Chapter 3 : Fairy Land

1.2K 60 8
                                    

Tiba-tiba gambar bintang di perak persegi tadi bersinar. Bintang yang awalnya hanya berupa gambar tadi terbuka mulai dari tengah, kelima sudutnya ikut menganga.
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!" Emily terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam tepat di bawah gambar bintang yang seolah melahapnya. Sepanjang kedalaman jurang itu dipenuhi dengan cahaya yang menyilaukan, Emily hanya bisa memejamkan matanya, Ia tak dapat berpikir dan merasakan apa-apa lagi. Ia merasa jantungnya ikut terjun bebas menembus tanah, raganya ditelan bumi.

Zuppp!

Emily merasakan sudah tidak ada lagi cahaya yang menembus kelopak matanya yang terpejam, Ia juga merasa sudah tidak sedang tergelincir lagi sekarang. Emily membuka matanya pelan, dilihatnya Ia sedang berada di tempat yang seperti taman, dipenuhi rerumputan yang hijau, dikelilingi bunga-bunga cantik nan berwarna-warni. Tapi Emily mulai menyadari sesuatu.

Tidak, ini bukanlah taman di rumah nenek. Aku tahu betul seperti apa tamannya, tapi ini bukanlah taman di rumah nenek!, Batin Emily.

Perlahan Ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke depan. Ia terperanjat, dari kejauhan terlihat sebuah Istana dengan tembok berwarna perak dan atap berwarna kuning keemasan, menjulang tinggi melewati tingginya pepohonan. Emily penasaran, Ia berjalan menuju istana itu.

Sppp ... sppp ... sppp bunyi rerumputan yang dijejaki Emily. Baru sampai setengah perjalanan, tiba-tiba zppp!!! sebuah anak panah meluncur bebas di samping tubuh Emily. Untunglah panah itu tidak mengenai dadanya, sepertinya sang pemanah memang sengaja melesatkan anak panah tersebut dari sasaran. Emily menghela napas dalam-dalam, jantungnya berdebar-debar, langkahnya terhenti.

Muncullah dua sosok pria dari balik semak menghampiri Emily. Emily tercengang, mulutnya ternganga melihat dua orang pria ini. Mereka berbadan tegap, berbaju putih dilengkapi dengan baju perang diatasnya, namun baju perang itu terbuat dari emas, salah seorang dari mereka rambutnya pendek sebahu, berwarna kuning keemasan, sedangkan yang satu lagi rambutnya panjang yang dikuncir di bagian ubun-ubun dengan warna yang sama. wajah keduanya sangat tampan dan bercahaya, mereka memegang busur panah ditangannya.

"Who are you?"
"Siapa kamu?," tanya salah seorang dari mereka, yang rambutnya panjang, dengan wajah yang seolah curiga.

Emily tergeming sesaat.

"I'm ... I'm sorry ..., I seem to get lost."
"Ma ... maafkan aku ... sepertinya aku tersesat," jawab Emily terbata-bata.

Emily adalah keturanan Indonesia dari ibunya dan barat dari ayahnya. Ia tinggal di Indonesia sejak kecil. tapi Ia mempunyai fisik yang menurun dari ayahnya. Andrew kemudian mengajak keluarganya untuk pindah lagi ke kampung halamannya di NZ (New Zealand) sekitar 6 bulan yang lalu, Sehingga Emily belum terlalu mahir menggunakan Bahasa Inggris dalam bercakap-cakap.

"Bring her to mom!"
"Bawa dia kepada Ibu!" ucap pria yang rambutnya sebahu.

Tangan Emily ditarik oleh dua orang pria itu, Ia membawanya ke Istana untuk berhadapan dengan sang ratu.

Bukannya malah takut ataupun cemas, Emily malah berdecak kagum melihat Istana perpaduan perak dan emas nan megah itu.

So wonderful ...

Kedua lengannya digenggam erat oleh kedua pria tampan berparas bangsawan tadi.

Hingga sampailah mereka di depan Gold Throne, takhta yang keseluruhannya terbuat dari emas murni, seorang wanita yang kira-kira berumur 35 tahun keatas sedang bersemayam di kursi kerajaan kebesarannya. Wanita itu cantik nan anggun, rambut pirangnya tergulung dengan indah di dalam sanggulan.

Dua pria tadi langsung menurunkan sedikit badannya, hormat ala kerajaan. Emily hanya bergeming bingung, matanya memutari seluruh ruang kebesaran sang ratu cantik itu.

Emily Fancy dan Negeri PeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang