03. Big City Life - Prostitution Trap Part - 4

3.7K 174 61
                                    

Praha, Czech Republic

Tour hari pertama diakhiri di Wenceslas Square. Jika yang lain sibuk berbelanja pakaian dan souvenir, aku membeli pisau lipat, jarum dan benang di sebuah mini market. Aku menyamarkan dengan mengambil beberapa snack dan minuman kemasan agar tidak diketahui yang lain.

Aku baru sadar Alan berubah menjadi pendiam, saat aku keluar dari mini market. Dia seperti aku yang hanya mengamati teman-teman lain yang sibuk ber-photo dan berbelanja.

"Wan...jangan terlalu keliatan kalau  lo curiga atau cemas.", bisik Alan yang tiba-tiba mendekatiku.

Aku terperanjat karena Alan ternyata memperhatikan kegelisahanku.

"Kita ikuti aja dulu, mereka mau bawa kemana. Jangan sampai mereka mengubah rencana, begitu mereka melihat lo curiga.", lanjut dia.

Aku mengangguk.

"Gue mau beli Langose sama Svarak. Lo mau gak?"

Aku mengangguk mengikuti Alan yang berjalan ke arah kedai yang berjajar.

Aku masih berusaha memahami Zen. Ada dua kesimpulan menurutku, dia menjadi tolol setelah mendapatkan uang yang banyak, hingga kehilangan kewaspadaan. Atau dia bagian dari sindikat yang aku belum tahu bekerja untuk apa.

"Kalian mau kemana?", tegur Mr. Albert.

"Mau beli makanan sama minuman di kedai itu mister.", jawabku.

"Aaah, kalian kedinginan ya?", tanya Mr. Albert.

Aku dan Alan hanya tersenyum.

"Sini aku photo kalian, jangan lupa nanti di upload di Instagram yaaa...!"

Kami berpose dengan menunjukkan makanan dan minuman yang kami beli.

Aku dan Alan kemudian duduk di bangku sambil makan.

"Lo udah lama jadian sama Zen?", tanya Alan.

"Sebentar lagi setahun."

"Bagus, kalian bisa bertahan."

"Kenapa begitu?"

"Lo tau sendirilah, lingkungan kita kayak apa. Kalau kalian gak saling jaga, bisa berantakan hubungan kalian."

"Darimana lo tau kalau kita pacaran?"

"Cuma satu hal yang gak bisa kalian sembunyikan, pandangan kalian yang saling mengkhawatirkan satu sama lain. Gak semua orang tau, tapi insting gue kuat."

Aku tertawa.
Zen mengkhawatirkanku?
Aku belum pernah merasakan itu.

"Lo sendiri? Pacar lo di Jakarta?"

"Gue belum punya pacar."

Alan tersenyum getir dan membuang muka.

"Darimana lo tau kalau semua ini mencurigakan?", tanyaku ke Alan.

"Dari pertama direkrut, gue udah curiga, dari nilai kontrak terutama."

"Terus kenapa lo berangkat?"

"Gue ada janji yang harus gue tepati. Mungkin gue juga rakus dan tamak. Mereka tau, mereka rekrut kita yang berasal dari keluarga miskin. Kita yang terbelit masalah dan kebutuhan adalah sasaran empuk. Mereka membujuk kita dengan kemewahan yang belum pernah kita rasain. Gue tau, lo pasti terpaksa ikut ini karena lo khawatir dengan Zen. Gue tau lo juga kayak gue."

He's Just Not That Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang