01. Big City Life - Greedy

6.6K 229 47
                                    

Aku mengamati orang yang lalu lalang dan orang yang mampir sekedar melihat produk yang ter-display dari tempatku berdiri. Setahun aku bekerja di outlet ini, orang yang lalu lalang dan sekedar melihat-lihat ataupun membeli, orangnya itu-itu saja. Kecuali pada saat menjelang hari raya ataupun libur, pengunjung yang datang lebih beragam.

Aku bekerja sebagai pramuniaga di sebuah outlet produk jam tangan dan fashion dengan brand dari luar negeri, dengan segmen kelas menengah keatas.

Memang sih,  rata-rata pengunjung dari kelas menengah adalah orang muda dikisaran 20-30 tahun, seandainya dari kalangan atas, biasanya mereka membeli produk itu hanya sebagai kado saja. Karena orang kalangan atas lebih memilih belanja untuk dirinya sendiri, di Plaza Indonesia, yang berada di seberang mall tempatku bekerja. Produk ditempatku bekerja paling mahal masih dibawah 100 juta, dan menurut kalangan atas, produk itu tidak ada nilainya sama sekali.

Aku bekerja dengan sistem shift, kadang dapat jatah shift pagi, kadang siang. Sebenarnya menyenangkan bekerja disini, setiap bulan tema mall selalu berubah-ubah. Jadi aku bekerja tidak merasa bosan. Aku selalu menunggu untuk tema bulan depannya lagi.

"Makan siang yok!"

Suara itu menyadarkan lamunanku, dan aku tersenyum.

"Ayok, aku ijin dulu ke supervisor ya!"

Dia mengangguk dan menunggu diluar.

Kadang jika shift kerja bersamaan, aku bisa makan bareng dengan pacarku. Seperti sekarang ini.

Pacarku bekerja di mall yang sama denganku. Hanya, dia bekerja di restaurant Thailand sebagai supervisor. Usianya tidak terpaut jauh dariku, untuk gajinya......yaah, diatas gajiku sedikit. Tapi yang membuatku bangga, pacarku itu tampan dan paling tidak jabatannya diatasku.

Aku dan dia tinggal bersama di kost daerah Kebon Kacang, tidak jauh dari tempat kita bekerja. Sebenarnya tinggal bersama itu untuk menyiasati pengeluaran. Biaya kost di daerah itu mahal, harga makanan pun juga tidak murah. Terkadang, disaat libur, kami memasak sendiri.

Untuk makan selama kerja, kami harus berjalan agak jauh dari mall. Memang di mall disediakan kantin karyawan, tapi kami takut untuk makan disitu. Selain harganya lebih mahal, kami merasa minder dengan orang-orang yang makan disitu, yang rata-rata karyawan Bank atau karyawan di The Plaza.

Teman-teman, baik di tempatku maupun di tempat dia bekerja, tahu jika kami berpacaran. Tanpa kami mengumumkan atau bercerita, gesture kami sudah menjelaskan, bahwa kami berpacaran.

Aku dan dia bukanlah type laki-laki yang melambai, jika melihat cara kami bicara ataupun berjalan, sama seperti laki-laki pada umumnya. Tapi hanya kemesraan yang kadang muncul tanpa kami sadari, hal itu yang membuat orang lain menduga kami berpacaran.

Kami sudah lama berpacaran, sekitar 3 tahun jika dihitung hingga sekarang. Awal pertemuannya, saat itu aku masih bekerja di Plaza Senayan sedangkan dia di Senayan City.
Yah awal perkenalannya dari social media memang, tapi berhubung lokasi berdekatan, memudahkan kami untuk jadian.

"Makan dimana kita?", tanya Rio

"Aku lagi pengen ikan bakar, di kedai singkawang aja yuk A."

Dia mengangguk.

Pacarku biasa aku panggil A Rio, dia orang Garut. Sampai sekarang aku senang setiap melihat dia, apapun pakaian yang dikenakan, selalu terlihat pas dan bagus.
Seperti saat ini, dia pakai baju warna merah dengan kerah baju type band collar.

He's Just Not That Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang