03. Big City Life - Prostitution Trap Part - 6

1.8K 150 23
                                    

Sebuah Villa tidak jauh dari Gimešsky Jarok, Slovakia

Aku terbangun dalam posisi tengkurap di ruang yang asing bagiku. Bau obat dan bahan kimia menguar sangat kuat. Rasanya aku ingin turun dari ranjang, tetapi rasa kantukku masih sangat kuat dan kepala masih terasa berat.

"Zeeeen....!"

"Zeeeen....!"

Walaupun mataku terpejam lagi, aku merasa Zen ada didekatku. Aku memanggilnya, karena aku sangat menginginkan belaiannya.

Aku merasakan jari-jariku diusap satu persatu. Aku membuka mataku perlahan.
Ternyata Alan.
Dia berlutut didekatku tidur, wajahnya masih penuh lebam.

"Wan....! Kita masih di ruang perawatan. Sabar ya!"

"Lan...kenapa lo telanjang? Kenapa juga lo berlutut gitu?"

Aku masih merasa teler, jadi antara ingin terpejam atau membeliakkan mata.

Alan tertawa, "Gue belum bisa duduk...!"

Dia berdiri kemudian dia berbalik menunjukkan punggung dan pantatnya.
Lukanya sangat banyak dan belum kering benar.

"Wan....lo tertidur udah dua hari. Tiap lo bangun pasti teriak kesakitan, lo terus disuntik morphine. Sekarang masih sakit?"

"Nggak tau Lan. Gue teler. Zen dimana?"

"Wan...sabar ya, nanti pasti ketemu Zen."

Lama kelamaan mataku tertangkup lagi. Aku sudah menyerah dengan kantukku.

............................................

"Zeeeeen....!", teriakku tiba-tiba saat aku terbangun.

Aku kaget sendiri dengan teriakanku.
Buru-buru aku duduk.
Rasa pedih tiba-tiba menyeruak baik pada punggung maupun pantatku.
Aku melihat kesamping, seseorang yang aku tidak kenal tidur di ranjang dengan tengkurap dan luka amat parah di sekujur tubuhnya.

"Laaan.....! Alan?"

"Hadiir!"

Aku menengok ke belakang, Alan tersenyum sambil memberi tanda V dengan jarinya.

"Bukannya tadi lo ada disamping gue Lan?"

"Itu kemarin!"

"Kemarin?"

Alan mengangguk.

Aku menghitung ada dua puluh ranjang, tetapi hanya ada satu orang asing, aku dan Alan.

Ingatanku kembali melayang ke peristiwa horror itu.
Bukankah kemarin korban cukup banyak? Kemana mereka semua? Sudahkah mereka sembuh?
Rasa sakit di jiwaku tiba-tiba datang, dia laksana air yang tiba-tiba memenuhi setiap sudut ruang kosong.

Aku menangis....menangisi mereka...
Mereka yang sama dengan diriku
Kemanakah mereka?

Alan turun dari ranjang, dengan jalan tertatih-tatih.

"Wan...., sabar ya! Nanti ada waktunya kita bicara. Tapi bukan disini."

Ingatanku kembali ke Zen, Fadil, Tommy dan Rafael.
Sanggupkah mereka menerima perlakuan semacam ini? Kuatkah mereka? Bisakah mereka bertahan hidup?

He's Just Not That Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang