiri. Seorang pria yang lagi-lagi memiliki ketampanan diatas rata-rata.

"Hei ... maafkan aku, aku tidak melihatmu tadi. Apakah sakit?" Pria itu memegang bahu kiri Emily sambil menatap mata Emily yang lagi-lagi merefleksikan kekosongan.

Sontak Emily terbangun dari lamunannya. "Ti ... tidak apa-apa. Maafkan aku."

"Tidak perlu minta maaf, aku yang salah," balas pria dengan rambut panjang berwarna platinum blonde itu. "Sam Turner." Ia menjulurkan tangannya dengan ramah.

Emily menyambut tangan itu dengan kehangatan. "Aku Emily Fancy."

"Senang bertemu denganmu," ujar Sam seraya melengkungkan kedua sudut bibirnya ke atas.

"Terimakasih," sahut Emily.
Pria ini berbeda sekali dengan pria yang ketus dan dingin yang ditemui Emily sebelumnya. Aura Sam terkesan lebih lembut daripada Will.

"Sedang mencari sesuatu?" tanya Sam, karena Emily menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.

"Ehm ... iya. Aku ingin mandi, tetapi tidak kutemukan dimana kamar mandinya. Bisa tolong tunjukkan dimana?" Emily tersenyum gugup.

Bukannya malah menunjukkan dimana lokasi ruangan yang dicari Emily, Sam malah tertawa.
"Hahaha, kau ini punya selera humor juga ya?"

"Ehhhh, kenapa?" Emily menunjukkan ekspresi wajah penuh tanya.,

Emily Fancy dan Negeri PeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang